Orasi Ilmiah oleh Pak Rully, Dosen Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat (STPM), Santa Ursula Ende.

Yang saya hormati, Senat Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Santa Ursula Ende, 
Yang saya hormati para tamu kehormatan, Yang saya hormati, para orang tua wisudawan-wisudawati,
Yang saya banggakan para wisudawan-wisudawati.
Dan Yang saya cintai segenap civitas akademika Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Santa ursula Ende

Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua

Izinkan saya membawakan orasi ini dengan judul:

Generasi Muda di Era Pembangunan dan Digitalisasi

Sebulan lalu, tepatnya di Bangkok, sebuah perusahaan besar yang bergerak di dunia digital dan gadget, HUAWEI mengadakan Mobile Broadband Global Forum yang meluncurkan teknologi 5G dengan slogan 5G lead the stride (5G Pemimpin Langkah).[1]

Moment itu menjadi sebuah etape baru dalam sejarah perkembangan teknologi. Bahwa teknologi 4G yang sekarang terpakai di handphone kita masing-masing, akan segera digantikan oleh teknologi baru 5G. Teknologi ini diprediksikan membuat dunia dan kehidupan kita menjadi lebih canggih, cepat dan lebih luas daya jangkauannya.

Kemampuan yang canggih, cepat dengan daya jangkau yang makin luas, tentunya membutuhkan skill dan pemahaman manusia di atas rata-rata. Sebab, akan ada banyak fitur maupun mekanisme teknologi baru. Sudah pasti, otak dan otot yang fresh menjadi kualifikasi pertama dan utama untuk mengoperasikan sistem-sistem digital itu. Dalam konteks ini, sadar atau tidak, cepat atau lambat, kualifikasi ini akan mengkondisikan dan mengedepankan generasi muda, generasi Z atau anak zaman now sebagai pemain utama di era ini.

Fakta ini semakin mapan ketika perusahaan Huawei dalam acara itu, menampilkan generasi-generasi muda dari berbagai negara yang mengoperasikan berbagai sistem. Mereka itu adalah pebisnis muda sampai para entertaint muda yang menggunakan Instagram, Youtobe, Tiktok atau pun Facebook untuk mempromosikan diri, menampilkan berbagai kegiatan atau menjual berbagai produk untuk mendapatakan cuan atau keuntungan dari berbagai endors dan iklan pada akun mereka masing-masing.

Pada hadirin yang terhormat,

Sadar atau tidak, dunia kita sedang dan sudah bertransformasi. Transformasi ini terjadi begitu cepat, bagaikan dunia yang terus berlari, sebagaimana dikatakan Anthony Giddes, a Ranaway World. Jika pada masa tradisional, dengan bertani orang bisa hidup dari hasil alam, atau di masa modern dengan menjadi pekerja kantoran orang sanggup memperoleh kesejahteraan, perlahan di masa kini, dengan menjadi Youtober atau menjadi selebgram yang punya ribuan subsricber dan follower atau bermain saham di Forex dan berdagang dengan bitcoin, orang sudah bisa menjadi sultan-sultan dengan topangan finansial memadai.

Maka dari itu, tidak mengherankan jika generasi sekarang, dengan usia relative cukup muda, sanggup memperoleh penghasilan yang cukup. Hidup kelihatan jadi mudah bagi mereka. Ketenaran serta berbagai kesenangan pun mengikutinya. Model dan lifestyle seperti ini kemudian menjadi ikonik dan menjadi imaginasi bagi generasi zaman ini. Sungguh benar, jika banyak generasi muda yang sibuk di dunia digital dan berlomba-lomba menjadi viral di media sosial.

Seperti sebuah panggilan alam, istilah hypperconnected ( kecenderung memperluas koneksi melalui jaringan di media sosial) dan istilah always on (selalu online di media sosial) menjadi back up utama, ketika mereka ingin bertransformasi menjadi pribadi-pribadi yang eksis sambil meraup cuan atau uang dari dunia digital.[2] Maka, jika di masa lampau, Filsuf Prancis, Rene Descartes, menegaskan eksistensi manusia dengan mengatakan , Cogito Ergo Sum, Saya berpikir maka saya ada, maka di era digital ini semboyannya adalah, saya online maka saya ada. [3]

Idealisme menjadi eksis dan sejahtera melalui dunia digital telah menerobos ke ruang-ruang kehidupan. Di masa kini, jika orang tidak berinovasi dan memanfaatkan dunia digital dengan berbagai atribut dan mekaninsmenya, cepat atau lambat, anda akan tergilas oleh berbagai perubahan yang ada. Untuk itu, pemahaman, kelincahan dan kecepatan dalam beradaptasi dengan berbagai perubahan merupakan hal utama yang dibutuhkan di masa ini dan oleh generasi ini.

