Masker saat ini menjadi barang wajib dan dikenakan di semua area publik. Masker diyakini sebagai salah satu pelindung efektif untuk mencegah penularan Corona Virus Disease 19 (Covid 19). Pemerintah mengeluarkan peraturan wajib mengenai protokol kesetahan yaitu 3 M memakai maskser, mencuci tangan, serta menjaga jarak atau menjauhi kerumunan. Peraturan dikeluarkan oleh berbagai negara sejak pandemi muncul dan menyebar awal tahun 2020.

Apakah anda mengetahui kapan masker pertama kali digunakan? Masker memiliki sejarah panjang hingga akhirnya menjadi bagian tidak terpisahkan dari upaya melindungi kesehatan. Sejarah mencatat masker mulai digunakan masyarakat di dunia ketika menghadapi wabah. Masker mengalami berbagai perkembangan dari zaman ke zaman mulai dari bahan hingga model.   

Abad ke-16, Melilitkan Kain

Orang-orang hanya melilitkan kain untuk menutup hidung dan mulut mereka. Pada Era Renaissance Eropa abad ke-16, sebuah lukisan karya Michel Serre memperlihatkan kondisi kota Marseille, Perancis yang menjadi pusat wabah pes bubo. Dalam lukisan tersebut, para penggali kubur melilitkan kain di wajah mereka.

“Itu tidak dimaksudkan untuk mencegah penularan,” tulis Christos Lynteris dosen di Jurusan Antropologi Sosial di Universitas St. Andrews Inggris yang seorang ahli dalam sejarah topeng medis, dalam jurnal berjudul Plague Masks: The Visual Emergence of Anti-Epidemic Personal Protection Equipment (2018).

“Alasan orang-orang mengenakan kain di sekitar mulut dan hidung mereka adalah waktu itu, mereka percaya bahwa penyakit seperti wabah adalah racun, atau gas yang berasal dari tanah, “lanjut Lynteris.

Topeng Menyerupai Paruh Burung

Salah seorang sejarawan asal Indonesia, Bonnie Triyana mengatakan masker tertua dimulai di Eropa pada abad ke-17. Menurut dia, kala itu masker yang digunakan yaitu topeng yang menyerupai paruh burung dan digunakan untuk menghadapi penyakit yang tengah mewabah. Pada topeng itu dilengkapi dua lubang hidung pada ujung paruh. Selain itu, di bagian ujung paruh juga diletakan rempah-rempah, bunga-bunga, atau obat-obatan wangi yang digunakan untuk menyaring penyakit. 

Sekitar 200 tahun kemudian, seorang dokter Perancis bernama Antoine Barthélemy Clot-Bey berpendapat bahwa topeng wabah tersebut bertanggung jawab atas penyebaran wabah karena mereka membuat orang-orang takut. Antoine menyebut rasa takut dalam tubuh membuat tubuh mengidap penyakit kian berisiko.

Masker Pelindung Wajah

Selanjutnya pada tahun 1848, masker buatan America, Lewis Hassley yang diperuntukkan bagi penambang menjadi masker pertama yang dipatenkan sebagai masker pelindung. Ini sekaligus menjadi tonggak dalam sejarah perkembangan masker wajah. Masker pada tahap ini mirip masker gas. Hassley mengajukan paten pada tahuan 1849.

Kemudian pada tahun 1861, seorang ahli biologi, mikrobiologi dan kimiawan Perancis, Louis Pasteur membuktikan bahwa di udara terdapat bakteri. Penemuan ini semakin mendorong banyaknya orang untuk mulai memperhatikan desain masker modern. Sebagai contoh, seorang dokter bedah di Paris, Perancis bernama Paul Berger yang membuat masker dari enam lapis kain kasa. Ia menggunakan prototipe masker bedah pertama. Ini digunakan untuk mencegah agar droplet batuk atau bersin dokter tidak jatuh selama operasi.

