Saat ini, kami membuka kesempatan bagi individu yang berdedikasi dan memiliki semangat pelayanan untuk bergabung dengan tim kami. Jika Anda mencari lingkungan kerja yang penuh makna dan ingin berkontribusi dalam dunia pendidikan serta sosial, inilah kesempatan Anda!

Kirimkan CV dan surat lamaran Anda ke [Email atau Link Pendaftaran] dengan subjek: Lamaran PYPU-Marcom2025 Sebelum tanggal 18 Maret 2025

Jangan lewatkan kesempatan ini untuk menjadi bagian dari komunitas yang menginspirasi! Bagikan informasi ini kepada teman atau keluarga yang mungkin tertarik.

Saat ini, kami membuka kesempatan bagi individu yang berdedikasi dan memiliki semangat pelayanan untuk bergabung dengan tim kami. Jika Anda mencari lingkungan kerja yang penuh makna dan ingin berkontribusi dalam dunia pendidikan serta sosial, inilah kesempatan Anda!

Kirimkan CV dan surat lamaran Anda ke [Email atau Link Pendaftaran] dengan subjek: Lamaran PYPU-Marcom2025 Sebelum tanggal 18 Maret 2025

Jangan lewatkan kesempatan ini untuk menjadi bagian dari komunitas yang menginspirasi! Bagikan informasi ini kepada teman atau keluarga yang mungkin tertarik.

SUKABUMI, SERVIAMNEWS.com –  Kampus Ursulin Yuwati Bhakti menggelar Open House bertajuk “Bersama Yuwati Bhakti, Cintai Budaya Nusantara”, Jumat – Sabtu, 10-11 Januari 2025. Acara dibuka oleh Ketua II Yayasan Yuwati Bhakti, Sr. Catharina Siti Margiyati, OSU disaksikan para undangan dan seluruh warga kampus dengan pemotongan pita, diiringi Marching Band “Esperanza” gabungan peserta didik TB-TK Sukapirena, SD dan SMP Yuwati Bhakti.  Adapun kegiatan Open House bertujuan khusus untuk menggali potensi seluruh peserta didik, menampilkan seluruh kemampuan dan bakat yang dimiliki peserta didik. “Inilah saatnya, kita memberi wadah dan kesempatan untuk mereka berekspresi”, papar Sr. Catharina, OSU.

Usai dibuka, kegiatan dilanjutkan dengan pentas seni yang menampilkan berbagai budaya di Indonesia berupa tarian, nyanyian, dan drama musikal. Lebih dari 400 peserta didik TB-TK, SD, dan SMP Yuwati Bhakti tampil percaya diri.  Hadirin yang memenuhi sekitar panggung terlihat menikmati penampilan yang tersaji. Para orang tua datang silih berganti menyaksikan penampilan putra-putri mereka, sambil menikmati berbagai kuliner yang disajikan peserta bazar, mulai dari minuman dan makanan ringan, makanan berat, cemilan hingga souvenir, dilengkapi dengan pemeriksaan kesehatan gratis oleh tim medis dari rumah sakit Kartika Kasih dan Betha Medika. Dinas Kesehatan Kota Sukabumi pun turut membantu tim P3K dengan mobil ambulans.

Hari kedua, acara diawali dengan senam, jalan sehat, dan pentasi seni. Selain peserta didik, P3YB dan Aixin Sukabumi, yang beranggotakan Oma-oma berusia 70-90 tahun pun ikut terlibat.  Di antara penampilan yang memukau, hadirin juga disuguhi dengan berbagai hadiah doorprice yang jumlahnya ratusan. Pameran hasil karya peserta didik SMP Yuwati Bhakti berupa ruang podcast, sejarah Yuwati Bhakti, lukisan, dan kuliner tak kalah menarik bagi pengunjung. Dengan fasih, petugas pameran menjelaskan isi pameran kepada para pengunjung. Karena begitu banyaknya pengunjung dan tamu yang hadir, tentu membutuhkan keamanan dan tempat parkir. Untuk itu, tim keamanan Yuwati Bhakti bekerja sama dengan Polsek Kecamatan Cikole, Polresta Kota Sukabumi, dan Koramil Cikole untuk menjaga keamanan.

Kolaborasi menjadi poin penting dalam open house tahun ini, selain menampilkan bakat dan minat peserta didik. Kolaborasi antar peserta didik, guru, orang tua, juga masyarakat sekitar melalui berbagai kontribusi mereka. Baik keikutsertaan dalam acara, bazar, kesehatan, dan keamanan. Semoga kegiatan ini menjadi wadah yang indah dalam upaya meningkatkan kerja sama dan kolaborasi yang lebih baik di tahun 2025.

Agnes Trimaryunani

Kampus Ursulin Yuwati Bhakti : https://yuwatibhakti.sch.id/

Anastasia M. D. Batmomolin*

Krisis dapat dialami oleh siapa saja baik individu, kelompok, maupun organisasi. Krisis dalam organisasi umumnya berhubungan dengan keuangan, operasional, reputasi, regulasi, dan lain sebagainya. Dalam situasi krisis, pemimpin mempunyai peranan penting dan memegang kendali untuk menjaga stabilitas dan keberlangsungan organisasi. Pemimpin tidak hanya mengandalkan kemampuan berpikir kritis dan rasional tetapi terutama menggunakan hatinya. Krisis yang ditandai dengan situasi yang tidak stabil, tidak menentu, kompleks, dan ambigu mungkin menimbulkan perasaan kuatir dan takut, karyawan membutuhkan kehadiran pemimpin untuk membimbingnya mengenai apa yang harus dilakukan, apa yang diharapkan, dan bagaimana seharusnya bertindak. Karyawan membutuhkan pemimpin yang kuat, tenang, dan dapat dipercaya (Chen & Sriphon, 2021).

Mengapa seorang pemimpin perlu menggunakan hatinya untuk memimpin terutama di masa krisis? Saat ini, krisis ditandai pula dengan kebenaran yang semakin subyektif. Hati merupakan penuntun kesadaran moral, yang akan memandu perilaku dan tindakan seseorang. Hati juga adalah sumber cinta dan kebajikan serta kunci dari setiap relasi. Orang beriman percaya bahwa hati adalah tempat bersemayam Allah, penguasa segala sesuatu di dunia. Memimpin dengan hati berarti memimpin dari tempat di mana terdapat sumber hidup dan sumber kebenaran sejati. Hal ini sangat mungkin terjadi apabila seorang pemimpin selalu menjaga kemurniaan suara hatinya. Suara hati itu yang akan selalu menuntun ke arah pertimbangan dan pengambilan keputusan bagi sesuatu yang baik, benar, asli, jujur, dan tulus.