Dengan bonus demografi milik negara dan juga oleh daerah ini, kita bisa menjadi optimis, bahwa di era Indonesia Emas di tahun 2045, bangsa kita bisa mencapai kemakmuran dan kemajuan sebagai cita-citanya

Namun saudara-saudari sekalian, kita pun tidak bisa menafikan bahwa perubahan yang terjadi, akibat kemajuan sains dan teknologi ini, selalu berpotensi merambah pun menabrak ke segala arah, bahkah manusia sendiri kadang tidak bisa mengontrolnya. Akibatnya, berbagai macam bahaya dan resiko selalu menanti di ujung setiap perubahan dan kemajuan zaman. Berkaitan dengan hal ini, dalam karyanya, Runaway World, Anthony Giddens menulis,

“Science and technology are inevitably involved in our attempts to counter such risks, but they have also contributed to creating them in the first place” (Sains dan teknologi adalah hal yang pasti dalam usaha manusia untuk menangani resiko-resiko, namun sains dan teknologi jugalah yang menjadi penyumbang pertama dalam menciptakan bahaya dan resiko)[4]

Kita tidak bisa menuntup mata, bahwa banyak situasi mengkhawatirkan yang melingkupi generasi ini. Hal ini semakin menguat ketika belum ada sinkronisasi antara pembangunan dan perkembangan infrastruktur digital dengan dukungan keseimbangan perkembangan dan pertumbuhan sumberdaya manusia, terutama di level lokal. Dalam skala mikro, indikator dari hal ini cukup jelas terpampang dari fenomena-fenomena yang mendeskripsikan bagaimana generasi sekarang, yang banyak salah kaprah dan terdampak efek negatif penggunaan media sosial, fitur digital maupun media digital

Mental pasif, mental instan dan kecanduan tawaran dunia digital, seperti asyik dengan media sosial ataupun game online selama berjam-jam menjadi fakta yang tidak terelakan yang bisa kita temui di sekitar kita.

Anak-anak sekolah dan mahasiswa pun telah menghamba pada Google untuk memecahkan segala persoalan tugas dari guru dan dosen. Bagai semut mengerubuti gula, tempat-tempat dengan ketersediaan wifi telah menyita waktu generasi ini untuk berlama-lama dan asyik bermain game online. Youtobe, Facebook, Instagram, Tiktok ataupun Snack video dengan berbagai konten, mulai dari yang paling sopan sampai yang paling fulgar telah menyedot mereka. Mereka hanya menonton dan menikmati apa yang disajikan di dunia digital, tanpa menyadari bahwa semua infromasi akan mengkonstruksikan etika, etos hidup maupun standar perilaku sampai ke alam bawah sadar.

Alhasil, era ini sungguh sanggup menghasilkan generasi menunduk, yang terus menunduk dan sibuk dengan urusan pribadi dan keasykian sendiri. Mereka tidak mengangkat kepala untuk melihat, menyadari serta kritis dalam menanggapi berbagai fenomena sosial kemasyarakatan serta fenomena kehidupan sekitarnya.

Konseskuensi lainnya, yakni selain menggerus semangat produktif dan militansi generasi ini untuk berjuang, tetapi juga mengaburkan batas-batas etika dan standar moral budaya setempat. Tidak mengherankan jika muncul berbagai konten di media online yang tidak beretika, mulai dari hoax, ujaran kebencian, cyberbullyng (pembulian di media sosial). Dan, bahkan bukanlah hal baru ketika terjadi aksi pamer lekukan tubuh untuk meraih like, memperoleh ribuan viuwer dan menjadi viral atau memperoleh untung dari media sosial. Konten digital bertajuk Kebaya Merah, mungkin bisa menjadi salah satu contohnya.[5]

Saudara-saudara, kita hidup di era, di mana dunia semakin sulit untuk diatur dengan mental manusia yang semakin berubah dan semakin abai. Sementara itu, di pihak lain, bangsa ini, daerah kita, masih sangat membutuhkan perubahan-perubahan terutama di level masyarakat akar rumput seperti di desa. Proses pembangunan di desa dalam daerah ini mesti terus dikawal dan dikedepankan.

Hal ini amat diperlukan, mengingat proses pertumbuhan di desa, baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya ekonomi yang masih belum cukup membanggakan, meskipun hampir 2 periode ini pemerintah telah menguncurkan dana yang tidak sedikit, baik untuk daerah terutama untuk desa.

Perkembangan daerah dan desa yang lamban ini tentu menuntut banyak inovasi, terobosan dan transformasi yang tidak bisa menunggu, terutama di bidang advokasi, pelibatan masyarakat dan teknologi infromasi.[6] Hal ini tentunya membutuhkan ide-ide dan otot-otot segar dari mereka, terutama generasi muda, yang tidak hanya terpaku pada kehebatan di daerah atau wilayah sendiri, seperti katak dalam tempurung, tetapi mereka yang sanggup keluar dari diri, bertemu banyak orang dan menimba banyak pengelaman  dan pengetahuan berkat perjumpaan baik secara langsung maupun online, lokal dan global

Dari sana, orang bisa menimba pengetahuan lalu kembali dengan ide dan konsep serta aksi untuk membuat banyak terobosan di daerah dan di desa. Dan ini hanya bisa dilakukan paling banyak oleh generasi muda. Ini adalah modal yang bisa dikembangkan apabila generasi ini ingin membentuk wajah daerah dan desa-desa kita agar sejahtera dan manusiawi

Mengapa mesti demikian? Alasannya adalah perubahan, pembangunan, nasib dan situasi bangsa ini, secara perlahan telah bergeser dari tangan generasi Baby Boomer ke tangan generasi Milenaial dan generasi Z.[7] Oleh kerena itu, sebagai generasi muda, termasuk anda semua, para wisudawan-wusydawati, tidak bisa menunggu sambil terus berpangku tangan dan kaki. Ada peran-peran, baik dalam pranata sosial maupun di level karya, baik itu pihak swasta maupun pemerintahan, yang secara bertahap dan etis mesti dipindahtangankan dan diatur oleh generasi yang lebih mengerti zaman ini.