Adapun pada akhir Dinasti Qing (1644-1911), ilmuwan medis Cina Wu Liande menemukan masker yang terbuat dari dua lapis kain kasa yang disebut “masker Wu”sebagai respon terhadap adanya wabah penyakit di Cina Timur Laut.  Pada Januari dan Februari 2011 produksi masker Wu meningkat puluhan kali lipat. Semua orang memakainya, mulai dari petugas medis, tentara, hingga warga biasa.

Tahun 1918, saat wabah Flu Spanyol melanda Amerika Serikiat, masker Wu sangat populer di kalangan ilmuan dan masyarakat. Saat muncul kabut asap dari industri modern, bahan dalam masker pun juga terus berkembang. Termasuk saat pandemi SARS tahun 2003 dan kabut asap tahun 2012. 

Makser N95

Seiring berjalannya waktu, muncullah masker N95 yang merupakan pengembangan dari desain masker Wu.  Kendati demikian, masker N95 jarang digunakan di rumah sakit hingga wabah Covid 19 merebak, lantaran tim medis membutuhkan alat pelindung diri yang sangat banyak.  Dewasa ini, kebutuhan maskser pun menjadi peluang usaha di masa pandemi covid 19. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya permintaan produk kesehatan, khususnya masker. Pandemi memberikan dampak yang besar bagi beberapa sektor termasuk fashion.

Beberapa label lokal, pengerajin, desainer, pengusaha ikut berbondong-bondong membuat masker kain. Selain menggunakan motif-motif lucu, beberapa label juga membuat masker bermotif batik.

Aprianita Ganadi

Sumber bacaan:

https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/31/152600665/melacak-sejarah-masker-dari-abad-ke-6-sm-hingga-wabah-black-death?page=all

Sumber bacaan:

https://sulsel.idntimes.com/life/education/ahmad-hidayat-alsair/sejarah-masker-selama-lima-abad-dari-model-paruh-burung-sampai-n95/7

JAKARTA, SERVIAMNEWS.com– Setiap tanggal 10 November kita memperingati Hari Pahlawan yang mengingatkan pada pertempuran Surabaya tahun 1945. Pertempuran yang terjadi antara Arek-Arek Surabaya dengan tentara Belanda memakan banyak korban jiwa pejuang. Hari Pahlawan setiap tanggal 10 November menjadi sangat penting sebagai bentuk penghargaan kita terhadap para pahlawan yang mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sekaligus tetap mengobarkan semangat juang bagi kita di masa kini.

Kita memaknai nilai-nilai kepahlawanan di era milineal. Tantangan di dunia digital sekarang adalah bagaimana kita secara bijak menggunakan teknologi untuk kepentingan positif bagi sesama. Di masa pendemi Covid-19 ini, kita menggunakan teknologi di bidang pendidikan, bidang usaha, bidang perkantoran, dan bidang lain. Kita diajak secara bijak memilah-milah informasi. Media sosial harus digunakan secara positif dengan menyebarkan gagasan, ajakan, seruan yang dapat membangun bangsa.

Melalui media sosial, kita membuat konten kreatif yang diharapkan dapat selalu merawat semangat juang kepahlawanan. Sosok pahlawan zaman sekarang adalah mereka yang memiliki inspirasi, karakter, dan integritas tinggi. Mari, jadikan momentum peringatan Hari Pahlawan dengan membangun diri sendiri dan sesama melalui pemikiran serta informasi yang bermanfaat bagi kemanusiaan.

Aprianita Ganadi

JAKARTA, SERVIAMNEWS.com –  Pemerintah DKI Jakarta mengumumkan kebijakan Online Learning pada pertengahan bulan Maret 2020.  SMK Santa Maria Jakarta melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara online dari rumah. Banyak kesan, cerita, suka, dan duka yang dialami para guru, siswa, dan orangtua siswa. Guru Tata Boga SMK Santa Maria, Ibu Fransikatri, menyampaikan pengalamannya: “pendidik dipacu untuk kreatif dalam menentukan model pembelajaran dan penggunaan media dalam proses Online Learning”.