Pemimpin yang memimpin dengan hati umumnya lebih siap karena mereka memiliki kebijaksanaan dan kapasitas untuk secara positif menginspirasi karyawan serta mengarahkan organisasi menuju tingkat pertumbuhan berikutnya. Mereka berkomitmen untuk menciptakan masa depan tempat kerja yang lebih baik. Dengan pendekatan yang tulus kepada bawahan, mereka berhasil memotivasi tim untuk memberikan yang terbaik. Pemimpin menciptakan suasana kerja di mana karyawan merasa nyaman, aman, dan dapat berbicara secara terbuka, sehingga karyawan lebih termotivasi untuk memberikan segalanya bagi pemimpin mereka. Karyawan tidak bekerja untuk organisasi; mereka bekerja untuk pemimpin mereka (Rekhy R., 2019).

Pemimpin yang memimpin dengan hatinya adalah seorang humanis. Pemimpin humanis meletakan unsur kemanusiaan di atas segalanya. Sikap dan perilaku kepemimpinan mencerminkan kemanusiaan dirinya dan karena itu menghargai dirinya dan orang lain. Pemimpin yang menghargai dirinya sendiri, akan menerima diri apa adanya, dengan segenap kekuatan dan kelemahannya. Pemimpin yang mengenal dirinya dengan baik akan pula berusaha mengenal dan memahami karyawannya dengan baik pula. Pemimpin humanis menghidupi nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan universal yang terpancar dari hatinya. Anadol & Behery (2020) menemukan 10 (sepuluh) atribut dari kepemimpinan humanis yaitu kerendahan hati, rasa hormat, kepedulian, keadilan, transparansi, orientasi kesejahteraan, kemurahan hati, fokus keluarga dan kehendak kuat. Nilai-nilai yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin saat krisis antara lain kepercayaan, keterampilan komunikasi yang baik, empati, kemauan untuk membantu, menginspirasi dan memotivasi orang lain, kemampuan untuk menangani perubahan (Chen & Sriphon, 2021), altruisme, integritas, pembelajaran, dan keterbukaan (Ramakrishnan, 2021). Memimpin dengan hati juga berarti menjunjung tinggi integritas yaitu prinsip etika dan moral. Selain itu, seorang pemimpin perlu menjaga kemurnian hati nuraninya terus-menerus dengan refleksi dan evaluasi diri, agar tetap memiliki komitmen dan konsisten terhadap nilai-nilai kebenaran obyektif. Lima nilai utama yang menjadi ciri kepemimpinan dengan hati di masa krisis yaitu percaya (trust), kebaikan hati (kindness), empati (empathy), integritas (integrity) dan refleksi (reflection).

Kepercayaan/trust. Kepercayaan merupakan dasar dari hubungan yang bermakna dan tulus, yang menjadi salah satu elemen kunci dalam meraih kesuksesan serta mencapai tujuan di berbagai jenis bisnis. Kepercayaan harus terjalin di antara anggota tim dan antara tim dengan pemimpin mereka (Mahdikhani & Yazdani, 2020). Selain itu, kepercayaan memiliki hubungan yang erat dengan kepemimpinan, pemberdayaan, dan kekompakan tim (Garro-Abarca et al., 2021). Ketika karyawan merasa dipercaya, karyawan akan memiliki perhatian yang lebih besar terhadap kewajibannya. Garro-Abarca et al., (2021) membuktikan bahwa kepercayaan merupakan kunci sukses untuk mencapai kinerja tinggi tim virtual dalam mengembangkan perangkat lunak. Ketika karyawan memercayai pemimpin, mereka cenderung menunjukkan niat dan perilaku yang positif karena yakin bahwa pemimpin akan bertindak demi kepentingan terbaik karyawan (Flavian et al., 2019). Sebagai contoh, pemimpin di beberapa rumah sakit di China menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan penuh rasa saling percaya. Dalam lingkungan semacam ini, para perawat termotivasi untuk melakukan hal serupa, yaitu memercayai orang lain dan merasakan kesehatan psikologis yang lebih baik. Ketika perawat diminta menjalankan tugas-tugas tertentu di luar uraian pekerjaan yang telah ditetapkan, mereka lebih bersedia “bekerja lebih keras” untuk melayani pasien tanpa rasa enggan (Huang et al., 2021).

Kebaikan hati (kindness). Pemimpin yang memimpin dengan hatinya akan menunjukan sikap dan perilaku yang baik kepada karyawannya. Kebaikan hati melahirkan perhatian dan cinta. Pemimpin akan memperhatikan dan membangun relasi yang baik dengan karyawan dan orang lain di sekitarnya. Dalam pandangannya, karyawan adalah sesama manusia yang memiliki harkat dan martabat yang sama seperti dirinya sehingga perlu diperlakukan dengan baik. Menurut Deshmukh  (2021), pemimpin yang baik hati adalah orang yang jujur, terus terang, dan transparan dalam berkomunikasi dengan rekan kerja, bahkan selama situasi dan transisi yang sulit.

Prinsip common good (kebaikan bersama) menjadi tantangan hebat apalagi ketika krisis akut. Pemimpin yang memiliki hati akan berupaya untuk memperhatikan tidak hanya untung rugi organisasinya saja tetapi akan mempertimbangkan sungguh-sungguh akibatnya bagi karyawannya ketika membuat keputusan penting menyangkut organisasi. Dampak positif dari pemimpin yang baik hati pada karyawan adalah peningkatan kebahagiaan, motivasi, komitmen, keterlibatan, loyalitas, dan produktivitas. Kebaikan juga mengarah pada stabilitas, kreativitas, dan inovasi tim yang lebih besar. Perilaku pemimpin yang baik hati juga berdampak positif pada reputasi perusahaan, membantunya menarik dan mempertahankan pelanggan, orang bertalenta, dan mitra bisnis yang kuat (Deshmukh, 2021).