Hal ini tentunya tidak menegasikan aspek proses. Sebab, tanggungjawab ini hanya bisa dipikul oleh mereka yang benar-benar memiliki kapasitas untuk menjalakannya. Untuk itu, kampus dan berbagai pranata pendidikan, termasuk keluarga, mestinya selalu memberikan yang terbaik dalam menyiapkan berbagai proses dan menuntun generasi ini untuk siap menghadapi zamannya.

Namun, saudara-saudari, pertanyaan kemudian muncul di sini. Apakah anda sekalian sudah siap memikul tanggungjawab ini? Mengurus banyak hal, mulai dari persoalan sosial, persoalan kemasyarakatan, persoalan kebiasaan dan tradisi masyarakat sampai dengan persoalan-persoalan pembangunan, entah itu meyangkut infrastruktur dan pembangunan sumberdaya manusia?

Apa yang mesti dibuat?

Berhadapan dengan pertanyaan tadi, beberapa hal dapat diajukan di sini. Pertama, penting untuk menumbuhkan habitus digital. Habitus digital merupakan pola hidup baru di era digital, di mana kita semua, terutama genarasi muda, tidak hanya menggunakan berbagai kemudahan dan aplikasi di dalam dunia digital untuk kesenangan semata, tetapi mesti cakap, kreatif dan produktif.

Kecakapan di sini tentunya menuntut pengertian dan pemahaman cara mengoperasikan berbagai instrument yang berkaitan dengan dunia digital, sambil tetap mengerti secara baik, apa implikasinya ke depan, baik yang positif maupun yang negatif.

Sementara itu, kreatif dan produkti berarti memiliki daya yang kuat untuk memanfaatkan perkembangan digitalisasi ini. Dengan kreatifitas dan produktifitas, generasi ini mesti sanggup menciptakan inovasi-inovasi baru berbasis digital, yang bukan hanya untuk tujuan pamer atau gagah-gagahan saja, tetapi terutama membawa dampak yang berarti bagi perkembangan dan pembangunan masyarakat pada umumnya seperti, mengembangkan bisnis digital, ekosistem jejaring dan usaha berbasis digital, ataupun jejaring diskusi digital yang bisa mempengaruhi kebijakan sosial dan politik negara ini ke arah yang positif.

Namun, saudara-saudari, di atas semua itu, hal kedua yang perlu diingat dan dipraktikan ialah bahwa urgensi pengembangan habitus digital ini, perlu ditopang oleh karekater yang kuat. Sebagai lembaga pendidikan yang bernaung di bawah sebuah Yayasan Katolik, Santa Ursula, kita boleh berbangga bahwa kita mempunyai nilai-nilai dasar Pendidikan Serviam, yang juga diangkat menjadi tema besar dalam wisuda kali ini yakni  integritas dan tangguh dalam menghadapi tantangan zaman.

Pada tataran yang paling sederhana integritas ialah melakukan apa yang dikatakan dan dipikirkan, lalu memikirkan lagi atau berefleksi, menginternalisasikan dan menunjukan nilai-nilai dari apa yang telah dilakukan. Hal ini mesti tumbuh menjadi dialektika antara kata dan perbuatan yang tidak pernah putus sehingga sanggup membentuk kapasitas dan kapabilitas pribadi-pribadi yang tidak terjerumus menjadi sekutu NATO, (No Action, Talk Only) orang yang hanya banyak omong dan tidak berbuat apa-apa, tetapi menjadi pribadi yang sanggup memberikan teladan, melalui kata dan perbuatan, sebab orang bijak pernah berkata, kata-kata meneguhkan, tetapi telandalah yang menggerakan.

 Selain itu, masyarakat ini juga sudah cukup keyang dan bosan dengan perilaku para pengumbar janji kesejahteraan masyarakat yang tidak punya hati dan aksi yang tulus serta militansi untuk mewujudkannya. Dialektika yang sama juga akan memungkinkan kita untuk tidak gegabah dan salah kaprah dalam bertindak. Selain itu ia juga sanggup mentransformasi pribadi-pribadi yang visioner, yang bisa melihat dan memprediksikan secara jauh apa yang akan terjadi, sehingga sanggup melakukan berbagai antisipasinya.

Dengan modal karekter ini serta skill dalam dunia digital, tentu akan menjadi bekal yang layak, sehingga membuat kita optimis dan berani untuk menghadapi tantangan zaman, tantangan pembangunan masyarakat dan tantangan era digital. Karekater ini akan memperkuat berbagai potensi  yang sudah ada di dalam diri anda masing-masing untuk berjuang dan terus eksis serta berpresatsi secara positif.

