Dalam rangka Hari Kemerdekaan RI ke- 77 tahun, kita mengulas seputar Merdeka dalam Pendidikan Ursulin bersama Ketua I Yayasan Pendidikan Ursulin, Sr. Ferdinanda Ngao, OSU:

  1. Arti arti Kata “Merdeka”?

Mendengar kata merdeka, saya selalu ingat akan Kemerdekaan Indonesia yang kita rayakan pada setiap tanggal 17 Agustus, Secara historis arti kata “merdeka” adalah terlepas dari penjajahan, penindasan, ketergantungan, keterikatan dengan penjajah. Di masa lalu arti kata merdeka dimengerti dengan konotasi negatif. Singkat kata, merdeka dimaknai sebagai “merdeka dari penjajah”.

Setelah lepas dari penjajah, kata merdeka dimaknai sebagai kebebasan dan kemandirian untuk mengatur dan menentukan kehidupan sendiri berdasarkan hak dan martabatnya. Ada pergeseran makna kata, dari bebas dari menjadi bebas untuk orang makin menyadari haknya untuk menikmati kebebasan. Ia ingin tumbuh menjadi manuasia merdeka

2. Mengapa kita masih terus berjuang meski sudah 77 tahun merdeka?

Banyak kata-kata indah yang mengatakan bahwa kemerdekaan itu adalah sebuah anugerah bagi bangsa Indonesia. Anugerah ini belum disyukuri dan dihayati sungguh-sungguh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita memang sudah merdeka sekian lama dari penjajah, tapi sebagai manusia kita lupa bahwa kita masih dijajah oleh kelemahan dan kerapuhan kita masing-masing.

Perjuangan untuk merdeka atau bebas dari kelemahan dan kerapuhan diri, tidak mudah, membutuhkan proses yang jauh lebih lama untuk menjadi bebas. Bahkan menurut saya memerdekakan diri dari bentuk penjajahan yang ini jauh lebih sulit. Bisa menjadi perjuangan seumur hidup jika tiap kali kita jatuh lagi, jatuh lagi, dan terperangkap ke dalam kelemahan yang sama. Kesulitan memerdekakan diri seringkali menyebabkan kita justru bertumbuh menjadi penjajah-penjajah bagi orang lain yang hidup bersama dan bekerja bersama kita.

3. Bagaimana mengisi Kemerdekaan dengan hal-hal yang positif?

Menurut hemat saya, yang paling mendsar adalah berusaha memerdekakan diri dari segala bentuk kerapuhan kita sebagai manusia dengan mengadakan rekonsiliasi dengan diri sendiri dan dengan orang lain yang hidup dan bekerja bersama kita. Hanya dengan kesadaran untuk mengakan rekonsiliasi secara terus menerus dengan diri sendiri dan dengan orang lain, perlahan-lahan namun pasti, kita akan bertumbuh menjadi manusia Indonesia merdeka.

Salah satu ciri manusia Indonesia Merdeka adalah manusia yang memfokuskan dirinya bagi kepentingan dan kebahagiaan orang lain baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, maupun bangsa. Ia tidak sibuk dengan kepentingan dan keuntungan diri terus menerus, melainkan terus berupaya memberikan sebagala bakal, potensi, kemampuan-kemampuan, waktu, tenaga, dan perhatian hanya demi kesejahteraan orang lain dan kesejahteraan bangsa. Jadi, kita bereskan semua hal yang membelenggu dalam diri kita terlebih dahulu. Setelah itu baru kita bisa mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang positif.

Dampak peristiwa kemerdekaan 77 tahun, kita menikmati buah-buah kemerdekaan, seperti:

  • Kita punya jadi diri dan budaya bangsa yang jelas
  • Harga diri, rasa nasionalis, kebanggaan dan cinta terhadap NKRI semakin meningkat.
  • Bangsa dan negara kita sudah masuk dalam perhitungan dunia
  • Kita mampu mengelola kekayaan-kekayaan kita sendiri, tidak dikelola oleh bangsa lain.
  • Banyak tokoh-tokoh kita yang diakui kehebatannya pada level dunia baik yang sudah kita kenal maupun yang belum sempat terkespos
  • Sekarang ini negara kita masih bisa bertahan dalam krisis global

4. Bagaimana cara memerdekaan manusia melalui pendidikan?

Selaras perkembangan zaman yang semakin pesat dan cepat, kata merdeka sekarang ini lebih dimaknai sebagai kebebasan untuk bereksplorasi, menciptakakan berbagai inovasi dan kreativitas dalam menjawab kebutuhan dan tantangan zaman dengan daya analisa yang tinggi. Perkembangan zaman yang serba tidak pasti, menantang manusia Indonesia untuk lebih bersikap kritis, kreatif, dan analitis dalam melakukan adaptasi- adaptasi.