Gaya berkomunikasi seorang pemimpin sangat menentukan apakah ia memikirkan kepentingan dirinya atau kepentingan bersama sebagai reaksi atas krisis yang dihadapi, misalnya Watkin (2021) membandingkan gaya komunikasi krisis presiden Trump dan para gubernurnya selama pandemi COVID-19. Gaya komunikasi krisis Presiden Trump tidak konsisten dan tidak efektif karena Presiden Trump selalu mempertimbangkan untung rugi dari sisi politik, sedangkan para gubernur setia melaksanakan apa yang telah ditetapkan demi keselamatan masyarakat. Dalam situasi krisis, keterampilan komunikasi pemimpin kepada karyawan sangat penting. Pemimpin yang terampil dalam berkomunikasi akan membantu mengelola stres karyawan; memaksimalkan kepercayaan, dan meminimalkan stres dan kecemasan selama waktu yang tidak pasti. Pada saat genting, karyawan mengharapkan pemimpin untuk bertindak dan memberikan keputusan dengan tenang dan dalam musyawarah. Ketika berbagi informasi, pemimpin perlu melakukannya dengan empati dan optimis. Hal itu dilakukan karena pemimpin memahami ketidakpastian dan kecemasan yang dihadapi karyawan, terutama ketika para pemimpin harus mengomunikasikan keputusan yang cenderung meningkatkan stres karyawan; misalnya pengurangan jam kerja. Pemimpin harus ingat bahwa karyawan yang sedang cemas ingin agar pemimpin memberi harapan dan peneguhan. Kehilangan kendali dapat mengarah pada rasa tidak berdaya dan putus asa. Pemimpin harus membuat karyawan merasa ada harapan di masa depan dan membiarkan karyawan menyadari bagaimana mereka dapat membantu karyawan lain (Chen & Sriphon, 2021).

Empati. Sikap peka, peduli, dan belas kasih merupakan salah satu ciri yang tampak dari pemimpin yang memimpin dengan hatinya. Kepekaan, kepedulian, dan belas kasih dari pemimpin memberi suasana positif dalam hati dan perilaku karyawan. Pemimpin yang peka, peduli, dan berbelas kasih adalah pemimpin yang tidak berfokus pada dirinya sendiri, tetapi mudah tergerak hatinya karena melihat situasi yang dialami oleh karyawannya dan berupaya untuk mencari jalan keluar terhadap situasi tersebut. Belas kasih sebagai tindakan kepedulian terhadap penderitaan sesama berkontribusi pada pengurangan perilaku tidak beradab/tidak sopan dalam organisasi dengan memungkinkan terbentuknya hubungan pribadi yang mendalam antara atasan dan bawahan. Belas kasih pemimpin membangkitkan emosi positif dalam diri karyawan (Ko et al., 2021). Karyawan yang mengalami belas kasih akan mengembangkan rasa hormat terhadap pemimpinnya dan orang lain yang pada gilirannya, memfasilitasi inovasi organisasi (Ko et al., 2021).

Empati merupakan wujud belas kasih pemimpin kepada karyawan, adalah kemampuan untuk berbagi atau memahami keadaan emosional orang lain (Yeo & Kim, 2021). Pemimpin yang memimpin dengan hati akan berusaha memahami motivasi dan emosi karyawannya dan berupaya untuk memberi umpan balik terhadapnya. Pada saat krisis, pemimpin akan memahami bagaimana perasaan para karyawan dan berusaha menolongnya keluar dari permasalahan yang dihadapi, bukan sebaliknya menambah masalah bagi karyawannya. Pemimpin yang peduli pada situasi karyawan akan ikut merasakan pergulatan dan kecemasan yang dihadapi karyawan dan keluarga yang menjadi tanggungannya. Kepedulian sejati mensyaratkan keberanian untuk menjadi rentan dan mengakui kerentanan diri sendiri agar lebih solider kepada yang rentan. Pemimpin yang peduli adalah pemimpin yang sensitif dan sekaligus responsif terhadap keadaan karyawannya dan orang lain di sekitarnya. Pemimpin tidak hanya perlu mempraktikkan belas kasih secara pribadi, tetapi juga harus berupaya membangun budaya belas kasih, sehingga setiap individu dalam organisasi saling peduli dan memperhatikan satu sama lain (Vogel & Flint, 2021).

Integritas. Di tengah krisis, perilaku pemimpin yang memiliki integritas sangat dibutuhkan. Integritas merupakan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan, didasarkan pada standar moral yang digerakkan dari dalam hati. Seorang pemimpin yang memiliki integritas akan dipercaya oleh karyawannya sehingga meningkatkan partisipasi karyawan dalam aktivitas organisasi (Engelbrecht et al., 2017). Integritas seorang pemimpin tercermin dari sikap jujur dan konsistennya dalam memegang teguh prinsip etika dan moral. Pemimpin yang etis meyakini pentingnya keadilan, kepedulian, serta perlakuan yang bermartabat terhadap karyawan. Mereka tidak hanya mempertanyakan perilaku yang tidak etis, tetapi juga membangun hubungan yang berkualitas tinggi, berlandaskan kepercayaan dari para pengikutnya (Huang et al., 2021). Jika integritas dan etika ditonjolkan dalam organisasi, maka karyawan percaya bahwa pemimpin akan mempertimbangkan kepentingan mereka, dan pemimpin juga akan berperilaku adil dan etis ketika keputusan dibuat dalam lingkungan kerja yang berubah (Engelbrecht et al., 2017). Pemimpin yang bertindak berdasarkan etika akan menularkan tindakan etis pula dalam diri karyawannya sehingga bersama membentuk budaya etis. Pemimpin etis muncul dari organisasi yang memiliki budaya etis (Zyglidopoulos, 2021).

Seorang pemimpin harus dapat menyampaikan kebenaran tentang dirinya dan juga situasi yang tengah dihadapinya. Kesungguhan yang dimiliki pemimpin akan mampu membantunya saat menghadapi situasi ataupun kondisi yang menuntut keberaniannya. Ketika krisis, dan organisasi mengalami permasalahan misalnya keuangan, ketidak-berdayaan dan sebagainya, seorang pemimpin yang memiliki hati akan berani melakukan komunikasi yang transparan dengan karyawannya meskipun dalam dilematis. Dengan begitu diharapkan terbangunnya empati dari kedua belah pihak kemudian bersama-sama mencari jalan keluar agar kelangsungan organisasi tetap diperhatikan dan kekuatiran karyawan akan kesejahteraan pun tidak diabaikan. Menurut Chen & Sriphon (2021), pemimpin harus jujur ​​dan transparan bahkan pemimpin harus menyampaikan berita yang mengecewakan secara jelas, lugas, dan jujur. Pemimpin perlu menghindari memberikan informasi yang keliru yang mengarah pada mispersepsi. Pemimpin yang efektif akan membagikan semua fakta dengan cepat dan tidak menyembunyikan berita buruk. Pemimpin harus menyediakan komunikasi secara teratur. Pemimpin yang baik harus secara rutin melakukan komunikasi sehingga karyawan dapat memahami situasi yang sebenarnya. Saat komunikasi berhenti atau kurang lancar, karyawan cenderung membayangkan hal yang buruk mengenai pemimpin dan organisasi.