Epilog,

Saudara-saudari yang saya hormati, generasi muda (termasuk anda semua yang hari ini memakai toga wisuda) adalah aset dan masa depan bangsa, namun sekaligus pada saat yang sama, bisa menjadi bom waktu. Jika didampingi dengan sungguh ataupun anda sendiri sanggup sadar diri untuk segera beraksi dan berkarya di masyarakat, maka masa booming digitalisasi ini akan menjadi era berkah dan keuntungan bagi anda sekalian.

Namun, jika yang terjadi sebaliknya, di mana tidak ada kesadaran, habitus digital, integritas, dan berani menghadapi tantangan zaman, maka masyarakat dan bangsa ini tinggal menunggu waktu ledakan berbagai ketimpangan dan patologi sosial yang dibuat oleh generasi ini.

Maka dari itu, pilihannya ada pada tangan anda sekalian. Apakah kita mau menjadikan masa ini sebagai peluang emas kita, atau membiarkan diri kita menjadi penonton pasif dan hanya menggunakan perkembangan digitalisasi untuk kesenangan non produktif yang bersifat negatif.

Wahai generasi muda, kalian dilahirkan untuk masa ini dan kesempatan ini, maka marilah mengisi masa ini dengan baik sehingga menjadi anak tangga-tangga yang kokoh membangun masa depan desa-desa kita, masa depan daerah kita dan negara kita ke arah yang cerah, ke arah yang lebih baik..

Sekali lagi selamat bagi para wisudawan/wati. Semoga berbagai tindakan dan karya anda nanti berguna bagi gerak pembangunan masyarakat pada berbagai lini, karena kita adalah Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Santa Ursula, yang Membangun Dari Daerah Untuk Nusantara.

Sekian dan Terimakasih

Yang saya hormati, …

Para Civitas Akademika yang terhormat, izinkanlah saya memulai orasi ilmiah ini yang saya beri judul Generasi Muda di Era Pembangunan dan Digitalisasi

The world in which we find ourselves today, however, doesn’t look or

feel much like they predicted it would. Rather than being more and more

under our control, it seems out of our control – a runaway world

Science and technology are inevitably involved in our attempts to counter such risks, but they have also

contributed to creating them in the first place. (Giddens Runaway World, 2002)

Sains dan teknologi adalah hal yang pasti dalam usaha manusia untuk menangani resiko-resiko yang akan dihadapi dalam hidup, namun sains dan teknologi juga menjadi penyumbang pertama dalam menciptakan bahaya dan resiko

Mengapa pemuda mesti lebih serius dalam menghadapi tantangan zaman ini?

Huawei 5G…

Bonus Demografi yang membuat pemuda, sekarang sudah terjun ke dunia nyata, dunia pekerjaan, sela

Semangat dan karakter pemuda dari masa ke masa

kaum muda sebagai penggerak dari masa-ke masa, semangat yang luar bisa,

Bagimana digitalisasi telah mempengaruhi genarsi muda

hipperconected, dan generasi  always on… efek negative,

Sementara generasi muda sendiri banyak hal yang mesti dihadapi (efek negatfi)

Lalu bagaimana dengan Desa?

Lima tahun dana desa, tetapi belum ada perubahan di desa yang singfikant

Regulasi yang buat tidak fleksibel tapia tur dana desa…

Tingkat kreatif yang dipraktikan pada level desa sekalian


[1] HUAWEI Mobile Broadband Global Forum (www.mobileworldlive.com)

[2] Pew Research Centre, Main Findings: Teens, technology and human potential 2020 (pewresearch.org)

[3]  Rene Descartes, Meditation of First Philosophy, 1641

[4] Anthony Giddens, Runaway World, London: Profile Books, 2002, hlm.23.

[5] Pemeran Video “Kebaya Merah” Ditangkap, Begini Cara Polisi Telusuri Jejak Pelaku (Kompas.com,9/11/2022)

[6] Piter Tonael, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Digitalitasi dan Potensi Densa, Materi Seminar Pemuda Pembangun dan Digitalisasi, Ende, 29 Oktober 2022, hal 12.

[7] Generasi Baby Boomer adalah generasi yang lahir antara tahun 1946-64, Generasi Milenial lahir antara 1981-1996, dan Generasi Z lahir antara tahun 1997-2012 (katadata.co.id)

ENDE, SERVIAMNEWS.com- Meningkatkan ketertarikan dan kemampuan peserta didik untuk membaca sebuah buku adalah salah satu tugas kewajiban setiap guru. Guru adalah pelopor utama dalam pendidikan yang bertugas mencerdaskan anak didiknya termasuk di dalamnya adalah membaca. Namun, sebelum itu guru hendaknya terlebih dahulu menunjukkan teladannya dalam membaca buku.

Pada pandemi covid 19 ini, dengan proses pembelajaran jarak jauh para guru juga diwajibkan untuk meningkatkan kreativitasnya bagaimana cara mengajak anak untuk membaca. Hal ini dialami oleh para guru di SDK Onekore 2 Santa Ursula Ende yang berhasil lolos dalam seleksi oleh tim Taman Bacaan Pelangi dan menjadi mitra Taman Bacaan Pelangi untuk program membaca menyenangkan di tahun 2021 ini.