Sikap-sikap ini saja tidak cukup. Generasi muda kita perlu dibiasakan dalam pendidikan untuk memiliki “wisdom” atau kebijaksanaan dan kemampuan untuk memilih dan membuat keputusan secara cepat dan tepat. Pendidikan nuranis sangat penting. Nurani yang baik akan menuntun generasi muda kita mampu memilah-milah mana yang baik dan berguna, dan mana yang tidak baik dan tidak berguna.

Jadi, saya mau katakan memerdekakan bukan berarti membiarkan saja mereka mengikuti arus perubahan zaman secara mambabi buta. Asak mereka senang, mereka pilih. Tidak demikian. Pilihan dan keputusan yang mereka ambil harus berdasarkan nurani yang baik dan bersih. Dari nurani yang demikian muncul keyakinan-keyakinan yang benar. Keyakinan-keyakinan dimaksud adalah keyakinan yang mendorong mereka untuk melakukan hal-hal positif yang membahagiakan dan memajukan kesejahteraan banyak orang.

Sekarang ini saya masih berpikir begini. Memerdekakan manusia melalui pendidikan adalah membiasakan keberanian, kemandirian, dan ketangguhan dalam menghadapi berbagi tantangan hidup dalam diri generasi muda kita. Selama manusia takut terhadap tantangan hidup, dia belum merdeka karena ketakutan membelenggu dirinya. Maka dalam pendidikan, generasi muda kita perlu diberi ruang untuk membiasakan diri dengan keberanian, kemandirian, dan ketangguhan mental.

Proses pembiasaan perlu dimulai sejak dini. Generasi negara-negara maju usia 18 tahun sudah bisa mandiri. Mereka merasa malu jika masih dibiayai oleh orang tua. Mengapa generasi muda kita pada umumnya masih nebeng hidup dengan orang tua? Karena belum bebas alias masih takut, belum bisa mengatur hidupnya, ingin bergantung terus, dan cenderung memanjakan diri.

5. Merdeka seperti apa yang dihayati dalam semangat Serviam?

Bersyukur sekarang ini ada kurikulum merdeka belajar. Mudah-mudahan kurikulum ini lebih mengutamakan pembiasaan karakter keberanian, kemandirian, dan ketangguhan, Berani bersikap kritis, mandiri melakukan inovasi-inovasi dan menciptakan hal-hal baru, serta tangguh menemukan peluang-peluang dalam setiap hambatan yang dihadapi. Tidak mudah menyerah pada perubahan zaman yang serba cepat, kompleks, dan mendua tetapi berani menghadapi dengan sikap kritis, kreatif, dan membuat pilihan-pilihan positif yang berguna bagi kesejahteraan orang lain dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa Indoensia dengan bijaksana.

Sekolah-sekolah Ursulin mempunya core value berupa nilai-nilai Serviam: Cinta dan Belas Kasih, Integritas, Totalitas, Keberanian dan Ketangguhan, Persatuan dan Pelayanan. Keenam nilai ini adalah pilar-pilar bagi kita semua untuk bertumbuh menjadi manusia- manusia merdeka, manusia yang memiliki kebebasan batin. Ia bebas mencintai dan menaruh belas kasih, bebas menjadi panutan, bebas memberikan diri secara utuh, bebas untuk bersikap berani, bebas untuk membangun persatuan dan terakhir bebas untuk melayani siapa saja tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongan.

Sebagai penutup, saya mengutip kata-kata penyair Khalil Gibran: “Hidup tanpa kebebasan seperti tubuh tanpa jiwa, Kebebasan tanpa akal seperti roh yang kebingungan. Hidup, kebebasan dan akal adalah tiga dalam satu, abadi dan tidak pernah sirna….

LABUAN BAJO, SERVIANEWS.com – Keuskupan Ruteng bersama Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat dan Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores mengadakan Festival Golo Koe Laboan Bajo tanggal 8-15 Agustus 2022. Acara diselenggarakan Keuskupan Ruteng sebagai salah satu wujud dari tema tahun pastoral 2022 yaitu “Berpartisipasi, Berbudaya, dan Berkelanjutan.”

Bertempat di Gua Maria Golo Koe Labuan Bajo dan Waterfront City Marina Labuan Bajo acara diisi dengan pameran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang diikuti oleh 150 pelaku UMKM dari tiap paroki serta berbagai kesenian rakyat. Semua sekolah di Labuan Bajo dari Paroki-Paroki Keuskupan Ruteng turut berpartisipasi dalam kegiatan festival Golo Koe.

Peserta didik SD Santa Angela Labuan Bajo turut serta memeriahkan festival dengan menampilkan mix tradisional dan modern dance “Gori de Molas Manggarai Dalam Pusaran Waktu”, Kamis, 11 Agustus 2022. Tarian ini menggambarkan pekerjaan molas/gadis Manggarai dalam pusaran waktu/lintas jaman. Keseharian molas Manggarai pada zaman dahulu digambarkan dalam gerakan weri woja/latung, ako woja, tuk/tumbuk, tepi/tampi dan dedang/tenun.

