PACET, SERVIAMNEWS.com – SMP Santo Yusup Pacet mengadakan pertemuan lintas iman bertajuk “Menerapkan Moderasi Agama di Tengah Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat”, di Aula Biara Bintang Kejora, Pacet, Mojokerto, Jawa Timur, pada Selasa, 13 Mei 2025. Acara menghadirkan tokoh agama dari tiga keyakinan berbeda yaitu Pendeta Febrian Ekasandi Nugroho, RD Andreas Putra Khrishananta, dan Drs. Nur Rokhmad, MM.

Dalam sambutannya, Kepala Sekolah SMP Santo Yusup Pacet, Yohanes Bayu Prasetyo, menyampaikan pesan, yaitu kita semua diciptakan berbeda dalam iman, budaya, dan pandangan. “Tapi justru di sanalah letak keindahannya. Seperti pelangi, kita menjadi lebih indah ketika bersama dalam perbedaan,” kata Pak Bayu.

Kegiatan ini bukan sekadar diskusi. Peserta didik diajak merenung dan berdialog aktif tentang bagaimana nilai-nilai toleransi, keterbukaan, dan penghargaan terhadap perbedaan dapat diterapkan secara nyata di rumah, di lingkungan sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Para narasumber sepakat bahwa moderasi bukan berarti memaksakan keseragaman, tetapi justru menghidupkan semangat kebersamaan di tengah perbedaan.

Sementara itu dalam pemaparannya, Pendeta Febrian menekankan pentingnya keluarga sebagai sekolah pertama untuk belajar saling menerima. Kemudian, RD. Andreas mengajak siswa membangun semangat kasih dan persaudaraan sejati di lingkungan sekolah. Dan Drs. Nur Rokhmad menegaskan bahwa masyarakat yang damai lahir dari hati yang bersedia berdialog, bukan berkonflik.

Arinda (Humas SMP Santo Yusup Pacet)

Kampus Ursulin SMP Santo Yusup Pacet: smp-pacet.sanmarosu-jatim.sch.id

MALANG, SERVIAMNEWS.com – Dalam rangka memperingati 125 tahun karya para Suster Ursulin di Kota Malang, Kampus Cor Jesu mengadakan dua kegiatan yang menggabungkan refleksi sejarah dan perhatian terhadap dunia pendidikan masa kini. Kegiatan pertama adalah workshop bertema “Mendidik Generasi Stroberi (Tantangan dan Proyeksi)” yang digelar pada Jumat, 9 Mei 2025. Kegiatan kedua yaitu peluncuran buku sejarah bertajuk “Cor Unum Et Anima Una (Sehati Sejiwa)”, pada Sabtu 10 Mei 2025.

Hadir sebagai narasumber workshop yaitu praktisi pendidikan dan pendiri Education Training & Consulting, Fidelis Waruwu, M.Sc.Ed,.Workshop diikuti oleh para guru dari unit KB-TKK hingga SMK Kampus Cor Jesu serta beberapa guru dari sekolah rekanan Ursulin lainnya. Kegiatan membahas tantangan dalam membina karakter generasi muda yang dikenal rentan secara emosional dan mudah menyerah. Cara mengatasi hal tersebut adalah dengan memberikan pendekatan praktis untuk membentuk ketahanan karakter siswa.

Sementara itu, buku sejarah “Cor Unum Et Anima Una (Sehati Sejiwa)” yang ditulis oleh Sr. Lucia Anggraini, OSU ini merangkum perjalanan panjang karya para Suster Ursulin di Malang. Mulai sejak 1900 termasuk masa penjajahan dan perang, hingga perkembangan komunitas dan karya pendidikan hingga 2025. Dicetak perdana sebanyak 200 eksemplar, buku ini menjadi dokumentasi berharga sekaligus sumber inspirasi bagi generasi Ursulin berikutnya.

Dua kegiatan ini menjadi ungkapan syukur atas warisan 125 tahun karya Ursulin di Malang dan upaya nyata untuk membekali para pendidik dalam menghadapi tantangan pendidikan masa kini.