Kendala yang dihadapi Ibu Fransikatri adalah disiplin kehadiran siswa saat kelas bersama dengan berbagai alasan. Selain itu keterbatasan waktu untuk menjelaskan materi. Siswa merasa lebih nyaman berkomunikasi tatap muka melalui video call.

Ibu Cicilia Ingga, guru Bahasa Indonesia SMK Santa Maria Jakarta menuturkan bahwa para siswa antusias melakukan online learning mengerjakan tugas.  Mereka tidak terpaku pada buku paket tetapi dapat menemukan sumber lain melalu internet. Siswa merasa tetap  nyaman berkomunikasi  tatap muka melalui video call.

Kendala lain yang terjadi adalah siswa kurang bijak dalam menggunakan data pembelajaran hasil penjelajahan internet. Guru mengalami sedikit kesulitan menentukan tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan.

Semangat Belajar

Saat ini, meski situasi sedang tidak kondusif karena wabah virus Corona, proses belajar mengajar terus berlangsung.  Para siswa dan guru tetap semangat belajar menggunakan metode pembelajaran jarak jauh (online learning).  Menurut Ibu Kristin Sibuea, Guru BK SMK Santa Maria Jakarta, kegiatan online learning, sangat membantu sehingga materi pembelajaran dapat disampaikan kepada para siswa dengan baik. Guru serta siswa dapat berkreasi dalam pembelajaran dengan membuat modul atau tutorial yang dapat mudah dipahami.

Hal ini sangat terbantu juga dengan banyaknya aplikasi yang bisa dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan modul yang menarik. Selain itu, para siswa pun tetap antusias mengikuti setiap kegiatan pembelajaran secara online karena mereka juga dapat melakukan pembelajaran tatap muka melalui perantaraan berbagai media yang digunakan.

Kendala teknis kadang terjadi, misalnya sarana yang digunakan dan jaringan koneksi internet lambat.  Koordinasi dan kerjasama yang baik dari semua pihak yaitu pihak yayasan, guru, siswa, serta orang tua siswa membantu pelaksanaan online learning.

Siap online learning

Bapak Tedy Setiawan, guru TIK SMK Santa Maria Jakarta, menyampaikan kesiapan guru dan siswa dalam pembelajaran online learning cukup bervariasi.  Sejatinya, tanpa persiapan dan waktu yang tepat kita berubah dari sistem belajar mengajar tatap muka di kelas menjadi pembelajaran dalam jaringan (daring) dengan memanfaatkan teknologi.

SMK Santa Maria Jakarta telah mengikuti pelatihan Pembelajaran Daring yang diselenggarakan oleh Yayayasan Nitya Bhakti selalu berkomitmen menjawab kebutuhan jaman dalam dunia pendidikan. Hal yang perlu diperhatikan adalah tujuan pembelajaran dengan berbagai sarana dan cara, yaitu: siswa senang belajar dan belajar dengan senang. Maka tugas-tugas yang diberikan hendaknya tidak membebani siswa  dan  orangtua yang  selama online learning  berperan  sebagai  “guru” di rumah. Nilai positif  adalah  banyak waktu berkumpul bersama keluarga. Hal   terpenting adalah keluarga terlindungi dari paparan COVID-19.

Ibu Ninuk Irmawati, Guru Bahasa Inggris, SMK Santa Maria Jakarta berpendapat pembelajaran online learning membutuhkan kreativitas guru dalam memberikan materi dan menentukan media pembelajaran sehingga membantu siswa memahami materi pelajaran. Guru menyiapkan, menyampaikan materi melalui aplikasi yang ditentukan oleh yayasan dan membuat laporan harian. Guru dan wali kelas berperan menjaga semangat, memotivasi, dan menyapa setiap siswa melalui aplikasi group kelas setiap hari.