Kemudian mengalami perkembangan seiring kemajuan teknologi yang digambarkan dengan Gerakan “membawa laptop dan mengetik”. Itulah molas Manggarai yang Tangguh melintasi arus perubahan jaman. Maju terus molas Manggarai!

Aprianita Ganadi

Kampus Santa Angela Labuan Bajo : http://www.kampusstangelalabuanbajo.sch.id

SOLO, SERVIAMNEWS.COM– Bergulirnya pandemi covid-19 sejak Maret 2020 telah mengubah wajah dunia pendidikan kita. Peralihan media belajar ke arah serba digital, pemantauan perkembangan karakter dan capaian belajar siswa dari jarak jauh, hingga penerapan kurikulum darurat menjadi gambaran wajah alam sekolah dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Adanya pandemi ini praktis memicu para guru untuk beradaptasi dan berinovasi. Proses menyatunya guru dengan pendidikan era pandemi tidak hanya tercermin dalam variatifnya metode pengajaran dan tingkat kedalaman materi, namun juga tertanam di dalam pikiran bahwa pandemi ini dapat dikalahkan.

Dalam upaya menjaga semangat optimisme pembelajaran di era yang kini memasuki masa transisi pasca pandemi, Yayasan Winayabhakti Solo mengadakan rekoleksi bertema Bangkit dari Pandemi Terus Berkreasi pada tanggal 11 Juli 2022. Bertempat di Auditorium Kampus Regina Pacis Surakarta, rekoleksi yang dipimpin oleh Bapak Johanes Eka Priyatma tersebut diikuti oleh suster, guru SMP dan SMA Regina Pacis Surakarta, serta para karyawan.

 Sr. Veronica Sri Andayani, OSU membuka rekoleksi dengan seruan semangat kepada para peserta dalam menghadapi masa transisi pandemi ini, Pada perjumpaan offline tersebut, para peserta rekoleksi diajak untuk menanamkan mindset positif, aktif, dan produktif. Bapak Eka selaku narasumber yang pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta menguraikan posisi kita sebagai pendidik selama masa pandemi dan bagaimana langkah terbaik untuk melangkah ke depannya.

Dalam rekoleksi ini Bapak Eka mengawali sesi materi dengan memaparkan seperti apa posisi sekolah kita di era terkini. Beliau juga menguraikan ancaman dan peluang akibat pandemi yang dapat dirasakan langsung oleh dunia pendidikan. Kompleksitas pendidikan abad 21 yang penuh dengan dinamika berkaitan erat dengan aspek transformasi yang wajib digerakkan dari lingkungan internal sekolah. Semangat untuk senantiasa berkreasi di masa transisi pandemi mengarahkan para pendidik untuk merefleksikan perspektif mana yang digunakan dalam menjaga dan meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Penjaminan mutu, efisiensi, investasi, manajemen, teknikal, ekonomi, psikologi, spiritual, sosial, motivasi dan eksistensi, makna, serta jejaring multi aktor merupakan aspek terkait mutu sekolah yang dihidupi dan dikembangkan.

Kesadaran kolektif terkait hal tersebut mengarahkan para pendidik untuk mengidentifikasi kelebihan yang dimiliki sekolah kita dibandingkan dengan sekolah lain, kebutuhan pendidikan yang diminati oleh masyarakat sekitar, siapa saja murid yang menjadi sasaran sekolah kita, serta kekurangan di sekolah kita yang perlu diperbaiki. Guna mengeksekusi hal ini diperlukan adanya growth mindset yang terpatri di benak seluruh elemen sekolah.

Di rekoleksi ini, Bapak Eka mengadakan dua sesi dinamika kelompok guna meresapkan intisari materi pelatihan kepada para peserta. Selain adanya diskusi kelompok, Bapak Eka juga menggelar games secara berkelompok tentang growth mindset atau mentalitas bertumbuh. Permainan ini cukup sederhana namun diperlukan kecermatan dan kekompakan dalam menyelesaikannya. Aturan mainnya adalah setiap orang di kelompok menerima enam potongan kertas secara acak. Seluruh anggota kelompok diminta untuk menyusun bujur sangkar bermodalkan kertas acak tadi. Antar anggota kelompok boleh saling bertukar kertas namun dilarang berbicara. Kelompok yang masing-masing anggota kelompok di dalamnya sukses menyusun bujur sangkar adalah pemenangnya.

Melalui rekoleksi ini diharapkan dinamika pendidikan yang bergulir saat ini semakin menyemangati para pendidik untuk selalu melangkah maju dalam berkarya di sekolah. Mindset sebagai senjata utama dalam mengarungi arus kehidupan wajib dijaga dengan baik dan bermakna positif agar buah-buahnya pun kelak menjadi berkat bagi sesama. 