Tyas Pranoto (Humas SMAS Katolik Cor Jesu Malang)

Kampus Ursulin Cor Jesu Malang : https://corjesu-malang.sch.id/

SURABAYA, SERVIAMNEWS.com- Teriakan sukacita siswa-siswa kelompok paduan suara Voca Gratia Splendore (VGS) SD Santa Maria Surabaya, memenuhi ruang tempat berlangsungnya lomba di Universitas Surabaya (UBAYA). VGS meraih medali emas kedua dalam Festival Paduan Suara sejak terbentuknya 19 Januari 2024. Festival Paduan Suara (FESPA) UBAYA yang diselenggarakan pada tanggal 13 Mei 2025 ini merupakan festival tahunan berskala nasional.  Kompetisi mencakup kategori paduan suara, vokal solo, serta workshop yang diikuti oleh pelajar hingga mahasiswa.

Kepala Satuan Pendidikan SD Santa Maria Surabaya, Ibu Yunitha Ike Christyowati,  menyampaikan tantangan yang ada dalam menghadapi perlombaan kali ini, antara lain menjaga kekompakan tim, membagi waktu antara latihan dan belajar, melatih disiplin dan konsistensi. “Saya berharap para siswa yang tergabung di VGS dapat semakin percaya diri, kompak, bernyanyi dengan sukacita, dan mendapat pengalaman berharga. Hal ini mengasah siswa dalam menghidupi nilai-nilai Serviam, yaitu pelayanan, ketangguhan, dan kebersamaan,” ungkap Ibu Ike.

VGS terdiri dari 40 siswa kelas 4 sampai kelas 6  berlatih sekitar 3 bulan sesudah jam sekolah.  Maria Ike Sinandang, pelatih VGS,  Ibu Irene dan Ibu Vivi, dengan sabar mendampingi para siswa. “Anak-anak sangat antusias untuk memberikan yang terbaik, “kata Ibu Irene.  

Semua kerja keras yang dilakukan, kini berbuah manis. Selamat kepada SD Santa Maria Surabaya. Terus maju mengembangkan talenta para siswa. Terima kasih atas para orang tua yang tidak kenal lelah mendukung para siswa VGS.

“Saya merasa senang saat dipilih menjadi anggota paduan suara karena bisa menyanyi bersama dengan teman-teman lain. Saat latihan berusaha menjaga semangat untuk menguasai lagu dan gerakan. Waktu diumumkan juara satu saya melompat kegirangan. Saya ingin tetap berada di Paduan Suara VGS.” (Callia Mutiara Arifani-Kelas IV)

“Saya senang menjadi anggota paduan suara VGS. Ini merupakan kesempatan berharga.  Saya berusaha tekun berlatih. Saya senang dan bersyukur, hasil jerih payah serta usaha kami akhirnya mendapat Medali Emas dalam Fespa Ubaya 2025.  Semoga VGS dapat terus mengembangkan prestasi diajang kompetisi tingkat Nasional dan  Internasional.” (Skolastika Zefanya Alona- kelas VI)

“Deg-degan tapi akhirnya senang karena mendapat medali emas.” (Zachary Rafael Wenas-Kelas V)

FX. Marjanto

Kampus Ursulin Santa Maria Surabaya : https://sanmarosu-jatim.sch.id/

JAKARTA, SERVIAMNEWS.com – Dalam rangka melestarikan seni dan budaya serta mengembangkan semangat spiritualitas hidup Santa Angela, KB – TK Santa Theresia mengadakan kegiatan International Day, di Auditorium Kampus Ursulin Santa Theresia, Jakarta, pada Jumat, 9 Mei 2025. Acara bertajuk “Weaving Unity and Love Together with Saint Angela” ini diisi dengan pemeran hasil karya anak serta pentas drama musikal yang melibatkan kerjasama para guru, siswa/siswi KB, TK, SMA, SMK, dan orangtua peserta didik.

Kegiatan ini merupakan bagian dari serangkaian acara untuk menyambut ulang tahun TK dan SD Santa Theresia ke -100 tahun yang jatuh pada tanggal 1 Juli 2027 nanti.  Menurut Kepala Satuan Pendidikan KB – TK Santa Theresia, Dellya Halim, tujuan dari acara yaitu untuk meningkatkan kolaborasi antara peserta didik di unit KB, TK, SMA, SMK, dan orang tua. “Sekolah Ursulin memiliki ciri khas insieme.  Selama 1 tahun ini juga, kakak-kakak SMK memberikan materi pengenalan budaya kepada adik-adik di KB – TK,” kata Ibu Dellya.