Taman Bacaan Pelangi berdiri sejak November 2009 di Flores. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat, Nila Tanzil, pertama kali mendirikan perpustakaan di Roe, sebuah kampung kecil di kaki gunung Flores dengan menyediakan 200 buah buku. Sekarang, dengan bantuan dari para donor dan relawan, perpustakaan Roe memiliki 2.000 buah buku anak-anak. Pada 2013, Taman Bacaan Pelangi telah terdaftar secara resmi sebagai sebuah yayasan dengan nama “Yayasan Pelangi Impian Bangsa”.

Dengan dukungan dari relawan dan donatur dari berbagai belahan dunia, NGO dan perusahaan yang kredibel, Taman Bacaan Pelangi telah bertumbuh dari pemberian menuju jalan kehidupan. Hingga kini, telah mendirikan 62 perpustakaan anak-anak yang tersebar di 15 pulau di Indonesia Timur. Tujuan sederhana saja, yaitu memberikan kesempatan kepada anak-anak di daerah terpencil untuk mendapatkan akses terhadap buku cerita dan perpustakaan yang akan membuka cakrawala hidup mereka.

Setiap perpustakaan memiliki setidaknya 1.000 judul buku cerita anak, beberapa perpustakaan memiliki koleksi buku lebih dari jumlah tersebut dan dalam kurun waktu enam tahun terakhir, Taman Bacaan Pelangi telah menyediakan akses buku bacaan kepada lebih dari 12.000 anak-anak di Indonesia bagian Timur.

Literacy Cloud

Pada hari Senin 22 Februari 2021 hingga Rabu, 24 Februari 2021, para guru Santa Ursula Ende  mengikuti kegiatan sosialisasi tentang Literacy Cloud dari Tim Taman Bacaan Pelangi. Kegiatan ini juga diikuti oleh beberapa sekolah lain yakni SDI Onekore 3, SDI Onekore 5, SDI Mbongawani, SDK Ndona 2, SDI Paupanda 3, SDI Woloara, SDK Koanara dan SDK Marsudirini. Dengan tiga narasumber yakni Bapak Koen Setyamwan selaku ketua Tim Taman Bacaan Pelangi, Bapak Widodo, dan Bapak Upan Thamrin sebagai angggota Tim Taman Bacaan Pelangi. Poin penting yang dibagikan ialah bagiamana membaca nyaring untuk anak-anak melalui akun Literacy Cloud.

Literacy Cloud adalah salah satu aplikasi yang menghadirkan berbagai macam buku cerita bagi anak-anak. Buku-buku tersebut bisa digunakan untuk dibacakan kepada anak secara nyaring melalui zoom. Untuk membaca secara nyaring adapun langka-langkahnya. Pertama, sebelum membaca. Langkahnya adalah guru menunjukkan sampul buku kepada anak, mengajukan pertanyaan tentang gambar sampul tersebut, memperkenalkan judul buku, penulis dan illustrator serta memperkenalkan  1-2 kosa kata baru.

Kedua, selama membaca. Guru membacakan cerita diiringi dengan ekspresi yang menarik, mengajukan pertanyaann prediksi, dan menunjukkan ilustrasi pada anak. Ketiga, Sesudah membaca. Setelah membaca guru mengajukan pertanyaan tentang cerita yang dibacakan dan mengajak anak untuk menirukan suara atau gerakan yang ada dalam cerita. Inilah tiga langkah yang hendaknya dilakukan oleh guru ketika membaca nyaring kepada  peserta didik.

Melalui sosialisasi dari Tim Taman Bacaan Pelangi ini,  para guru SDK Onekore 2 Santa Ursula Ende diharapkan untuk mengimplementasikan cara membaca nyaring kepada peserta didik, sehingga selaras dengan nilai-nilai Pendidkan Ursulin yakni Against  the tide (Melawan Arus) serta Renstra Kampus Santa Ursula Ende “Humanis dan Menguasai Teknologi”.

Daniel Sori dan Eltin

ENDE, SERVIAMNEWS.com–  Sebanyak 208 wisudawan mengikuti Rapat Senat terbuka dalam rangka Wisuda Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat (STPM) Santa Ursula Ende Tahun 2020. Mahasiswa yang diwisuda terdiri dari 118 orang jurusan Ilmu Sosiatri dan 90 orang jurusan Ilmu Pemerintahan. Wisuda berlangsung di Aula STPM, Santa Ursula Ende, Nusa Tenggara Timur, Selasa, 24 November 2020.

Acara digelar secara sederhana dan tetap mengikuti standar protokol kesehatan. Untuk menghindari kerumunan, acara wisuda dilakukan dua kali yaitu Pk 08.00 WIT untuk jurusan Ilmu Sosiatri dan Pk 11.00 WIT untuk jurusan Ilmu Pemerintahan. Seusai acara, para mahasiswa dihimbau untuk langsung pulang ke rumah masing-masing. Dalam wisuda, terpilih Gaudensia Sero sebagai lulusan terbaik dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi yaitu 3,90 dan lulus tercepat.