Christianto Dedy Setyawan, S.Pd (Guru SMA Regina Pacis Surakarta)

Kampus Regina Pacis Solo :

www.smp-reginapacis-slo.sch.id

www.smareginapacis-solo.sch.id

JAKARTA, SERVIAMNEWS.com – OSIS SMP Santa Ursula Bandung menyelenggarakan kegiatan Paskah bersama “Insieme” SMP Ursulin Provinsi Indonesia “Cetury” (Welcome to Our Story) secara virtual, Sabtu, 23 April 2022. Acara bertajuk “Useful Generation” ini diikuti oleh 19 SMP Ursulin Provinsi Indonesia yang masing-masing sekolah mengirimkan perwakilan sebanyak 20 siswa dan 3 guru pendamping. “Useful Generation” artinya kita sebagai anak muda di generasi sekarang dapat berkembang meski dilanda oleh Pandemi.

19 SMP Ursulin Indonesia terdiri dari: Santa Ursula Bandung, Yuwati Bhakti Sukabumi, Santa Angela Bandung, Regina Pacis Solo, Maria Assumpta Klaten, Santa Ursula Jakarta, Santa Theresia Jakarta, Santo Vincentius Jakarta, Santa Maria Jakarta, Santa Ursula BSD, SMP Theodorus Kotamobagu, Santa Ursula Ende, Santa Ursula Atambua, Santa Ursula Baucau Timor Leste, Santo Yusup Pacet, Santa Maria Surabaya, Cor Jesu Malang, Santa Maria Sidoarjo, Santo Bernardus Madiun.

Kegiatan Paskah bersama Sekolah Ursulin Indonesia ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan yang digagas OSIS SMP Santa Ursula Bandung dengan 7 Sekolah Ursulin pada tanggal 30 Oktober 2021. Kegiatan lanjutan ini diharapkan menjadi bentuk kerja sama yang berkelanjutan antar siswa Ursulin, perwujudan nilai Serviam yaitu Persatuan dan Integritas.

Adapun tujuan kegiatan ini yaitu: menggali inspirasi dari sosok muda sebagai acuan dari para remaja untuk menata masa depan di tengah tantangan useless generation, memupuk semangat persatuan antar sekolah Ursulin se-Indonesia, mewujudnyatakan rasa syukur atas perayaan Paskah.

Hadir dalam acara yaitu 3 narasumber: Albertus Gregory Tan (Penerima Penghargaan Kick Andy Heroes), Bea Bethari (Pegiat Lingkungan Hidup), dan Romo Harry (Salah Satu Romo yang aktif di komunitas pemuda Katolik). Acara dibuka secara simbolik oleh Ketua I Pusat Yasan Pendikan Ursulin, Sr. Ferdinanda Ngao, OSU. Dalam sambutannya, Sr. Ferdinanda, OSU menuturkan bahwa Useful Generationadalah generasi muda yang beriman, berkarakter, dan cerdas.

“Anak muda merupakan generasi penting bagi bangsa dan negera, mereka adalah aset penting untuk menentukan kelangsungan hidup dan negara. Menjadi Useful Generation dibutuhkan kekokohan batin yang kuat dan komitmen dalam menjalankan nilai-nilai Serviam. Untuk itu, jadilah pribadi yang kokoh dalam iman, karakter, dan kecerdasan,” kata Sr. Ferdinanda, OSU.

Aprianita Ganadi

Kampus Santa Ursula Bandung: www.santaursula-bdg.sch.id

BANDUNG, SERVIAMNEWS,com – Kongres I Ikatan Alumni Kampus Santa Angela Bandung bertajuk “Unity as One Family” resmi dibuka oleh Ketua III Yayasan Widya Bhakti, Sr. Korina Ngoe, OSU, Sabtu, 29 Januari 2022. Dalam sambutannya, Sr. Korina mengatakan tujuan pembentukan ikatan alumni ada empat yaitu pertama, sebagi eksistensi peran alumni Santa Angela bandung. Kedua, dapat menjadi rekan jejak alumni, menjembatani antara lulusan ke perguruan tinggi atau dunia kerja. Ketiga, sebagai wadah informasi dunia kerja, para alumni dapat sharing pengalaman kepada peserta didik yang masih belajar. Keempat, sebagai wadah akreditasi Kampus Santa Angela Bandung.

“Saya berharap ikatan alumni dapat merangkul semua angkatan dalam persatuan dan soliditas karena persatuan itu adalah dasar kekuatan. Saya percaya ikatan alumni dapat menjadi landasan untuk kegiatan 3 tahun kedepan dan periode-periode yang akan datang. Mari bersama-sama kita kobarkan semangat Serviam dalam tugas pelayanan kita masing-masing,” kata Sr. Korina.

Sementara itu, Ketua Pelaksana Kongres I Ikatan Alumni Kampus Santa Angela Bandung, Ibu Vinsensia Prabaningrum menuturkan bahwa acara pokok kongres 1 adalah pembahasan dan pengesahan dari hasil sidang pra kongres pada 22 Januari 2022. Kemudian, pemilihan ketua umum Ikatan Alumni Kampus Santa Angela Bandung, dengan 4 orang calon yang telah lolos verifikasi. “Ketua umum akan dipilih dengan sistem voting yang akan dipilih dari kurang lebih 1.000 alumni yang telah resmi mendaftar dan diverifikasi sehingga memiliki hak pilih,” imbuh Vinsensia.