Selain itu, lanjut Ibu Dellya, drama musikal diisi dengan penampilan gabungan dari beberapa ekstrakurikuler di KB – TK Santa Theresia. Jadi selain kolaborasi, drama musikal ini juga untuk mengembangkan bakat para peserta didik. Drama musikal menceritakan kisah hidup Santa Angela, yang telah menghidupi sekolah – sekolah Ursulin khususnya di Indonesia. “Semoga nilai-nilai Santa Angela yang sudah dihidupi di Sekolah yaitu Penuh Cinta dan Belas Kasih bisa berdampak juga pada orang tua murid di rumah. Terima kasih untuk seluruh support dan bantuan dari berbagai pihak sehingga acara ini dapat terlaksana, ” tutup Ibu Dellya.

Aprianita Ganadi

Kampus Ursulin Santa Theresia Jakarta : https://www.sttheresia-jkt.sch.id/

MALANG, SERVIAMNEWS.com- Sebanyak 135 peserta didik kelas X dan XI, 72 alumni tahun 1987, guru purna bakti, tenaga pendidik, perwakilan Ikatan Alumni SMA Cor Jesu (IKASMACO) mengikuti kegiatan sharing dan reuni alumni 1987, pada Selasa, 6 Mei 2025 di Aula Kampus Ursulin Cor Jesu, Malang, Jawa Timur. Hadir sebagai salah satu alumnus SMACO 1987 yang saat ini menjabat sebagai Kapolda Jawa Timur yaitu Irjen. Pol. Nanang Avianto, M.Si. Acara diisi dengan reuni, ramah tamah, dan motivasi untuk para adik kelas.

Dalam sesi motivasi, Irjen Pol Nanang Avianto membagikan kisah inspiratifnya sejak masa kecil hingga meraih posisi penting di institusi kepolisian. Ia memulai dengan mengenang masa-masa bersekolah di SD Katolik Cor Jesu, lalu melanjutkan ke SMP Negeri 3 Malang, dan akhirnya kembali menimba ilmu di SMA Katolik Cor Jesu, tempat yang ia sebut sebagai salah satu fondasi pembentukan karakter dan nilai hidupnya.

“Cor Jesu bukan sekadar sekolah, tapi tempat saya dibentuk, dididik, dan diajarkan untuk memiliki integritas, kedisiplinan, dan semangat pelayanan,” ujar Irjen Pol Nanang di hadapan para alumni dan guru yang hadir.

Tyas Pranoto (Humas SMAS Katolik Cor Jesu Malang)

Kampus Ursulin Cor Jesu Malang : https://corjesu-malang.sch.id/

JAKARTA, SERVIAMNEWS.com – Sebanyak 15 siswi tingkat XII Busana SMK Santa Maria Jakarta mengadakan Fashion Show yang merupakan proyek akhir kelas pada Sabtu, 3 Mei 2025. Fashion show mengambil tema “A Night at the Symphony”, yang menceritakan tentang genre lagu, dimana setiap siswa membuat busana pesta sesuai dengan sub tema yang sudah ditentukan masing-masing pada mata pelajaran produktif Busana.

Adapun tujuan dari Fashion Show yaitu untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik Busana pada kompetensi keahlian Busana, menyiapkan peserta didik SMK Santa Maria untuk memasuki dunia kerja di bidang Busana, meningkatkan mutu pendidikan SMK Santa Maria Kompetensi Keahlian Busana, dan mempresentasikan hasil karya Busana pesta peserta didik Busana.

Acara dihadiri oleh Ketua II Yayasan Nitya Bhakti, Sr. Florentia Mujiyati, OSU, Bendahara II Yayasan Nitya Bhakti, Sr. Chynthia Amy The, OSU dan Pimpinan Komunitas Biara Ursulin Santa Maria, Sr. Regina Supraptiwi, OSU. Turut hadir juga dalam acara yaitu seluruh Bapak/Ibu Guru, Staff Tata Usaha, Praktisi, Orang tua atau wali peserta didik XII Busana, Tamu undangan dari industri, dan Tamu Undangan yang membeli Tiket.