Pentingnya Komunikasi

Ibu Lidia Rahayu, guru Bahasa Indonesia SMP Santo Vincentius Jakarta, Ibu mengungkapkan perlunya penyesuaian dalam pelaksanaan kegiatan online learning. Komunikasi intensif dibutuhkan antara orangtua siswa, siswa, kepala sekolah dan rekan kerja. Saling mendukung, saling mencerahkan, saling bersinergi positif, dan saling meneguhkan.

 “Situasi serius saat ini tidak terjadi sesaat, tapi seperti tidak terlihat kapan akan berakhir. Siswa lebih memilih berada di sekolah dan mulai merasa bosan di rumah, bosan mengerjakan tugas. Kangen diingatkan oleh guru, kangen teman-teman, kangen suasana sekolah, dan ternyata siswa merasa orangtua di rumah lebih galak dari gurunya,” cerita Ibu Lidia.

Lain cerita para guru, lain pula cerita dari orangtua siswa, seperti diungkapkan oleh Ibu Suzana Adelhyne, orang tua Murid SMK Santa Theresia Jakarta. Ia menuturkan bahwa siswa kelas besar mereka sudah mandiri. Jadi, yang perlu adalah mengingatkan dan menyiapkan kebutuhan lain. “Siswa yang sudah besar untuk belajar jarak jauh sangat efektif. Tetapi untuk kelas kecil masih sulit, mereka mulai jenuh tidak bisa bertemu dan bermain bersama teman-teman,” kata Ibu Suzana.

Hal senada juga diungkapkan oleh Gabby, siswa SMK Santa Theresia Jakarta, “Online learning menyenangkan dan praktis. Sedikit kendala adalah jaringan internet lambat ketika pengiriman tugas saja”

Aprianita Ganadi

PACET, SERVIAMNEWS.com– Sebanyak 138 orang yang terdiri dari para Suster Ursulin, kepala sekolah dan guru-guru Sekolah Ursulin hadir mengikuti Musyawarah Nasional (Munas) Pendidikan Ursulin Indonesia 2020. Para peserta berasal dari 13 Yayasan Sekolah Ursulin seluruh Indonesia dan Timor Leste. Acara bertajuk “Servite et Amate” Dalam Dunia Pendidikan Abad ke-21” ini berlangsung di Rumah Retret Bintang Kejora, Pacet, Jawa Timur, Senin-Jumat, 10-14 Februari 2020.

Hadir sebagai narasumber Rektor Universitas Sanata Dharma, yaitu Johanes Eka Priyatma, MSc., PhD yang membawakan materi mengenai Pergulatan Pendidikan Katolik di Era Revolusi Industri 4.0. Narasumber lain yaitu Pendiri Education Training and Consulting Jakarta, Fidelis Waruwu yang membawakan materi mengenai Tantangan Pendidikan Karakter di Era Digital.

Munas Pendidikan Ursulin Indonesia merupakan agenda rutin yang diadakan setiap dua tahun sekali. Munas pertama diadakan tahun 2016 di Panti Samadi, Sangkal Putung, Klaten. Jawa Tengah. Munas kedua diadakan tahun 2018 di Lembang, Jawa Barat. Dan Munas ketiga berlangsung pada 2020 di Pacet dengan panitia inti dari Regio Jawa Tengah-Jawa Timur.

Dalam sambutannya, Ketua I Pusat Yayasan Pendidikan Ursulin, Sr. Ferdinanda Ngao, OSU menuturkan hal terpenting dari ketiga Munas ini adalah Core value Ursulin, yaitu Servite Et Amate. Dari kunjungan Sr Ferdinanda ke tiap-tiap kampus, sudah terlihat bahwa nilai Servite et Amate sudah mulai dipelihara dan dihidupi. Sejatinya, penting sekali sebuah organisasi khususnya bidang pendidikan yang penuh tantangan untuk harus memiliki jiwa, roh, dan api yang terus dihidupi.