 Turut hadir pula dalam acara, Ketua Ikatan Alumni Serviam Indonesia, Ibu Angela Basiroen. Dalam Sambutannya, Ibu Angela menuturkan dengan keyakinan dan kemauan para alumni Serviam dimanapun berada, lewat kekuatan dan ketangguhannya pasti dapat menjalankan program kerja dan kegiatan yang ada. “Semboyan Serviam lencana yang kita pakai sejak kecil, mari kita bersama bergandeng tangan, bersatu, dan sampaikan kepada semua saya mengabdi,” lanjut Ibu Angela.

Ada 4 orang calon Ketua Umum Ikatan Alumni Kampus Santa Angela Bandung yaitu Anastasia Herlijanti, Frangky Immanuel Kartawidjaja, Harianto, dan Abed Darmawan. Masing-masing diberi kesempatan untuk menyampaikan visi, misi dan program kerja. Hadir pula Bapak Richardus Eko Indrajit yang akan melakukan bincang-bincang dan tanya jawab dengan para keempat calon ketua umum.

Aprianita Ganadi

Kampus Santa Angela Bandung: https://portal.santa-angela.sch.id/

ATAMBUA, SERVIAMNEWS.com – Kualitas mengajar guru harus senantiasa ditingkatkan melalui refleksi, evaluasi serta penelitan tindakan kelas dalam rangka menerapkan suatu model pembelajaran baru agar pembelajaran di kelas menjadi lebih hidup dan dapat lebih dipahami oleh peserta didik. Selanjutnya hasil refleksi, evaluasi dan penerapan model pembelajaran baru perlu dituliskan dengan baik dan benar oleh guru dalam sebuah laporan penelitian yang selanjutnya dipadatkan dalam sebuah artikel ilmiah agar menjadi bacaan yang menarik dan bermanfaat bagi banyak orang.

Sehubungan dengan hal tersebut, pada Selasa, 4 Januari 2022 Kampus Santa Angela Atambua mengadakan pelatihan Penulisan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Artikel Ilmiah bagi tenaga pendidik unit TK, SD, SMP, SMA.  Narasumber pelatihan adalah Dr. Samuel Igo Leton, M.Pd. dan Dr. Maximus M. Taek, M.Si. Kedua narasumber ini adalah dosen Universitas Katolik Widya Mandira Kupang. 

Pelatihan ini merupakan lanjutan dari pelatihan yang diadakan secara online dengan narasumber yang sama pada 29-30 Maret 2021. Pada pelatihan di bulan Maret para guru dibimbing untuk membuat proposal penelitian dan diberi kesempatan untuk mempresentasikannya. Pelatihan dibuka oleh Koordinator Kampus Santa Angela Atambua, Sr.Caritas Sri Lestari, OSU dengan mengutip nasihat Santa Angela “Awal yang baik belumlah cukup bila tanpa ketahanan.” Sr. Lestari, OSU memotivasi para guru untuk bertekun sampai akhir dalam penulisan PTK dan artikel Ilmiah.

Dalam pelaksanaan pelatihan peserta dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang sudah melaksanakan PTK (Guru SMA) dan kelompok yang belum melaksanakan PTK (Guru TK, SD, SMP). Bagi kelompok guru yang belum melaksanakan PTK, Dr. Samuel Igo Leton, M.Pd. melanjutkan materi PTK dengan menjelaskan tentang instrumen-instrumen penelitian yang harus disiapkan untuk melakukan PTK seperti instrumen untuk mengukur hasil belajar, lembar observasi kegiatan mengajar guru dan lembar observasi kegiatan belajar peserta didik.

Bagi guru yang baru bergabung pada tahun pelajaran 2021/2022 diberikan penjelasan mengenai bagian-bagian dari PTK, penentuan judul PTK serta landasan teori agar mereka dapat segera mulai membuat proposal PTK. Selanjutnya kepada para peserta pelatihan diberikan kesempatan untuk berkonsultasi dengan narasumber.

Sementara bagi kelompok guru yang telah melaksanakan PTK, Bapak Maximus memberi bimbingan untuk menuliskan laporan PTK ke dalam bentuk artikel ilmiah. Dalam sesi ini dijelaskan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu penelitian, bagian-bagian dari artikel ilmiah, cara mengutip pendapat para ahli, publikasi jurnal ilmiah, dan contoh-contoh jurnal ilmiah. Narasumber juga memberi motivasi kepada para guru untuk bertekun dan bersabar dalam proses penulisan artikel ilmiah karena banyak masukan atau perbaikan yang harus dilakukan untuk bisa sampai pada tahap publikasi.