Aprianita Ganadi

Kampus Ursulin Santa Maria Jakarta : https://santamaria.sch.id/

SUKABUMI, SERVIAMNEWS.com– Kampus Ursulin Yuwati Bhakti Sukabumi menggelar seminar parenting bertajuk “Meningkatkan Kolaborasi Sekolah dan Orang Tua dalam Pendidikan Anak” pada Jumat dan Sabtu, 14-15 Februari 2025. Hadir sebagai narasumber Prof. Karlina Supelli (Filsuf, Alumni), Rm. Angga Indraswra, SJ (Praksis), Ayu Kartika Indarti (Kompas), dan Susan Santosa (Katekis). Selama dua hari, aula dipenuhi orang tua peserta didik TB-TK Sukapirena, SD, SMP dan peserta didik SMP Yuwati Bhakti pada hari kedua.

“Saya belajar membaca dan menulis pertama di Yuwati Bhakti. Saya masuk di kelas 1 tahun 1964, belum bisa membaca dan menulis. di Yuwati Bhakti inilah saya belajar pertama kali dan saya lulus SMP tahun 1973, sudah banyak buku yang saya baca karena saya mulai suka membaca ketika saya masih belajar di Yuwati Bhakti. Jadi, Bapak ibu harus bangga menjadi bagian dari lembaga yang sebentar lagi berusia satu abad dan masih eksis hingga saat ini,” papar Karlina Supelli, seorang filsuf wanita Indonesia yang adalah alumni Yuwati Bhakti ini.

Di hari pertama dan kedua, acara diawali dengan doa, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Serviam. Sr. Catharina, OSU selaku Ketua II Yayasan Yuwati Bhakti membuka acara dengan menyampaikan ucapan selamat datang kepada para narasumber dan peserta yang hadir sekaligus rasa bahagianya atas kehadiran para orang tua dalam parenting ini karena orang tua adalah pendidik pertama dan utama.

Pada materi pertama, Karlina memberikan pengantar dengan mengajak peserta menonton film pendek tentang kolaborasi aktif antara orang dewasa dan anak kecil yang berjuang jatuh bangun dan berkali-kali mengalami kegagalan. Namun, akhirnya si anak berhasil menggapai bintang yang diimpikan berkat kreativitas dan bantuan tak kenal dari orang yang lebih dewasa. “Setiap anak memiliki bintangnya masing-masing. Kita sebagai orang dewasa atau orang tualah yang wajib mendampingi mereka meraih bintang yang mereka impikan,” papar Karlina.

Romo Angga, SJ yang merupakan putra dari Karlina membagikan pengalamannya bagaimana Sang Ibu mendidik dan mendampinginya denngan lembut, santun, dan tegas hingga ia mampu membedakan mana panggilan yang serius atau biasa saja dari Mamanya. “Kalau Mama mengatakan Nak, Mama mau bicara, saya tahu bahwa ini serius,” kenang Romo Angga sambil tersenyum.  Senada dengan yang dipaparkan Karlina di hari kedua kepada orang tua dan peserta didik SMP Yuwati Bhakti bahwa orang tua tak harus bersuara keras untuk menjadi tegas.

Ayu menambahkan bahwa setiap anak memiliki sifat dan karakter yang berbeda. Ada anak yang tahu, mau, dan berani mengungkapkan apa yang diinginkan dan menjadi kebutuhannya, ada juga anak yang tidak tahu, tidak mau atau tidak berani mengungkapkannya. Jika demikian, tugas orang tualah yang harus membantu anak menemukan kebutuhan dan minat mereka demi impian yang mungkin masih tersimpan dalam batinnya.

Sementara itu, Susan yang sekaligus sebagai moderator menambahkan dan memberikan kesimpulan dari ketiga pembicara bahwa kolaborasi yang aktif antara sekolah dan orang tua sangat penting dalam pendidikan anak karena orang tua adalah pendidik pertama dan utama.  Apa yang telah diajarkan, dilatihkan, dan ditanamkan di sekolah hendaknya ditindaklanjuti di rumah sehingga terjadi proses pendidikan yang berkelanjutan.