Refleksi. Hal lain yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin yang memimpin dengan hatinya terutama saat krisis adalah melakukan refleksi dan evaluasi terus-menerus. Refleksi dan evaluasi menunjukkan kedalaman spiritualitas dalam diri pemimpin tersebut. Spiritualitas tidak berhubungan dengan agama tertentu tetapi nilai, sikap, dan perilaku yang digerakkan dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan spiritual terdiri dari nilai-nilai, sikap, dan perilaku seorang pemimpin yang berfokus pada signifikansi diri intrinsik dan nilai diri karyawan melalui panggilan dan keanggotaan (Yang et al., 2019). Dalam masa krisis, seorang pemimpin perlu mengambil waktu yang cukup untuk merenungkan kembali, melakukan disermen/penegasan, refleksi, dan evaluasi atas perilakunya, perilaku karyawan, dan perilaku organisasi yang dipimpinnya. Dengan demikian pemimpin tersebut dapat selalu mengetahui sikap dan perilakunya berada di dalam koridor etika dan moral atau tidak. Di samping itu, saat – saat hening dibutuhkan untuk menimba energi dari sumber hidup agar dapat menggerakkan dirinya melakukan perbuatan baik, benar, dan positif. Sebagai orang beriman yang menyadari akan kerapuhan diri berhadapan dengan krisis, pemimpin harus menunjukkan imannya yang besar akan Allah yang Maha Besar dan kerapuhan manusiawi dan mengupayakan agar karyawan pun menyadari hal yang sama sehingga secara bersama membangun iman akan Allah dan semakin solider kepada sesama manusia. Masing-masing individu dalam organisasi dipanggil untuk berlatih dan mempromosikan proses penegasan (discernment) untuk menemukan bersama cara-cara terbaik untuk merasa, berpikir, dan bertindak untuk kebaikan bersama dan kemuliaan Allah.

Para pemimpin yang menggabungkan praktik penegasan (discerment) dalam pengambilan keputusan lebih mungkin untuk menghindari tindakan yang tidak bijaksana, menumbuhkan kreativitas dan mencapai komitmen yang lebih besar terhadap implementasi keputusan dari pihak lain yang terkena dampak keputusan tersebut. Pemimpin yang mengintegrasikan penegasan spiritual ke dalam proses pengambilan keputusan menemukan “jati diri” sebagai sumber kekuatan yang kaya untuk menggerakkan semangat hidup. Melalui pendekatan ini, mereka memperoleh kebebasan, energi, dan sumber daya baru yang dibutuhkan untuk memimpin menuju tujuan baru, terutama dalam menghadapi kompleksitas yang menakutkan dan penuh tantangan (Allen & Fry, 2019).

Krisis selalu memiliki dua sisi yaitu malapetaka atau kesempatan/peluang, tergantung cara pandang, cara merasa, dan cara bertindak kita. Pemimpin yang digerakkan oleh nilai, sikap dan perilaku positif yang bersumber dari hati akan melihat krisis sebagai sebuah kesempatan untuk bertindak lebih bijaksana dan bertanggung jawab. Ia tidak hanya akan cekatan melakukan berbagai terobosan untuk menyelamatkan organisasi dari krisis tetapi juga berpihak pada aspek kemanusiaan dalam merespons krisis.

***

DAFTAR PUSTAKA

Allen, S., & Fry, L. W. (2019). Spiritual development in executive coaching. Journal of Management Development, 38(10), 796–811. https://doi.org/10.1108/JMD-04-2019-0133

Anadol, Y., & Behery, M. (2020). Humanistic leadership in the UAE context. Cross Cultural and Strategic Management, 27(4), 645–664. https://doi.org/10.1108/CCSM-01-2020-0023

Chen, J. K. C., & Sriphon, T. (2021). Perspective on COVID-19 pandemic factors impacting organizational leadership. Sustainability (Switzerland), 13, 1–22. https://doi.org/10.3390/su13063230

Deshmukh, B. Y. S. (2021). Kindness is key. STRATEGIC FINANCE, 20(July), 1–3.

Engelbrecht, A. S., Heine, G., & Mahembe, B. (2017). Integrity, ethical leadership, trust and work engagement. Leadership and Organization Development Journal, 38(3), 368–379. https://doi.org/10.1108/LODJ-11-2015-0237

Flavian, C., Guinalíu, M., & Jordan, P. (2019). Antecedents and consequences of trust on a virtual team leader. European Journal of Management and Business Economics, 28(1), 2–24. https://doi.org/10.1108/EJMBE-11-2017-0043

Garro-Abarca, V., Palos-Sanchez, P., & Aguayo-Camacho, M. (2021). Virtual Teams in Times of Pandemic: Factors That Influence Performance. Frontiers in Psychology, 12(February), 1–14. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2021.624637

Huang, N., Qiu, S., Yang, S., & Deng, R. (2021). Ethical leadership and organizational citizenship behavior: Mediation of trust and psychological well-being. Psychology Research and Behavior Management, 14(June), 655–664. https://doi.org/10.2147/PRBM.S311856

Javed, M., Niazi, A., Hoshino, Y., Hassan, H., & Hussain, M. (2021). Making Leaders’ and Followers’ Relationship Sustainable: The Impact of Leaders’ Behavioral Integrity on Employees’ Voice in the Banking Sector of Pakistan. Sustainability, 13, 1–14. https://doi.org/doi.org/ 10.3390/su132111733 Academic

Ko, S. H., Kim, J., & Choi, Y. (2021). Compassion and workplace incivility: Implications for open innovation. Journal of Open Innovation: Technology, Market, and Complexity, 7(1). https://doi.org/10.3390/JOITMC7010095

Mahdikhani, M., & Yazdani, B. (2020). Transformational leadership and service quality in e-commerce businesses: The role of trust and team performance. International Journal of Law and Management, 62(1), 23–46. https://doi.org/10.1108/IJLMA-12-2018-0290

Ramakrishnan, R. (2021). Leading in a “VUCA” world. -Journal of Business Management, 20(1), 89–111. https://doi.org/10.12725/ujbm.54.5

Vogel, S., & Flint, B. (2021). Compassionate leadership: how to support your team when fixing the problem seems impossible. Nursing Management, 28(1), 32–41. https://doi.org/10.7748/nm.2021.e1967

Yang, F., Liu, J., Wang, Z., & Zhang, Y. (2019). Feeling Energized: A Multilevel Model of Spiritual Leadership, Leader Integrity, Relational Energy, and Job Performance. Journal of Business Ethics, 158, 983–997. https://doi.org/10.1007/s10551-017-3713-1