Ketua I Pusat Yayasan Pendidikan Ursulin, Sr. Ferdinanda Ngao, OSU memberi kata sambutan dalam bentuk video. Dalam sambutannya, Sr. Ferdinanda mengharapakan agar para wisudawan dapat menjadi pribadi yang solider dan menjadi pelayan yang unggul, dapat mementingkan kepentingan bersama, dan mengutamakan pelayanan.  

 “Santa Angela mengajak kita menjadi hamba yang melayani, kebutuhan kita untuk melayani lebih besar dari pada kebutuhan yang kita layani. Dibutuhkan kerendahan hati, kerelaan hati, kepekaan dan pengorbanan. Menjadi pelayan masyarakat yang unggul lebih-lebih bagi mereka yang lemah. Semakin anda menghargai mereka, semakin anda mencintai mereka, semakin anda mampu melayani mereka,” kata Sr. Ferdinanda.

Aprianita Ganadi

ENDE, SERVIAMNEWS.com- Gereja Katolik sangat mengagungkan dan memuliakan Bunda Maria sebagai Ibu Gereja sepanjang zaman. Untuk itu, pada bulan Oktober, semua umat beriman merayakan dan mengkhususkan bulan ini sebagai bulan Rosario. Tidak ketinggalan dengan Keluarga Besar SDK Santa Ursula, Ende, Nusa tenggara Timur yang merayakan dan menghormati bulan Rosario dengan penuh iman.

Para Suster, guru, pegawai kependidikan, dan pegawai penujang berkumpul bersama di Gua Maria Kampus Santa Ursula Ende, Sabtu, 17 Oktober 2020 untuk mengikuti Ibadat Rosario yang dipimpin oleh Ibu Meci. Dalam doa Rosario bersama ini, beberapa guru mempersembahkan intensi. Semoga Bunda Maria senantiasa melindungki kita, keluarga, dan sesama.

Meci (SDK Santa Ursula Ende)

Kampus Santa Ursula Ende : http://sanurende.sch.id/

Serviam

ENDE, SERVIAMNEWS.com– Selama pandemi Covid-19, seluruh aktivitas pembelajaran peserta didik SDK Santa Ursula Ende dilakukan di rumah melalui sistem E-Learning. Terkecuali, peserta didik kelas 1 yang diagendakan pihak sekolah untuk melakukan metode home visit. Sekolah sudah mengatur pelaksanaan home visit dengan cara berkelompok dan menggunakan estimasi waktu. Adapun estimasi waktu yang digunakan harus sesuai dengan jumlah peserta didik yaitu maksimal 18 orang agar mereka dapat belajar, bersosialisasi, mengenal suster, bapak-ibu guru, dan teman-teman lain.

Agenda home visit sudah diatur dan dijadwal selama 3 hari berturut-turut. Kunjungan hari pertama pada Kamis, 6 Agustus 2020 yaitu Kelompok I bagi peserta didik yang bertempat tinggal di sekitar Jalan Udayana dan Jalan Sam Ratulangi, pukul 07.30- 09.00 WIT dengan jumlah 15 orang. Kelompok II bagi peserta didik yang bertempat tinggal di sekitar Jalan Wirajaya, Jalan Prof W.Z. Yohanes, dan Jalan Hayam Wuruk, pukul 09.30-11.00 WIT, dengan jumlah 10 orang. Kelompok III bagi peserta didik yang bertempat tinggal di sekitar Jalan Kelimutu, Jalan Nangka, Jalan A. Yani, dan Jalan Ponegoro, pukul 11.30-13.00 WIT, dengan jumlah 10 orang.

Kemudian kunjungan hari kedua dilakukan pada Jumat, 7 Agustus 2020 yaitu Kelompok I bagi peserta didik yang bertempat tinggal di sekitar Jalan Marilonga, Jalan Potu, Jalan Nangaba, Jalan Woloare, Jalan Onekore, pukul 07.30-09.00 WIT dengan jumlah 6 orang. Kelompok II bagi peserta didik yang bertempat tinggal di sekitar Jalan Gatot Subroto, dan Jalan PLTD, pukul 09.30-11.00 WIT dengan jumlah 13 orang.  Hari ketiga kunjungan dilakukan pada Sabtu, 8 Agustus 2020 dengan kelompok siswa yang bertempat tinggal di sekitar Jalan Nanganesa, Jalan Roworeke, Jalan Anggrek, Jalan Melati, dan Jalan D.I Panjaitan, pukul 09.00-10.30 WIT dengan jumlah 18 orang.

Selama masa pandemi ini, metode home visit dianggap efektif karena peserta didik merasa senang dan termotivasi untuk belajar dengan gembira. Orang tua menyambut baik pembelajaran dengan metode home visit, bahkan mereka juga menyiapkan ruangan sesuai kebutuhan dan sesuai dengan protokol kesehatan. Apalagi sejak pandemi, peserta didik terlihat bosan dan jenuh ingin pergi ke sekolah.

Adapun, kedatangan Suster dan para guru ke rumah peserta didik untuk berkenalan, belajar, dan bermain. Mulai dari belajar membuat yel-yel, memperkenalkan diri, mengucapkan salam dalam Bahasa Inggris, cara berdoa yang baik, berhitung, bernyanyi dan bermain melatih konsentrasi. Proses kegiatan selalu diawali dan diakhiri dengan doa. Sebelum peserta didik pulang mereka diwajibkan membersihkan tangan dengan menggunakan Hand Sanitizer.