Melalui pelatihan ini, para guru kembali mendapatkan pencerahan dan motivasi untuk melanjutkan penulisan PTK dan artikel ilmiah.  Sr. Lestari, OSU menutup pelatihan dengan terus memberi semangat kepada para guru untuk tidak mudah berpuas diri, tetapi terus berupaya meningkatkan kualitas sebagai pendidik.

Sr. Indira Krisanti Lengkong, OSU

SUKABUMI, SERVIAMNEWS.com- “Hiduplah dalam keserasian, bersatu, sehati sekehendak, terikat satu sama lain dengan cinta kasih, saling menghargai, saling membantu, saling bersabar dalam Yesus Kristus (Nasihat Terakhir SA: 2)” Kutipan nasihat terakhir St. Angela Merici dibacakan oleh Sr. Agustina Dede Mite, OSU dalam ibadat pembuka kegiatan Family Gathering Kampus Yuwati Bhakti Sukabumi, Sabtu, 18 Desember 2021.

Kegiatan yang baru pertama kali diadakan di Kampus Yuwati Bhakti Sukabumi ini dilaksanakan di Kompleks Kampus Yuwati Bhakti dan Rumah Retret “Griya Angela”, Jalan Suryakencana No. 39 Kota Sukabumi. Ada tiga tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan Family Gathering yang bertema “Work Together in Harmony” ini yaitu 1) para Suster Ursulin Sukabumi dapat mengenal lebih dekat dengan keluarga pegawai Kampus Yuwati Bhakti, 2) Antarkeluarga pegawai Kampus Yuwati Bhakti dapat saling mengenal lebih dekat, dan 3) seluruh keluarga pegawai Kampus Yuwati Bhakti merasakan sukacita dan mendukung suami/istri/ayah/ibu yang bekerja di Kampus Yuwati Bhakti.

Dengan penuh semangat dan sukacita, Bapak Kamil Inglan dan Bapak Nick Saragih mendampingi peserta Family Gathering berproses dalam berbagai permainan, baik dalam kelompok besar maupun kecil. Meski kadang ada tangisan kecil dari adik-adik balita, kegiatan berlangsung meriah. Semua peserta terlibat aktif dalam berbagai permainan dan tantangan yang telah disiapkan oleh narasumber dan panitia. Di sela-sela kegiatan, terlihat ada yang saling berkenalan, ada yang masih malu-malu, ada juga yang mendampingi anak-anak mereka bermain di taman bermain TB-TK Sukapirena. Semua peserta tertib dalam menjaga protokol kesehatan, mulai dari mengukur suhu, mencuci tangan pakai sabun, memakai masker, dan menjaga jarak demi kesehatan dan keselamatan bersama.

“Saya merasa bahagia hari ini. Terdengar tangis anak-anak, jeritan kecil, tertawa gembira, dan sendau gurau dalam kegiatan ini. Sangat terasa suasana keluarga. Inilah keluarga kita, Kampus Yuwati Bhakti. Semoga kegiatan ini mampu menyatukan kita dalam satu keluarga besar yang saling memiliki, saling menghargai, menghormati, saling membantu dalam ikatan cinta,” ungkap Suster Catharina Siti Margiyati, OSU di awal maupun akhir acara dengan senyum bahagia. Berbagai hadiah diberikan seusai kegiatan, baik hadiah souvenir dari yayasan, panitia, maupun hasil kerja keras kelompok dalam mengikuti kegiatan bersama.

Kegiatan Family Gathering ini diharapkan mampu menjadi ikatan cinta dalam keluarga Kampus Yuwati Bhakti. Ikatan cinta yang akan dipelihara dan dipupuk dengan semangat persaudaraan yang mampu menghasilkan rasa memiliki, melayani, saling berbagi demi kemajuan dan perkembangan bersama. Perkembangan secara pribadi, keluarga, kelompok, dan Kampus Yuwati Bhakti. Bekerja bersama akan lebih ringan dan bermakna daripada bekerja sendiri. Salam Serviam.

Agnes Tri Maryunani

Kampus Yuwati Bhakti: www.yuwatibhakti.sch.id

SUKABUMI, SERVIAMNEWS.com– Dalam rangka memperingati Bulan Bahasa dan Sumpah Pemuda, Oktober 2021, Kampus Yuwati Bhakti mengundang pegiat literasi dan inisiator Seni Baca Relief (SEBAR), Bapak Bambang Eka Prasetya, M.M. sebagai narasumber dalam kegiatan Pelatihan Berbahasa Berbasis Dongeng Nusantara. Kegiatan itu dilaksanakan pada hari Rabu – Jumat, 27 – 29 Oktober 2021 secara virtual yang terbagi dalam 7 kelompok, yaitu kelompok TB-TK, kelas I – II, III – IV, V – VI, VII, VIII, dan IX. Setiap kelompok menerima materi berupa kisah relief sesuai dengan tingkat pendidikan masing-masing. Tema yang diangkat dalam pelatihan ini adalah “Karakter Kepemimpinan dalam Dongeng Nusantara”.