Yeo, S., & Kim, K. J. (2021). A validation study of the Korean version of the Toronto empathy questionnaire for the measurement of medical students’ empathy. BMC Medical Education, 21(1), 1–9. https://doi.org/10.1186/s12909-021-02561-7

Zyglidopoulos, S. (2021). On Becoming and Being an Ethical Leader: A Platonic Interpretation. Journal of Business Ethics, 173(1), 1–11. https://doi.org/10.1007/s10551-020-04544-y

 Rekhy R. (2019). Leading from the heart. https://humancapitalonline.com

*Penulis adalah dosen STPM Santa Ursula

JAKARTA, SERVIAMNEWS.com – Dalam rangka perayaan 125 tahun Uni Roma Ordo Santa Ursula, para Suster Ursulin regio DKI Jakarta – Banten – Bekasi, mengadakan bakti sosial berupa pasar murah dan pelayanan kesehatan di halaman Sekolah Santa Ursula Jakarta pada hari Minggu, 8 Desember 2024 yang lalu. Kegiatan ini melibatkan komunitas Santa Maria, Santa Ursula, Santa Theresia, Santo Vincentius, Sunter, dan Pondok Damai.

“Tujuan diadakan pasar murah ini adalah untuk berbelarasa dengan masyarakat yang membutuhkan. Hal ini juga sejalan dengan arah dasar Keuskupan Agung Jakarta.” ungkap Sr. Monika Lita Hasanah, OSU selaku Provinsial Ursulin Indonesia. Dengan landasan ini, maka para Suster Ursulin di KAJ bekerja sama dengan kelurahan setempat merangkul masyarakat sekitar biara yang membutuhkan bantuan, di antaranya adalah kelurahan Pasar Baru, Kebon Kelapa, Gondangdia, Bidara Cina, dan Sunter.

Kegiatan ini bekerja sama juga dengan Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Paroki Katedral Jakarta, Ayo Sekolah Ayo Kuliah (ASAK) dan Lembaga Daya Dharma (LDD) untuk menjangkau masyarakat lebih luas lagi.  “Persiapan ini tercetus pada bulan Oktober 2024 dan kemudian diadakan rapat demi rapat yang melibatkan guru dan karyawan hingga terselenggaranya kegiatan pasar murah ini.” jelas Sr. Regina Praptiwi, OSU, selaku salah satu pelindung dari kegiatan ini. Untuk kesediaan berbagai paket yang akan dijual di Pasar Murah, diperoleh dari banyak bantuan dan sumbangan para donatur dan murid sekolah Ursulin.

Pada hari Minggu pagi, 8 Desember 2024 sempat turun hujan yang meresahkan hati panitia dan para suster. Khawtir hujan tidak kunjung berhenti dan masyarakat tidak dapat datang ke lapangan parkir Sekolah St Ursula Jakarta. Namun dengan doa dan niat melayani kegiatan sosial yang melibatkan suster, guru, karyawan dan alumni ini dapat berjalan lancar tanpa kendala berarti.

Sejak dari bulan Oktober sudah diadakan rapat dan membentuk kepanitiaan. Panitia melibatkan para siswa dan para donatur yang bersedia untuk memberikan sumbangan berupa sembako, pakaian dan mainan layak pakai yang selanjutnya dilakukan pemilahan dan dirapikan kembali oleh panitia sebelum didistribusikan.

Pasar Murah Serba Rp 2.000  

Dalam Pasar Murah masyarakat sudah bisa memperoleh paket sembako, paket pakaian layak pakai, paket alat tulis atau mainan dan makan siang hanya dengan Rp 2.000/paket serta layanan kesehatan gratis. Pelayanan kesehatan yang diberikan yaitu penyuluhan kesehatan gigi dan kanker kulit, memberikan pemeriksaan gratis pengukuran tensi, gula darah dan kolesterol serta memberikan obat-obatan dan vitamin gratis kepada masyarakat yang membutuhkan.

“Saya senang dan merasa terbantu akan terselenggaranya kegiatan ini. Harganya murah dan terjangkau bagi kami. Kami juga bisa memilih barang-barang yang kami butuhkan.” ungkap salah seorang masyarakat yang antusias ketika ditanya mengenai kegiatan ini.

Pengunjung kegiatan ini sangat antusias dalam menyambut undangan dari para Suster Ursulin. Pasar murah ini dianggap sungguh membantu dalam penghematan kebutuhan mereka di kala harga-harga di pasar meningkat. Meskipun banyak orang yang datang akan tetapi alur kegiatan berjalan dengan lancar dan tidak terjadi penumpukan.

“Kita selayaknya bersyukur karena ini terjadi atas kebaikan dan penyelenggaran Tuhan, karena meskipun ada tantangan dari cuaca, akan tetapi berkat doa semua yang terlibat acara berjalan dengan lancar.” ucap Sumardi, selaku Ketua Penyelenggara Bakti Sosial Ursulin Peduli Masyarakat.

Sr. Lita menambahkan bahwa makna kegiatan ini merupakan wujud nyata dari persatuan dari para Suster Ursulin, tenaga pendidik, kependidikan dan penunjang sekolah-sekolah Ursulin, Alumni Serviam Indonesia, dan para donatur. “Tiap-tiap orang terlibat membantu acara ini dan dengan bersatu padu acara ini bisa terselenggara dengan baik.” Beliau berharap bahwa para Suster Ursulin dan semua yang berkarya di sekolah maupun karya sosial Ursulin bisa memberi teladan di dunia yang terpecah belah ini.

SURAKARTA, SERVIAMNEWS.com – Bertempat di Auditorium Kampus Regina Pacis, pada hari Sabtu, 14 Desember 2024, Pastoral Kampus Regina Pacis menyelenggarakan rekoleksi Adven yang penuh makna sebagai persiapan menyambut kedatangan Kristus pada Hari Natal nanti.

Rekoleksi Adven tahun 2024 ini dibagi dalam dua sesi. Sesi pertama adalah ibadat dan renungan Adven yang berlangsung pukul 07.30-09.00 WIB dengan tema Spes Non Confundit atau “Pengharapan yang Tidak Mengecewakan”. Ibadat dipimpin oleh Sr. Maria Theofila, OSU beserta Tim Pastoral Kampus Regina Pacis. Renungan Adven yang mengambil tema: Spes Non Confundit dibawakan oleh Bapak Elias Anwar. Renungan Adven ini mengajak peserta rekoleksi untuk menjadi peziarah harapan seperti yang dilakukan oleh pemungut cukai dalam Injjl Lukas Bab 3.