“Jika kolaborasi antara sekolah dan orang tua terjalin dengan baik, bisa dipastikan Kapal Yuwati Bhakti yang berlabuh dengan “kompas” dan “jangkar” 6 nilai Serviam ini akan mampu mencapai tujuan utama sekolah yakni membentuk peserta didik menjadi Pemimpin Holistik, Berkarakter Serviam, dan Berwawasan Global. Kapal ini pasti tangguh dan tak akan mudah diterjang badai yang menghantam dalam perjalanan mencapai tujuan,” pungkas Karlina menutup kegiatan Parenting. Setelah mendengarkan dan merenungkan materi ketiga narasumber, Sr. Catharina, OSU membagikan refleksi pribadinya kepada kami. “Ibu Karlina itu mendidik dengan hati,” tuturnya mantap.

Agnes Trimaryunani

Kampus Ursulin Yuwati Bhakti : https://yuwatibhakti.sch.id/

SUKABUMI, SERVIAMNEWS.com –  Kampus Ursulin Yuwati Bhakti menggelar Open House bertajuk “Bersama Yuwati Bhakti, Cintai Budaya Nusantara”, Jumat – Sabtu, 10-11 Januari 2025. Acara dibuka oleh Ketua II Yayasan Yuwati Bhakti, Sr. Catharina Siti Margiyati, OSU disaksikan para undangan dan seluruh warga kampus dengan pemotongan pita, diiringi Marching Band “Esperanza” gabungan peserta didik TB-TK Sukapirena, SD dan SMP Yuwati Bhakti.  Adapun kegiatan Open House bertujuan khusus untuk menggali potensi seluruh peserta didik, menampilkan seluruh kemampuan dan bakat yang dimiliki peserta didik. “Inilah saatnya, kita memberi wadah dan kesempatan untuk mereka berekspresi”, papar Sr. Catharina, OSU.

Usai dibuka, kegiatan dilanjutkan dengan pentas seni yang menampilkan berbagai budaya di Indonesia berupa tarian, nyanyian, dan drama musikal. Lebih dari 400 peserta didik TB-TK, SD, dan SMP Yuwati Bhakti tampil percaya diri.  Hadirin yang memenuhi sekitar panggung terlihat menikmati penampilan yang tersaji. Para orang tua datang silih berganti menyaksikan penampilan putra-putri mereka, sambil menikmati berbagai kuliner yang disajikan peserta bazar, mulai dari minuman dan makanan ringan, makanan berat, cemilan hingga souvenir, dilengkapi dengan pemeriksaan kesehatan gratis oleh tim medis dari rumah sakit Kartika Kasih dan Betha Medika. Dinas Kesehatan Kota Sukabumi pun turut membantu tim P3K dengan mobil ambulans.

Hari kedua, acara diawali dengan senam, jalan sehat, dan pentasi seni. Selain peserta didik, P3YB dan Aixin Sukabumi, yang beranggotakan Oma-oma berusia 70-90 tahun pun ikut terlibat.  Di antara penampilan yang memukau, hadirin juga disuguhi dengan berbagai hadiah doorprice yang jumlahnya ratusan. Pameran hasil karya peserta didik SMP Yuwati Bhakti berupa ruang podcast, sejarah Yuwati Bhakti, lukisan, dan kuliner tak kalah menarik bagi pengunjung. Dengan fasih, petugas pameran menjelaskan isi pameran kepada para pengunjung. Karena begitu banyaknya pengunjung dan tamu yang hadir, tentu membutuhkan keamanan dan tempat parkir. Untuk itu, tim keamanan Yuwati Bhakti bekerja sama dengan Polsek Kecamatan Cikole, Polresta Kota Sukabumi, dan Koramil Cikole untuk menjaga keamanan.

Kolaborasi menjadi poin penting dalam open house tahun ini, selain menampilkan bakat dan minat peserta didik. Kolaborasi antar peserta didik, guru, orang tua, juga masyarakat sekitar melalui berbagai kontribusi mereka. Baik keikutsertaan dalam acara, bazar, kesehatan, dan keamanan. Semoga kegiatan ini menjadi wadah yang indah dalam upaya meningkatkan kerja sama dan kolaborasi yang lebih baik di tahun 2025.