Selain itu, peserta didik juga melakukan proses belajar dengan sistem E-learning, agar mereka tetap dapat berinteraksi dengan para guru di sekolah. Sementara itu, Kepala SDK Santa Ursula Ende, Sr. Paulina Ping, OSU menjelaskan bahwa pembelajaran home visit diperuntukkan bagi wali murid yang berkenan. “Saat ini sedang pandemi, sehingga penerapan pembelajaran harus hati-hati. Tetapi, yang paling penting di setiap pelaksanaan harus dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan. Semoga pandemi Covid-19 segera berakhir, agar peserta didik dapat kembali belajar di sekolah. Kita satu dalam doa,” kata Sr Ping.

Kampus Santa Ursula Ende : http://sanurende.sch.id/

Serviam

ENDE, SERVIAMNEWS.com- Para peserta didik kelas 1, SDK Santa Ursula, Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengadakan kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), Rabu, 5 Agustus 2020. Pelayanan imunisasi dilakukan di ruang Dezensano secara bertahap yaitu pukul 08.00-09.00 kelas IA, pukul 09.00-10.00 kelas IB, dan pukul 10.00-11.00 kelas IC. Sementara menunggu giliran untuk mendapatkan pelayanan, peserta didik didampingi guru kelas masing-masing asyik mewarnai gambar dan menyusun huruf.

Sesuai informasi yang diperoleh dari petugas kesehatan, program ini merupakan program kesehatan yang diberikan kepada anak-anak usia Sekolah Dasar untuk melindungi diri dari campak atau sekarang istilahnya vaksin Measles dan Rubela (MR), difteri dan tetanus. Sejatinya, imunisasi yang diberikan saat bayi, belum cukup untuk melindungi diri, maka di kelas 1 SD diberikan imunisasi DT ulangan setiap bulan Agustus untuk mencegah tetanus dan memperpanjang kekebalan.

Ada banyak respon dari para siswa ketika disuntik, ada yang biasa-biasa saja, dan ada pula yang menangis histeris. Pada masa pandemi Covid- 19 ini petugas pelayanan dari Puskesmas Onekore tetap memberikan pelayanan imunisasi dengan maksud untuk mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB) seperti difteri, tetanus dan campak. Imunisasi DT diberikan untuk kelas 1 SD, sementara campak untuk kelas 2 dan kelas 5 akan dilayani pada bulan November. Sekolah tetap menunggu informasi dari petugas kesehatan.

Petugas yang diturunkan dari Puskesmas Onekore ada 6 orang yang terdiri dari para perawat. Guru dan para orang tua sangat antusias dan diharapkan dapat selalu memberikan dukungan kepada anak-anak untuk mendapat imunisasi. Terima kasih. Tuhan memberkati.

Linda

ENDE, SERVIAMNEWS.com- Kampus Santa Ursula Ende mengadakan Misa Pembukaan Tahun Ajaran 2020/2021 dan launching E-Learning di Aula Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat (STPM), Sabtu, 25 Juli 2020. Acara bertajuk “Bertekun dan Maju Sampai Akhir” ini dihadiri oleh seluruh para pendidik, tenaga kependidikan, dan pegawai penunjang Kampus Santa Ursula, Ende.

Misa pembukaan tahun ajaran baru dan launching e-learning juga diikuti oleh para peserta didik secara live melalui streaming YouTube di channel SDK Santa Ursula Ende. Pada tahun ajaran ini, misa pembukaan dikoordinir oleh tim karya di unit SDK Santa Ursula Ende. Tim Karya di SD merangkai kegiatan dengan beberapa bagian yaitu sebelum perayaan Ekaristi dimulai, dari pihak unit SD yaitu Ibu Elis membacakan Nasihat Santa Angela Merici. Kemudian dilanjutkan dengan lagu pembukaan “Bila Kita Satu Dalam Doa’.

Setelah Perayaan Ekaristi usai, pembawa acara mengantar umat masuk dalam acara Launching E-Learning Yayasan Nusa Taruni Bhakti, Kampus Santa Ursula Ende. Acara diawali dengan sambutan dari Ketua Yayasan yaitu Sr. Lidwina Suhartati, OSU. Setelah menyampaikan sambutan, Sr. Tati mengajak Kepala Satuan Pendidikan SD, SMP dan Ketua STPM untuk maju bersama ke depan dan melakukan pemukulan gong sebanyak tiga kali. Secara simbolis, pemukulan gong dilakukan sebanyak tiga kali sebagai tanda bahwa ada tiga unit karya yang berada di Kampus Santa Ursula Ende yaitu: SDK Santa Ursula, SMPK Santa Ursula, dan STPM Santa Ursula.

Perayaan syukur kemudian diakhiri dengan menyanyikan lagi Mars Serviam. Terima kasih untuk setiap pribadi yang telah membantu dan mendukung dalam pelaksanaan Misa Pembukaan Tahun ajaran 2020/2020 dan Launching E-Learning Kampus Santa Ursula Ende. Tuhan senantiasa memberkati.