Dalam sesi ini, peserta juga diajak untuk mendalami pengharapan yang didasarkan pada iman kepada Tuhan, meskipun sering kali dihadapkan pada situasi sulit. Melalui ibadat dan renungan Adven, peserta juga diberi kesempatan untuk sharing bersama dalam kelompok kecil dan berbagi pengalaman.

Suster Vero dalam kelompok kecilnya membuka sharing bahwa dalam pengharapan, kita harus terbuka pada realitas hidup dan belajar menerima situasi di mana pengharapan tampaknya tidak terwujud namun tetap kuat untuk tekun. “Pengalaman-pengalaman seperti perjuangan Pak Edy menghadapi sakit demam berdarah anaknya, Ibu Wiwik yang harus pindah rumah demi menemani mertuanya, dan pergumulan saya sendiri dengan sakit, mestinya menjadikan pengharapan yang menguatkan iman dan harapan kepada Tuhan”, demikian dikatakan Suster Vero dalam sharingnya.

Ada juga sharing dari kelompok Ibu Indratin bersama Ibu Lestari, membagikan kekaguman mereka terhadap tokoh pemungut cukai dalam Injil yang berani bertobat dan melakukan transformasi diri. “Pemungut cukai berani meninggalkan kenyamanan hidupnya dan mau mengikuti Yesus adalah sebuah keberanian”, kata Ibu In.

Melalui sharing bersama ini, Pak Anwar menegaskan bahwa pengharapan tidak selalu berarti bebas dari kesulitan, tetapi kita mau terbuka terhadap realitas dan berusaha menemukan kekuatan di dalamnya. Dalam renungannya, Pak Anwar mengajak semua peserta untuk terus berharap dan menjadi peziarah pengharapan, terutama menjelang Tahun Yubileum 2025. “Pengharapan adalah teman setia kita untuk sampai kepada Kristus,” tegas Pak Anwar. Sebagai peneguhan, Suster Maria Theofilla yang memimpin doa-doa Adven menyentuh hati, menguatkan iman dan komitmen para peserta untuk terus berjalan dalam terang Kristus.

Sesi keduadilanjutkan pukul 09.00-11.30 WIB dengan tema “Hiduplah dan Bebaslah: Mengenakan Pikiran dan Hati Kristus”. Sesi ini dipandu oleh Rm. Agustinus Setyadarmono, SJ, atau sering disapa Romo Nano. Tema ini mau mengupas dan mendalami buku yang berjudul: Hiduplah dan Bebaslah. Sesi ini berkesinambungan mendalami setiap bab dari buku tersebut. Dalam pertemuan bersama Romo Nano, yang didalami adalah bagian pengantar dari buku tersebut.

Dalam sesi ini, Romo Nano membawa peserta dengan gayanya yang lucu namun berbobot pada refleksi mendalam tentang kebebasan sejati dalam hidup. Romo Nano menekankan bahwa kebebasan sejati bukan sekadar terbebas dari beban, tetapi juga keberanian mau menggunakan perasaan dan pikiran dari Kristus, yang seringkali berbeda dengan perasaan dan pikiran kita bahkan orang lain.Peserta diajak untuk mengenakan pikiran dan hati Kristus dalam setiap aspek hidup mereka, terutama dalam peran mereka sebagai pendidik dan pelayan sesama. Kebebasan ini menjadi dasar untuk terus membangun kehidupan yang selaras dengan kehendak Tuhan.

Acara kemudian ditutup oleh Suster Vero, yang memberikan pesan mendalam tentang pentingnya ketekunan dalam menerima diri sendiri dan belajar mendalami buku Sepikiran dengan Kristus. Suster Vero mengajak semua peserta rekoleksi untuk terus membangun pengharapan yang kokoh dan melibatkan Kristus dalam setiap langkah hidup.

Melalui dua tema besar, Spes Non Confundit dan Hiduplah dan Bebaslah, rekoleksi ini menjadi pengingat bahwa pengharapan adalah dasar kehidupan yang tidak akan pernah mengecewakan. Bersama dengan kebebasan sejati yang diperoleh melalui iman, peserta didorong untuk menjadikan hidup mereka sebagai kesaksian nyata tentang kasih dan rahmat Tuhan.Semoga semangat pengharapan dan kebebasan sejati yang dipupuk melalui rekoleksi ini dapat terus hidup di hati semua peserta, membawa mereka lebih dekat kepada Kristus di masa Adven dan seterusnya.

El. Anwar (Guru Pendidikan Agama Katolik SMA Regina Pacis Surakarta)

Kampus Ursulin Regina Pacis Surakarta: https://smp-reginapacis-slo.sch.id/ dan https://smareginapacis-solo.sch.id/

KLATEN, SERVIAMNEWS.com – Manusia bukan hanya makhluk cerdas (Homo Sapiens), namun ternyata juga merupakan makhluk pemain yang suka memainkan permainan (Homo Ludens). Ini terbukti pada tanggal 10 dan 11 Desember 2024, ketika para guru KB, TK, SD, dan SMP Maria Assumpta mengikuti Workshop Experiential Learning (Pembelajaran Berbasis Pengalaman). Dalam workshop yang dipandu oleh Bapak Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., para guru sangat menikmati bermain, layaknya anak-anak.

Workshop yang berlangsung selama dua hari ini diisi dengan kegiatan bermain dan bermain. Permainan menjadi sarana untuk mendapatkan suatu pengalaman sekaligus membangkitkan kegembiraan dan semangat. Pada hari pertama, Pak Eka memulai workshop dengan mengajak peserta bermain aneka permainan yang menyenangkan sembari menyadarkan tentang pentingnya fokus dan konsentrasi. Melalui permainan ini peserta menyadari bahwa kegembiraan, fokus, dan konsentrasi dibutuhkan dalam mengikuti workshop ini. Peserta dengan sendirinya menyadari hal ini tanpa harus diberitahu oleh pemandu. Di sinilah untuk pertama kalinya peserta disadarkan bahwa pengalaman itu penting untuk membentuk suatu pemahaman.

Experiential Learning atau Pembelajaran Berbasis Pengalaman ini membutuhkan imajinasi terkait profil lulusan yang diharapkan. Maka sebelum melangkah dalam kegiatan pembelajaran di kelas, penting bagi sekolah untuk merumuskan profil lulusan. Profil lulusan ini meliputi kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Profil lulusan dirumuskan berdasar visi dan misi satuan pendidikan serta keadaan dan kemampuan satuan pendidikan dari sisi SDM, sarana-prasarana, keuangan, serta budaya organisasi. Profil lulusan ini harus menjadi dasar dalam berbagai keputusan dan tindakan.