Terutama, lanjut Sr Ferdin, dalam menghadapi era digital Sekolah Ursulin perlu beradaptasi dan berinovasi agar dapat menjawab kebutuhkan generasi digital secara tepat, tepat, dan bijaksana. “Dalam Munas ini, dibantu oleh beberapa narasumber untuk bersiap menghadapi tantangan tersebut dalam terang pendidikan Ursulin melalui cara adaptif dan inovatif agar bisa membawa generasi digital jadi cerdas dan terampil dengan berbasis nilai pendidikan Ursulin,” kata Sr. Ferdinanda.  

Seiring dengan tuntutan era digital, Sr. Ferdinanda menjelaskan bahwa pendidikan Ursulin menghimbau beberapa hal yakni: Pertama, kita perlu “melek” IT dan Bahasa Inggris. Kedua, wajib merekrut tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki ketrampilan dasar IT dan Bahasa Inggris. Ketiga, merekrut tenaga IT untuk kampus masing-masing minimal 3 orang untuk programing, networking dan untuk technical support.

“Semua usaha tersebut tentunya harus disertai juga dengan memohon doa Bunda Angela sebagai sumber spritualitas pendidikan kita. Akhirnya, semoga kita mampu mendidik mereka menghayati nilai pokok Ursulin sebagai terang dalam era digital abad 21,” kata Sr. Ferdinanda.

Aprianita Ganadi

JAKARTA, SERVIAMNEWS.com– Sebanyak 23 peserta terdiri dari Staf IT dan Staf Tata Usaha hadir mengikuti Lokakarya Staf Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) Kampus Ursulin Regio DKI Jakarta dan Jawa Barat, di Kantor Pusat Yayasan Pendidikan Ursulin, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat-Sabtu, 20-21 Desember 2019. Mereka datang dari Kampus Santa Ursula Jakarta, Kampus Santa Maria Jakarta, Kampus Santo Vincentius Jakarta, Kampus Santa Theresia Jakarta, Kampus Santa Angela Atambua, Kampus Santa Angela Bandung, Kampus Santa Ursula Bandung, dan Kampus Yuwati Bhakti Sukabumi.

Hadir membuka acara yaitu Ketua I Pusat Yayasan Pendidikan Ursulin, Sr. Ferdinanda Ngao, OSU. Dalam sambutannya, Sr Ferdinanda senang karena para IT di Kampus Ursulin diisi oleh anak-anak muda yang masuk dalam kategori kaum milineal. Ia kemudian memaparkan mengenai Menteri Pendidikan kita sekarang yang sangat visioner. Bapak Menteri mengatakan bahwa saat ini kita menghadapi dua dunia yaitu dunia fisik dan dunia digital.

“Kami sejak 2016 saat Pusat Yayasan Pendidikan Usulin berdiri sudah memikirkan untuk segera membangun sistemnya. Tetapi berbagi macam kendala terjadi, sehingga kami tetap mencoba memaksa agar sistem manajemen sekolah yaitu mengenai kepegawaian atau Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG) itu tetap terjadi. Memang belum terjadi sepenuhnya, masih ada kenadala disana-sini, tetapi kita tidak boleh putus asa, kita harus terus maju,” ungkap Sr. Ferdinanda.

Pada lokakarya kali ini, Sr Ferdinanda menyoroti dua hal penting yaitu mengenai implementasi Online Learning Management System dan School Management System. Di era Revolusi Industri 4.0, implementasi Online Learning Management System sangat penting untuk mendukung kurikulum yang merupakan “jiwa” seluruh kegiatan pendidikan. Para Suster Ursulin bermimpi agar kedepannya peserta didik tidak pikul berat membawa buku ke sekolah. Jadi, kita harus mulai dengan sistem pembelajaran yang baru.  “Memang harus tetap mengacu pada aturan Kementrian. Tapi sambil menunggu, kita harus persiapan dengan berjalan gerak cepat. Ursulin tidak boleh ketinggalan. Kita tidak boleh berjalan tapi berlari,” kata Sr. Ferdinanda.