Sr. Paulina Ping, OSU

ENDE, SERVIAMNEWS.com–  Para guru dan peserta didik SDK Santa Ursula, Ende, melaksanakan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) bertajuk “Bertekun dan Maju Sampai Akhir”, pada Senin, 13 Juli 2020. Ada yang berbeda dari MPLS tahun ajaran 2020/2021 ini karena MPLS dilakukan pertama kali secara live streaming di channel YouTube SDK Santa Ursula, Ende dengan link https://www.youtube.com/watch?v=G7ohM964nD4.

Pada MPLS hari pertama, acara diawali dengan ibadat lalu dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Serviam. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan kata sambutan dari Ketua III Yayasan Nusa Taruni Bhakti, Sr. Lidwina Suhartati, OSU. Tidak lupa, kata sambutan juga datang dari Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ende, Ibu Maltidis Mensi Tiwe, SE.Msi.Akt dan Ketua Komite Pak Antonius Yohanes Bata, SE.

Dengan tema yang dipilih Kampus Santa Ursula, Ende yaitu “Bertekun dan Maju Sampai Akhir” harapannya segala sesuatu niat baik dan inovasi baru yang sedang sekolah kerjakan dapat berjalan dengan lancar. Ini semua demi memberikan pelayanan maksimal kepada para orang tua peserta didik, peserta didik, dan para relasi. Segala hal, Kampus Santa Ursula, Ende tekuni sehingga pada akhirnya dapat berguna bagi masa depan peserta didik, Gereja, dan Bangsa. Sukses untuk kita semua! Salam Serviam.

Sr. Paulina Ping, OSU

ENDE, SERVIAMNEWS.com– Seluruh warga Kampus Santa Ursula, Ende, Nusa Tenggara Timur yaitu tenaga pendidik dan tenaga kependidikan sekolah serta asrama mengadakan Sosialiasi dan Tindak Lanjut Musyawarah Nasional (Munas) 2020, Sabtu, 29 Februari 2020. Acara yang dimulai pukul 07.00- 18.00 WIT ini diawali dengan doa pembukaan. Adapun tujuan acara ini yaitu agar proses Munas juga menjadi proses di kampus. “Berproses dan bergerak bersama,” kata Ketua III Yayasan Nusa Taruni Bhakti, Sr. Lidwina Suhartati, OSU.

Selain itu, dalam proses dan tindak lanjut Munas ini diharapkan peserta menemukan potensi dan kompetensi yang dapat menjadi pijakan untuk berubah serta melangkah menuju hidup baru. “Menemukan intensi dan orientasi untuk Kampus dan unit-unit juga. Untuk itu, peserta akan dibagi dalam beberapa kelompok untuk sharing dan menemukan intensi serta orientasi tersebut,” kata Sr. Tati.

Semua hasil sharing kali menggunakan google form untuk belajar memanfaatkan IT, paperless dan timeless. “Beberapa kesan dari acara tadi positif dan disyukuri bahkan merasa waktunya terlalu kurang. Semoga intensi dan orientasi yang ditemukan dapat dilaksanakan,” ungkap Sr. Tati.

Serviam

ENDE, SERVIAMNEWS.com–  Keluarga Besar Kampus Santa Ursula Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur merayakan pesta nama Santa Angela. Para siswa SD-SMP, mahasiswa Sekolah Tinggi Pembangunan Manajemen (STPM), Suster Ursulin, Postulan, Satpam, Staf Yayasan, menyatakan syukur bersama dalam perayaan Ekaristi, yang dipimpin oleh Romo Lukas SVD, di Kampus Santa Ursula, Ende, Senin, 27 Januari 2020.

Dalam homilinya Romo Lukas menekankan bahwa Santa Angela dikenal tidak hanya di kalangan Katolik saja, tetapi karyanya juga dilanjutkan oleh para putri-Nya di berbagai tempat penjuru dunia. “Mari mengikuti teladan Santa Angela, untuk selalu berbelaskasih kepada siapa saja,” kata Romo Lukas.

Selain Misa Pesta Santa Angela, juga diadakan perayaan syukur 25 tahun masa kerja Ibu Maria Goreti Bebhe Guru SMP Santa Ursula Ende, Purna bhakti Bapak Aloysius B. Kelen Dosen STPM dan Ibu Maria Yasina Lapeng staf penunjang STPM.  Secara simbolis, Ketua II Regio Flores, Sr. Regina Supraptiwi OSU menyematkan cincin kepada Ibu Etty, Bapak Aloysius, dan Ibu Yasina.

Usai Misa, acara dilanjutkan dengan ramah tamah dan penampilan kreativitas dari masing-masing unit. Dari unit SD menampilkan band bisu, para dosen muda STMP menyanyi lagu Rumah Kita, para pegawai penunjang menari “Gawi”, dan para Suster Ursulin menari Sarung.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua III Yayasan Nusa Taruni Bhakti, Sr. Lidwina Suhartati, OSU juga mengajak kepada seluruh Keluarga Besar Kampus Santa Ursula, Ende, untuk selalu bersyukur. “Kita harus selalu bersyukur untuk kebersamaan, terima kasih dan selamat, kami ucapkan kepada yang purna bhakti dan yang merayakan pesta perak, “kata Sr. Tati.

Serviam

  • 1
  • 2