Terkait profil lulusan ini, peserta diberi kesempatan untuk berimajinasi bersama kelompok, memimpikan lulusan seperti apa di setiap jenjang pendidikan. Maka peserta yang mengajar di KB dan TK berkumpul menjadi satu kelompok, SD berkumpul menjadi tiga kelompok, dan SMP berkumpul menjadi dua kelompok. Setiap kelompok mengalami memimpikan dan mengomunikasikan impian tentang profil lulusannya melalui suatu aktivitas yang menarik dan menyenangkan.

Kelompok merumuskan impiannya dan mengejawantahkan impian itu dalam kegiatan fashion show. Jadi, setiap kelompok membuat busana dan aneka aksesorisnya untuk menggambarkan profil lulusan yang menjadi impian kelompok. Salah satu anggota kelompok menampilkan profil itu dalam pertunjukan fashion show, sementara ada satu perwakilan lainnya yang menjelaskan profil lulusan yang kelompok impikan. Sesi terakhir di hari pertama ini peserta diajak menemukan inspirasi dari film “Dead Poet Society”. Dengan menyaksikan film ini, peserta masuk ke dalam pengalaman tokoh guru dalam film tersebut. Pengalaman inilah yang menjadi bahan refleksi untuk kemudian ditemukan relevansinya di satuan pendidikan.

Hari kedua workshop diawali dengan penyadaran akan realitas bahwa saat ini manusia hidup di era VUCA yang penuh dengan kepalsuan. Hoaks beredar di mana-mana. AI disalahgunakan untuk kepentingan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Manusia hidup dalam ketidakpastian. Maka dibutuhkan pedagogi yang tepat untuk menghadapi situasi seperti ini, di mana pembelajaran harus relevan dengan tantangan zaman, kontekstual (sesuai dengan situasi yang konkret), otentik (apa adanya, murni), dan variatif.

Pembelajaran Berbasis Pengalaman menjadi pilihan ideal untuk proses pembelajaran di era seperti sekarang ini. Dasar dari Pembelajaran Berbasis Pengalaman adalah filsafat konstruktivisme. Dalam filsafat ini, diyakini bahwa pengetahuan paling berdampak jika disusun sendiri oleh siswa. Pengetahuan yang didapat akan memicu rasa penasaran yang memunculkan pertanyaan, pergulatan, dan imajinasi.

Dinamika dalam Pembelajaran Berbasis Pengalaman meliputi lima langkah. Pertama-tama siswa diajak mengalami. Pengalaman yang didapat itu kemudian direfleksikan. Refleksi tidak selalu terkait kerohanian. Refleksi di sini adalah proses menemukan makna dibalik peristiwa. Maka guru perlu memberi ruang yang cukup untuk siswa mengungkapkan pengalaman dan perasaan dengan bahasa mereka sendiri. Pertanyaan pemantik tentu akan sangat membantu dalam proses refleksi ini.

Setelah direfleksikan, pengalaman itu dianalisis. Untuk jenjang KB dan TK, kegiatan analisis ini tidak harus ada. Sedangkan untuk jenjang SD, kegiatan analisis sebaiknya menggunakan sarana atau pendekatan yang konkret. Analisis yang sederhana untuk anak SD adalah analisis sebab akibat. Setelah analisis, kemudian dilakukan generalisasi (menarik kesimpulan). Pada tahap ini siswa dipancing untuk menggali nilai-nilai serviam. Guru harus belajar menahan diri untuk tidak ceramah mengenai nilai-nilai ini. Tahap terakhir dari dinamika Pembelajaran Berbasis Pengalaman adalah aplikasi. Pada tahap ini, guru dapat memberi kesempatan yang luas kepada siswa untuk menyampaikan pendapat atau berimajinasi.

Dalam workshop dua hari ini, peserta membuktikan sendiri kekuatan Pembelajaran Berbasis Pengalaman. Peserta tidak banyak mendengarkan ceramah yang menunjukkan tentang apa itu Pembelajaran Berbasis Pengalaman, namun diajak untuk mengalami sendiri apa yang dipelajari. Peserta membangun sendiri pengetahuan tentang Pembelajaran Berbasis Pengalaman itu. Workshop tidak berakhir sampai di sini. Saatnya bagi peserta untuk mempraktikkan hasil belajarnya di kelas masing-masing. Semoga dengan menerapkan Pembelajaran Berbasis Pengalaman ini, proses pembelajaran menjadi mindful, meaningful, and joyful. Dan lebih dari itu, pembelajaran dapat melahirkan profil lulusan sebagaimana diharapkan oleh sekolah.

“Saya dengar, saya lupa. Saya lihat, saya ingat.

Saya lakukan, saya mengerti.”

(Confusius)

“Beritahu aku, aku lupa. Ajari aku, aku ingat.

Libatkan aku, aku mengerti.”

(Benyamin Franklin)

Maria Asih Wibowo Retno, SD Maria Assumpta Klaten

Kampus Ursulin Maria Assumpta Klaten : http://mariaassumpta.sch.id/

SURABAYA, SERVIAMNEWS.com – Kampus Ursulin Santa Maria Surabaya kembali menggelar kegiatan inspiratif dengan mengadakan Teacher’s Exchange, sebuah program pertukaran pengajar yang bertujuan untuk memperkuat kolaborasi lintas jenjang pendidikan, Kamis, 14 November 2024. Acara ini melibatkan guru-guru dari unit SMA yang mengajar di SMP, dan sebaliknya, serta menghadirkan pengalaman belajar yang segar bagi para siswa.

Sebanyak 12 guru dari unit SMA terlibat dalam kegiatan ini. Mereka mengajar siswa kelas 8 SMP dengan pendekatan inovatif yang mengintegrasikan materi pelajaran dan pengembangan soft skills. Beberapa guru yang terlibat dalam kegiatan ini misalnya:

Pak Pambuko membimbing siswa dalam seni Karawitan, Bu Eva mengajarkan tari tradisional melalui praktik langsung di ruang Ursula, Ms. Maria memberikan pelatihan public speaking untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa berbicara di depan umum.