Peran Staf IT dan Staf Tata Usaha di kampus-kampus sangat penting karena sejatinya jika ingin melakukan perubahan tidaklah mudah. Kita harus mampu menghadapi orang-orang yang terlena dengan kejayaan masa lalu, sedangkan dunia ini sudah berjalan jauh.  “Pola pikirnya harus berubah. Untuk 10 tahun kedepan siapa saja yang bergabung dengan Ursulin harus wajib memiliki 2 kemampuan yaitu kemampuan IT dan Bahasa Inggris,” lanjut Sr. Ferdinanda.

Terakhir, Sr Ferdinanda berpesan untuk menitip para senior, agar diajari mengenai teknologi supaya tidak gaptek. Peran teman-teman IT dan tata usaha sangat penting ke depan untuk teman-teman yang ada di kampus. “Kerelaan ikut mendorong teman-teman di kampus agar perubahan itu terjadi. Kita disini saling berbagi, menguatkan, dan saling belajar satu sama lain,” imbuh Sr. Ferdinanda

Aprianita Ganadi

JAKARTA, SERVIAMNEWS.com–  Alumnarum Ursulae Sanctae Societas Internationalis (AUSSI) atau Perhimpunan Internasional Alumni Sekolah-Sekolah Ursulin merayakan Hari Ulang Tahunnya yang ke -50 tahun. Acara ditandai dengan Misa Syukur yang dipimpin oleh Romo Andang L. Binawan, SJ di Kapel Santa Ursula, Jalan Pos, Jakarta Pusat, Selasa, 5 November 2019. Sedangkan perayaan hari ulang tahun berlangsung di Century Park Hotel, Senayan, Kamis, 7 November 2019. Para anggota AUSSI datang dengan dresscode baju tradisional nusantara.

Bagi sebuah lembaga seperti AUSSI, mencapai usia 50 tahun dalam berkarya adalah sebuah prestasi besar. Didalamnya terkandung perpaduan antara kerja keras, ketekunan, kekuatan hati, komitmen, passion, dan kecintaan pada apa yang dikerjakan. Tujuan awal lembaga sejak pembentukan AUSSI Indonesia pada tahun 1968 di Bandung yaitu memupuk persahabatan bertaraf nasional maupun internasional diantara para alumni Sekolah Ursulin. Serta ikut meningkatkan derajat kehidupan masyarakat Indonesia, telah nyata dilaksanakan oleh para pengurus dan anggota AUSSI Jakarta.

Sebuah fondasi yang amat kuat untuk karya pengabdian bagi sesama telah “dibangun” oleh para perintis AUSSI Jakarta. Tibalah saatnya bagi para pengurus dan anggota-anggota yang lebih muda untuk bersiap-siap menerima tongkat estafet demi berkelanjutannya karya pengabdian ini. Terus berkaya AUSSI, terus kobarkan semangat SERVIAM di dalam dada demi nusa dan bangsa, Indonesia!

JAKARTA, SERVIAMNEWS.com– Para Suster Ursulin yang terdiri dari Pembina, Pengawas, Sekretaris, Bendahara, Pimpinan Komunitas, Pengurus Yayasan, dan bapak-ibu Kepala Satuan Pendidikan dari seluruh Kampus Ursulin Indonesia menghadiri Rapat Pleno Pusat Yayasan Pendidikan Ursulin (PYPU), Rabu-Jumat, 23-25 Oktober 2019 di Auditorium Sekolah Santa Theresia, Menteng, Jakarta Pusat. Rapat pleno bertajuk “Manajemen Pendidikan Ursulin Indonesia” ini juga dihadiri oleh pengamat Budi Hartono.

Dalam sambutan pembukaan, Ketua I PYPU, Sr. Ferdinanda Ngao, OSU menceritakan bahwa tepat pada 1 Oktober 2019 PYPU telah berusia 5 tahun. Pada periode itu, PYPU telah berusaha mengarahkan, mengkoordinasi, dan mendukung semua potensi yang ada di kampus. Dalam pleno 2019, semua sistem akan kita pelajari, kita bahas, dan kita sepakati bersama sebagai pegangan pedoman, dan arah pelayanan pendidikan kita periode 2020-2023.