Latar belakang pemilihan tema ini adalah karakter kepemimpinan banyak terkandung dalam dongeng nusantara, secara khusus kisah-kisah dalam relief candi yang banyak terdapat di berbagai daerah di Indonesia. Dalam kesempatan ini, pemateri mengangkat 7 kisah dari relief Candi Borobudur dan Candi Mendut (Magelang, Jawa Tengah), serta Candi Sojiwan (Klaten, Jawa Tengah). Dengan menemukan salah satu karakter kepemimpinan tersebut, peserta didik diharapkan mampu mengembangkannya dalam bentuk karya, baik lisan maupun tulisan. Sesuai dengan Value Preposition (VP) Kampus Yuwati Bhakti, yaitu “Pemimpin Masa Depan Berpola Pikir Sains”, peserta didik diharapkan mampu memahami dan mengolah secara lebih dalam, karakter kepemimpinan yang ditemukan dalam kisah.

Antusiasme peserta didik sangat terlihat dari kehadiran peserta didik di Microsoft Teams lebih awal dari jadwal, rasa penasaran mereka terhadap narasumber yang akan hadir, dan banyaknya pertanyaan yang mereka ajukan kepada narasumber. Bahkan, demi menjawab semua pertanyaan mereka yang unik dan bervariasi, narasumber rela memperpanjang waktu hingga 30 – 45 menit.

“Eyang, bagaimana cara menjadi pendongeng yang baik? Mengapa Eyang masih semangat mendongeng meskipun sudah tua? Apakah Eyang punya channel youtube?” demikian beberapa pertanyaan yang dilontarkan peserta didik. Dengan sabar dan penuh pengertian, Eyang BEP, sapaan akrabnya menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk memuaskan dahaga para peserta didik Kampus Yuwati Bhakti.

Kegiatan pelatihan berbahasa ini ditutup dengan komitmen peserta didik untuk menghasilkan karya, yaitu bercerita untuk kelompok TB-TK dan kelas I SD, menulis cerita anak untuk SD kelas II – VI, menulis puisi, cerpen, dan esai untuk peserta didik SMP. Semoga komitmen mereka dapat dilaksanakan dengan baik sesuai deadline dan mereka mampu mewujudnyatakan karakter kepemimpinan yang mereka olah lewat karya dalam hidup sehari-hari hingga menjadi milik mereka masing-masing secara pribadi.

Agnes Tri Maryunani

Kampus Yuwati Bhakti: www.yuwatibhakti.sch.id

Serviam

SUKABUMI, SERVIAMNEWS.com- Jumat, 17 September 2021, peserta didik TB-TK Sukapirena belajar virtual di Kantor Satpol PP dan Pemadam Kebakaran Kota Sukabumi yang terletak di Jalan Yulius Usman No. 2 Kota Sukabumi. Pembelajaran virtual ini dilakukan karena situasi pandemi yang belum memungkinkan peserta didik untuk hadir secara fisik. Di sisi lain,pembelajaran ini sangat penting bagi mereka karena merupakan kesimpulan dari tema pembelajaran dalam seminggu yaitu “Profesi dalam Keluarga”.

Pembelajaran virtual ini diikuti oleh seluruh peserta didik TB-TK Sukapirena dengan antusias. Melalui kegiatan jalan-jalan virtual tersebut, peserta didik memperoleh informasi tentang profesi dan kelembagaan petugas pemadam kebakaran, sumber api, penyebab kebakaran, cara memadamkan api mulai dari yang tradisional, pemadaman api ringan hingga pemadaman api menggunakan alat besar.

Peserta didik juga mengenal pekerjaan yang dilakukan oleh petugas pemadam kebakaran yakni: pencegahan dan penanggulangan kebakaran, pemadaman kebakaran, penyelamatan manusia dan harta benda, pemberdayaan masyarakat, dan pengawasan bahan peledak. Selain tentang kebakaran, peserta didik juga dapat menyaksikan berbagai jenis ular, cara menangkap, cara meghindari, dan pentingnya melestarikan ular.

Antusiasme dan rasa ingin tahu peserta didik TB-TK Sukapirena ternyata luar biasa dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada petugas kebakaran maupun pawang ular. Berbagai pertanyaan terlontar dari bibir mungil mereka dengan rasa ingin tahu yang besar. “Ularnya makan apa? Makanannya matang atau mentah? Ularnya umur berapa? Apakah ular bisa menggigit?” demikian beberapa pertanyaan yang sempat mengundang tawa Sr. Grace, OSU dan Miss Rani yang menjadi pengajar saat itu, serta para narasumber dari pemadam kebakaran. Terpercik perasaan bangga menyaksikan para peserta didik bertumbuh secara fisik, emosi, sosial, dan intelektual. Semoga kelak mereka mampu menjadi pemimpin-pemimpin yang berpola pikir sains, tangguh, jujur, dan penuh kasih pada sesama.