Juga Pak Bagus menghadirkan cara menyenangkan untuk memahami fisika. Selain itu, guru-guru lain seperti Frau Sandra, Mr. Johannes, Bu Luci, Bu Angel, Bu Nike, Bu Tyas, Bu Amel, dan Pak Khrisma turut menyampaikan berbagai materi edukatif yang disesuaikan untuk siswa SMP. Sebagai bagian dari program ini, sebanyak 15 siswa SMP yang merupakan perwakilan dari kelas 8A hingga 8E mengikuti sesi sit-in di kelas Seni Tari dan Seni Musik di SMA. Sesi ini berlangsung pada jam pelajaran ke-1 hingga ke-2 serta ke-4 hingga ke-5. Melalui kegiatan ini, siswa mendapat wawasan baru tentang seni, sekaligus merasakan suasana belajar di unit SMA.

Tidak hanya guru SMA yang mengajar di SMP, guru dari unit SMP seperti Pak Martinus, Pak Pandya, dan Bu Martha juga berkesempatan mengajar siswa SMA. Pertukaran ini memberikan kesempatan bagi para guru untuk saling belajar metode pembelajaran lintas jenjang, sekaligus memperkaya pengalaman siswa. Program Teacher’s Exchange ini mencerminkan komitmen Kampus Ursulin Santa Maria Surabaya untuk terus berinovasi dalam pendidikan. Dengan mempertemukan guru dan siswa dari berbagai jenjang, diharapkan tercipta sinergi yang semakin kuat dalam upaya mencetak generasi muda yang kreatif, percaya diri, dan berprestasi.

“Ini adalah salah satu cara kami untuk memupuk semangat kolaborasi dan inovasi di lingkungan sekolah. Semoga kegiatan seperti ini dapat terus memberikan dampak positif bagi semua pihak,” ujar Bu Gita sebagai wakil kepala satuan pendidikan bidang kurikulum. Kegiatan ini menjadi momentum berharga bagi seluruh keluarga besar Kampus Ursulin Santa Maria Surabaya untuk terus melangkah bersama menuju pendidikan yang lebih baik.

Tim Humas SMA Santa Maria

Kampus Ursulin Santa Maria Surabaya : https://sanmarosu-jatim.sch.id/

JAKARTA, SERVIAMNEWS.com – Ikatan Alumni Serviam Indonesia (IASI) mengadakan Serviam Charity Christmas Market di Borobudur Backyard Garden, Hotel Borobudur Jakarta pada tanggal 22-24 November 2024. Serviam Charity Christmas Market resmi dibuka oleh Ibu Veronica Tan, Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Jumat, 22 November 2024. Kehadiran Ibu Veronica membawa semangat kebersamaan dan mendukung tujuan mulia acara ini.

Adapun tujuan acara Serviam Charity Christmas Market yaitu untuk pendanaan Ursuline Scholarship Foundation dan Pengembangan Sekolah di daerah. Acara menampilkan lebih dari 100 booth, mulai dari food & beverage hingga non-food items seperti fashion, beauty, dan craft. Acara juga dimeriahkan oleh lebih dari 3.000 pengunjung, termasuk para alumni Serviam bersama keluarga dan sahabat. Kegiatan melibatkan para alumni dari Kampus Ursulin Regio DKI Jakarta dan Banten yaitu Kampus Ursulin Santa Ursula Jakarta, Kampus Ursulin Santa Theresia, Kampus Ursulin Santa Maria, Kampus Ursulin Santa Ursula BSD, dan Kampus Ursulin Santo Vincentius.

IASI adalah Ikatan alumni dari sekolah-sekolah Ursulin seluruh Indonesia dan dilatarbelakangi dengan niatan untuk menerapkan nilai-nilai Serviam (Saya Mengabdi) yang sudah ditanamkan sejak di bangku sekolah, dalam melayani sesama khsususnya di bidang sosial kemanusiaan. Semangat Serviam adalah pembentuk kepribadian yang luhur dalam keseharian, terutama kepedulian kepada sesama.para alumni kemudian secara resmi membentuk perkumpulan IASI pada 17 Agustus 2021.Berbagai kegiatan akan dilakukan guna melayani sesama khsususnya di bidang sosial kemanusiaan. Sampai saat ini, ada lebih dari 100.000 alumni dengan rentang usia 19-80 tahun dan 90% berdomisili di Indonesia.

Aprianita Ganadi

Ikatan Alumni Serviam Indonesia: https://alumniserviam.org/

JAKARTA, SERVIAMNEWS.com– Keluarga besar KB-TK, SD, SMP, SMA, SMK Santa Theresia Jakarta merayakan pesta pelindung Kampus Ursulin Santa Theresia, Selasa, 1 Oktober 2024. Para Suster, peserta didik, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, tenaga penunjang berkumpul bersama dalam suasana persaudaraan dan Misa Meriah di lapangan Kampus Ursulin Santa Theresia. Misa bertajuk “Menjadi Pribadi yang Rendah Hati Seturut Teladan Hidup Santa Theresia” ini dipimpin oleh Romo Vincentius Prastowo, SDB.

Dalam homilinya, Romo Prastowo menjelaskan mengenai tiga sikap Santa Theresia yang wajib kita teladani. Pertama, pribadi Santa Theresia yang selalu rendah hati. Bagaimanapun caranya, Santa Theresia ingin selalu dekat dengan Yesus. Ia lalu menggambarkan relasi kedekatannya dengan Yesus seperti mainan, yang bebas diapakan saja. Inilah contoh inspirasi kerendahan hati di hadapan Tuhan.

Kedua, lanjut Romo Prastowo, Santa Theresia masuk ke biara dengan umur yang masih sangat muda. Meski belum cukup umur untuk masuk biara, Santa Theresia rajin menjadi pendoa bagi kaum misioner seluruh dunia. Inilah contoh empati atau bela rasa yang wajib kita pelajari dari pribadi Santa Theresia. Ketiga, hidup di biara memiliki tantangan, akan tetapi Santa Theresia berhasil mengatasi ego, dan tetap menjalankan hidupnya dengan Joyful. Santa Theresia berhasil menjadi orang Kudus yang selalu bersukacita.

Usai Misa, para suster, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan tenaga penunjang menghadiri acara kekeluargaan bersama di Auditorium Kampus Ursulin Santa Theresia. Acara diisi dengan penampilan seni dari unit kerja, pengenalan pegawai baru,dan pemberian penghargaan kepada mereka yang telah mengabdi bekerja di Kampus Ursulin Santa Theresia selama 35 tahun, 25 tahun, 20 tahun, 15 tahun, 10 tahun, dan 5 tahun. Acara kemudian ditutup dengan makan siang bersama.

Aprianita Ganadi

Kampus Ursulin Santa Theresia Jakarta:  https://www.sttheresia-jkt.sch.id/

Follow by Email
Instagram
Copy link
URL has been copied successfully!