Agnes Trimaryunani

Kampus Ursulin Yuwati Bhakti : https://yuwatibhakti.sch.id/

SURAKARTA, SERVIAMNEWS.com – Bertempat di Auditorium Kampus Regina Pacis, pada hari Sabtu, 14 Desember 2024, Pastoral Kampus Regina Pacis menyelenggarakan rekoleksi Adven yang penuh makna sebagai persiapan menyambut kedatangan Kristus pada Hari Natal nanti.

Rekoleksi Adven tahun 2024 ini dibagi dalam dua sesi. Sesi pertama adalah ibadat dan renungan Adven yang berlangsung pukul 07.30-09.00 WIB dengan tema Spes Non Confundit atau “Pengharapan yang Tidak Mengecewakan”. Ibadat dipimpin oleh Sr. Maria Theofila, OSU beserta Tim Pastoral Kampus Regina Pacis. Renungan Adven yang mengambil tema: Spes Non Confundit dibawakan oleh Bapak Elias Anwar. Renungan Adven ini mengajak peserta rekoleksi untuk menjadi peziarah harapan seperti yang dilakukan oleh pemungut cukai dalam Injjl Lukas Bab 3.

Dalam sesi ini, peserta juga diajak untuk mendalami pengharapan yang didasarkan pada iman kepada Tuhan, meskipun sering kali dihadapkan pada situasi sulit. Melalui ibadat dan renungan Adven, peserta juga diberi kesempatan untuk sharing bersama dalam kelompok kecil dan berbagi pengalaman.

Suster Vero dalam kelompok kecilnya membuka sharing bahwa dalam pengharapan, kita harus terbuka pada realitas hidup dan belajar menerima situasi di mana pengharapan tampaknya tidak terwujud namun tetap kuat untuk tekun. “Pengalaman-pengalaman seperti perjuangan Pak Edy menghadapi sakit demam berdarah anaknya, Ibu Wiwik yang harus pindah rumah demi menemani mertuanya, dan pergumulan saya sendiri dengan sakit, mestinya menjadikan pengharapan yang menguatkan iman dan harapan kepada Tuhan”, demikian dikatakan Suster Vero dalam sharingnya.

Ada juga sharing dari kelompok Ibu Indratin bersama Ibu Lestari, membagikan kekaguman mereka terhadap tokoh pemungut cukai dalam Injil yang berani bertobat dan melakukan transformasi diri. “Pemungut cukai berani meninggalkan kenyamanan hidupnya dan mau mengikuti Yesus adalah sebuah keberanian”, kata Ibu In.

Melalui sharing bersama ini, Pak Anwar menegaskan bahwa pengharapan tidak selalu berarti bebas dari kesulitan, tetapi kita mau terbuka terhadap realitas dan berusaha menemukan kekuatan di dalamnya. Dalam renungannya, Pak Anwar mengajak semua peserta untuk terus berharap dan menjadi peziarah pengharapan, terutama menjelang Tahun Yubileum 2025. “Pengharapan adalah teman setia kita untuk sampai kepada Kristus,” tegas Pak Anwar. Sebagai peneguhan, Suster Maria Theofilla yang memimpin doa-doa Adven menyentuh hati, menguatkan iman dan komitmen para peserta untuk terus berjalan dalam terang Kristus.

Sesi keduadilanjutkan pukul 09.00-11.30 WIB dengan tema “Hiduplah dan Bebaslah: Mengenakan Pikiran dan Hati Kristus”. Sesi ini dipandu oleh Rm. Agustinus Setyadarmono, SJ, atau sering disapa Romo Nano. Tema ini mau mengupas dan mendalami buku yang berjudul: Hiduplah dan Bebaslah. Sesi ini berkesinambungan mendalami setiap bab dari buku tersebut. Dalam pertemuan bersama Romo Nano, yang didalami adalah bagian pengantar dari buku tersebut.

Dalam sesi ini, Romo Nano membawa peserta dengan gayanya yang lucu namun berbobot pada refleksi mendalam tentang kebebasan sejati dalam hidup. Romo Nano menekankan bahwa kebebasan sejati bukan sekadar terbebas dari beban, tetapi juga keberanian mau menggunakan perasaan dan pikiran dari Kristus, yang seringkali berbeda dengan perasaan dan pikiran kita bahkan orang lain.Peserta diajak untuk mengenakan pikiran dan hati Kristus dalam setiap aspek hidup mereka, terutama dalam peran mereka sebagai pendidik dan pelayan sesama. Kebebasan ini menjadi dasar untuk terus membangun kehidupan yang selaras dengan kehendak Tuhan.