Agnes Tri Maryunani (Kampus Yuwati Bhakti Sukabumi)

Kampus Yuwati Bhakti: www.yuwatibhakti.sch.id

Serviam

SUKABUMI, SERVIAMNEWS.com– Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-76 tahun 2021 dirayakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia tanpa keramaian di tengah pandemi Covid 19. Ada yang merayakan di tengah keluarga, lingkungan sekitar secara terbatas, ada juga yang merayakan secara virtual. Hal itu menandakan bahwa pandemi covid 19 tidak mematahkan semangat kemerdekaan, namun justru meningkatkan kreativitas dan inovasi. Demikian juga dengan peserta didik Kampus Yuwati Bhakti Sukabumi.

Peserta didik Kampus Yuwati Bhakti, mulai dari TB-TK, SD dan SMP mengadakan berbagai kegiatan untuk menyongsong HUT Kemerdekaan RI ke-76.  Mereka mempersiapkan kegiatan dengan penuh antusias, semangat  dan sukacita, meskipun dilaksanakan secara daring. SMP Yuwati Bhakti memulai kegiatan lebih awal, yaitu pada tanggal 7 Agustus 2021.

Seluruh kegiatan direncanakan dan dilaksanakan oleh pengurus OSIS. “Dalam memperingati hari kemerdekaan Indonesia ke-76, OSIS SMP Yuwati Bhakti mengadakan acara lomba dengan tema 76 Merdeka,”ungkap Beatrice Halim,ketuaOSIS SMP Yuwati Bhakti 2021-2022.Beatrice juga menjelaskan bahwa dalam lomba “76 Merdeka” ada 4 macam lomba untuk peserta didik dan satu lomba untuk para guru. Empat lomba untuk peserta didik adalah Self Make Up Capture, Decorate Your Mask, Tiktok Merdeka, dan  Kahoot Quiz.

Dalam lomba Self Make Up Capture peserta didik merias wajah atau melakukan face painting dengan tema kemerdekaan Indonesia. Decorate Your mask adalah lomba menggambar/melukis dengan media masker bertema Kemerdekaan Indonesia. Pada lomba “Tiktok Merdeka”, peserta didik mengikuti pakaian, aksesoris, dan gerak-gerik para pahlawan. Kahoot Quiz berisi tentang sejarah kemerdekaan Indonesia. Peserta didik diajak mengingat perjuangan para pahlawan dari sebelum merdeka hingga merdeka.

Sedangkan untuk guru, panitia menyiapkan lomba Copy The Picture, yaitu para guru harus mengikuti gaya, pakaian, dan latar belakang foto yang diberikan oleh panitia. Setiap lomba yang diikuti peserta didik akan dipilih 3 terbaik dan mendapatkan apresiasi dari sekolah, sedangkan lomba untuk guru dipilih satu yang terbaik. Peserta didik maupun guru sangat antusias dan bersemangat mengikuti semua lomba dalam rangka memeriahkan HUT Kemerdekaan RI ke-76. Ada tiga tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan lomba tersebut yaitu meningkatkan rasa nasionalisme, kepercayaan diri, dan kreativitas peserta didik.

TB-TK Sukapirena menyongsong HUT Kemerdekaan RI ke-76 dengan mengadakan Upacara Bendera melalui meeting room di Microsoft Teams pada tanggal 16 Agustus 2021. Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air dan mengenalkan lagu kebangsaan Indonesia Raya kepada peserta didik. Setelah itu, peserta didik diajak membuat bendera  merah putih mini untuk menumbuhkan semangat nasionalisme serta mengenal makna warna merah putih yang terkandung dalam warna bendera kebangsaan Indonesia. Untuk menambah kemeriahan dalam merayakan HUT RI, mereka berfoto dan dipasang di twibbon.

SD Yuwati Bhakti juga melakukan kegiatan menyongsong HUT Kemerdekaan RI pada tanggal 16 Agustus 2021. Kegiatan dimulai dengan menyanyikan lagu Hari Merdeka,  menyaksikan kisah singkat Proklamasi Kemerdekaan RI, dan membuat ucapan HUT Kemerdekaan RI ke-76. Tanggal 17 Agustus 2021, seluruh peserta didik SD Yuwati Bhakti menyaksikan pementasan seni dengan tema “Kemerdekaan RI ke-76” dari tiap kelas dan para guru yang telah dikemas dalam bentuk Video.

Meskipun semua kegiatan dan lomba diadakan secara virtual, antusiasme dan optimisme peserta didik  dan para guru sungguh luar biasa. Mulai dari TB-TK, SD, dan SMP mengikuti semua kegiatan dengan penuh semangat dan sukacita. Semoga tema HUT Kemerdekaan RI ke-76 “Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh” dapat diwujudnyatakan di Kampus Yuwati Bhakti Sukabumi.

Agnes Tri Maryunani – Kampus Yuwati Bhakti Sukabumi

Kampus Yuwati Bhakti : http://kampusyuwatibhaktisukabumi.or.id/

Serviam

Follow by Email
Instagram
Copy link
URL has been copied successfully!