Acara kemudian ditutup oleh Suster Vero, yang memberikan pesan mendalam tentang pentingnya ketekunan dalam menerima diri sendiri dan belajar mendalami buku Sepikiran dengan Kristus. Suster Vero mengajak semua peserta rekoleksi untuk terus membangun pengharapan yang kokoh dan melibatkan Kristus dalam setiap langkah hidup.

Melalui dua tema besar, Spes Non Confundit dan Hiduplah dan Bebaslah, rekoleksi ini menjadi pengingat bahwa pengharapan adalah dasar kehidupan yang tidak akan pernah mengecewakan. Bersama dengan kebebasan sejati yang diperoleh melalui iman, peserta didorong untuk menjadikan hidup mereka sebagai kesaksian nyata tentang kasih dan rahmat Tuhan.Semoga semangat pengharapan dan kebebasan sejati yang dipupuk melalui rekoleksi ini dapat terus hidup di hati semua peserta, membawa mereka lebih dekat kepada Kristus di masa Adven dan seterusnya.

El. Anwar (Guru Pendidikan Agama Katolik SMA Regina Pacis Surakarta)

Kampus Ursulin Regina Pacis Surakarta: https://smp-reginapacis-slo.sch.id/ dan https://smareginapacis-solo.sch.id/

KLATEN, SERVIAMNEWS.com – Manusia bukan hanya makhluk cerdas (Homo Sapiens), namun ternyata juga merupakan makhluk pemain yang suka memainkan permainan (Homo Ludens). Ini terbukti pada tanggal 10 dan 11 Desember 2024, ketika para guru KB, TK, SD, dan SMP Maria Assumpta mengikuti Workshop Experiential Learning (Pembelajaran Berbasis Pengalaman). Dalam workshop yang dipandu oleh Bapak Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., para guru sangat menikmati bermain, layaknya anak-anak.

Workshop yang berlangsung selama dua hari ini diisi dengan kegiatan bermain dan bermain. Permainan menjadi sarana untuk mendapatkan suatu pengalaman sekaligus membangkitkan kegembiraan dan semangat. Pada hari pertama, Pak Eka memulai workshop dengan mengajak peserta bermain aneka permainan yang menyenangkan sembari menyadarkan tentang pentingnya fokus dan konsentrasi. Melalui permainan ini peserta menyadari bahwa kegembiraan, fokus, dan konsentrasi dibutuhkan dalam mengikuti workshop ini. Peserta dengan sendirinya menyadari hal ini tanpa harus diberitahu oleh pemandu. Di sinilah untuk pertama kalinya peserta disadarkan bahwa pengalaman itu penting untuk membentuk suatu pemahaman.

Experiential Learning atau Pembelajaran Berbasis Pengalaman ini membutuhkan imajinasi terkait profil lulusan yang diharapkan. Maka sebelum melangkah dalam kegiatan pembelajaran di kelas, penting bagi sekolah untuk merumuskan profil lulusan. Profil lulusan ini meliputi kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Profil lulusan dirumuskan berdasar visi dan misi satuan pendidikan serta keadaan dan kemampuan satuan pendidikan dari sisi SDM, sarana-prasarana, keuangan, serta budaya organisasi. Profil lulusan ini harus menjadi dasar dalam berbagai keputusan dan tindakan.

Terkait profil lulusan ini, peserta diberi kesempatan untuk berimajinasi bersama kelompok, memimpikan lulusan seperti apa di setiap jenjang pendidikan. Maka peserta yang mengajar di KB dan TK berkumpul menjadi satu kelompok, SD berkumpul menjadi tiga kelompok, dan SMP berkumpul menjadi dua kelompok. Setiap kelompok mengalami memimpikan dan mengomunikasikan impian tentang profil lulusannya melalui suatu aktivitas yang menarik dan menyenangkan.

Kelompok merumuskan impiannya dan mengejawantahkan impian itu dalam kegiatan fashion show. Jadi, setiap kelompok membuat busana dan aneka aksesorisnya untuk menggambarkan profil lulusan yang menjadi impian kelompok. Salah satu anggota kelompok menampilkan profil itu dalam pertunjukan fashion show, sementara ada satu perwakilan lainnya yang menjelaskan profil lulusan yang kelompok impikan. Sesi terakhir di hari pertama ini peserta diajak menemukan inspirasi dari film “Dead Poet Society”. Dengan menyaksikan film ini, peserta masuk ke dalam pengalaman tokoh guru dalam film tersebut. Pengalaman inilah yang menjadi bahan refleksi untuk kemudian ditemukan relevansinya di satuan pendidikan.

Hari kedua workshop diawali dengan penyadaran akan realitas bahwa saat ini manusia hidup di era VUCA yang penuh dengan kepalsuan. Hoaks beredar di mana-mana. AI disalahgunakan untuk kepentingan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Manusia hidup dalam ketidakpastian. Maka dibutuhkan pedagogi yang tepat untuk menghadapi situasi seperti ini, di mana pembelajaran harus relevan dengan tantangan zaman, kontekstual (sesuai dengan situasi yang konkret), otentik (apa adanya, murni), dan variatif.

Pembelajaran Berbasis Pengalaman menjadi pilihan ideal untuk proses pembelajaran di era seperti sekarang ini. Dasar dari Pembelajaran Berbasis Pengalaman adalah filsafat konstruktivisme. Dalam filsafat ini, diyakini bahwa pengetahuan paling berdampak jika disusun sendiri oleh siswa. Pengetahuan yang didapat akan memicu rasa penasaran yang memunculkan pertanyaan, pergulatan, dan imajinasi.

Dinamika dalam Pembelajaran Berbasis Pengalaman meliputi lima langkah. Pertama-tama siswa diajak mengalami. Pengalaman yang didapat itu kemudian direfleksikan. Refleksi tidak selalu terkait kerohanian. Refleksi di sini adalah proses menemukan makna dibalik peristiwa. Maka guru perlu memberi ruang yang cukup untuk siswa mengungkapkan pengalaman dan perasaan dengan bahasa mereka sendiri. Pertanyaan pemantik tentu akan sangat membantu dalam proses refleksi ini.

Setelah direfleksikan, pengalaman itu dianalisis. Untuk jenjang KB dan TK, kegiatan analisis ini tidak harus ada. Sedangkan untuk jenjang SD, kegiatan analisis sebaiknya menggunakan sarana atau pendekatan yang konkret. Analisis yang sederhana untuk anak SD adalah analisis sebab akibat. Setelah analisis, kemudian dilakukan generalisasi (menarik kesimpulan). Pada tahap ini siswa dipancing untuk menggali nilai-nilai serviam. Guru harus belajar menahan diri untuk tidak ceramah mengenai nilai-nilai ini. Tahap terakhir dari dinamika Pembelajaran Berbasis Pengalaman adalah aplikasi. Pada tahap ini, guru dapat memberi kesempatan yang luas kepada siswa untuk menyampaikan pendapat atau berimajinasi.

Dalam workshop dua hari ini, peserta membuktikan sendiri kekuatan Pembelajaran Berbasis Pengalaman. Peserta tidak banyak mendengarkan ceramah yang menunjukkan tentang apa itu Pembelajaran Berbasis Pengalaman, namun diajak untuk mengalami sendiri apa yang dipelajari. Peserta membangun sendiri pengetahuan tentang Pembelajaran Berbasis Pengalaman itu. Workshop tidak berakhir sampai di sini. Saatnya bagi peserta untuk mempraktikkan hasil belajarnya di kelas masing-masing. Semoga dengan menerapkan Pembelajaran Berbasis Pengalaman ini, proses pembelajaran menjadi mindful, meaningful, and joyful. Dan lebih dari itu, pembelajaran dapat melahirkan profil lulusan sebagaimana diharapkan oleh sekolah.

“Saya dengar, saya lupa. Saya lihat, saya ingat.

Saya lakukan, saya mengerti.”

(Confusius)

“Beritahu aku, aku lupa. Ajari aku, aku ingat.

Libatkan aku, aku mengerti.”

(Benyamin Franklin)

Maria Asih Wibowo Retno, SD Maria Assumpta Klaten

Kampus Ursulin Maria Assumpta Klaten : http://mariaassumpta.sch.id/

Follow by Email
Instagram
Copy link
URL has been copied successfully!