“Pokok penting yang akan kita bicarakan adalah mengenai struktur organisasi, Standar Operasional Prosedur, Instruksi Kerja, Rencana Strategis PYPU, dan Grand Design Pendidikan Ursulin Indonesia. Demi penyempurnaan semua sistem yang telah dikonsepkan, kami mohon partisipasi aktif semua peserta Pleno untuk mempelajari dan mencermati dengan sungguh-sungguh,” kata Sr. Ferdin.

Semoga dengan rapat Pleno 2019 kali ini, lanjut Sr. Ferdin, akan menghasilkan keputusan bersama demi pelayanan dan kemajuan pendidikan Ursulin pada masa tiga tahun mendatang. Tidak itu saja, semoga Pleno dapat menghasilkan buah-buah rahmat bagi perkembangan Kampus-Kampus Pendidikan Ursulin di Provinsi Indonesia.

Aprianita Ganadi

PACET, SERVIAMNEWS.com– Para Suster Ursulin, bapak, dan ibu guru Kepala /Wakil Satuan Pendidikan dari Kampus Ursulin Regio Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Flores mengikuti School Leadership Essential Course (SLEC) Tahap IV di Panti Samadi Bintang Kejora, Pacet, Jawa Timur, Selasa-Jumat, 8-11/10.  Pelatihan yang menggandeng International Test Center (ITC) ini merupakan rangkaian lanjutan dari kegiatan SLEC Tahap III yang telah dilaksanakan sebelumnya pada tahun awal tahun 2019.

Pelatihan membahas dua topik utama yaitu Critical Thinking dan Coaching. Materi Critical Thinking dibawakan oleh narasumber dari ITC yakni Mr. Damon Anderson. Sedangkan materi coaching dibawakan oleh Anggota Badan Akreditasi Nasional yaitu Ibu Itje Chodidjah. Selama pelatihan juga hadir pihak dari ITC yaitu Jenny Lee, Victor Chan, dan Tonny Arbianto.

Acara dibuka resmi oleh Ketua I Pusat Yayasan Pendidikan Ursulin (PYPU), Sr Ferdinanda Ngao, OSU yang ditandai dengan pemukulan gong. Dalam sambutannya, Sr Ferdinanda mengungkapkan bahwa critical thinking dan coaching merupakan modal utama dalam menjalankan kepemimpinan di sekolah. “Sekarang kita berada dalam abad 21, gaya kepemimpinan juga harus berbeda. Selama 3 hari, peserta akan dibantu terutama dari segi profesionalitas kita di bidang pendidikan,” kata Sr Ferdin.

Kemampuan berpikir kritis atau critical thinking, lanjut Sr Ferdin, sangat dibutuhkan untuk mengambil kesimpulan dan membuat keputusan. Sedangkan, coaching, sangat dibutuhkan untuk memecahkan masalah dan mengelola orang-orang yang kita pimpin. “Peran critical thinking dan coaching sangat penting. Semoga ke depannya lahir pemimpin -pemimpin yang memiliki hati, karakter, konsisten, dan kompeten,” imbuh Sr. Ferdin.

Sementara itu, selama 3 hari, Ibu Jenny akan memandu jalannya pelatihan. Dalam SLEC IV kali ini peserta dibekali mengenai profesional development. “Keutamaan dari seorang pemimpin ada dalam diri kita masing-masing. Harapannya pada 2020 Sekolah Ursulin dapat berproses menjadi sekolah yang tumbuh dan berkembang. Dan pada 2025 dapat menjadi Ursulin Training Center,” kata Ibu Jenny.

Coaching, lanjut Ibu Jenny, adalah sebuah proses yang harus kita pelajari. Cara bagaimana mengampu seseorang harus ada tahapannya. “Peserta semua disini guru, pada tahap awal kita semua pasti bisa teaching, lalu nanti kita harus naik ke level berikut. Sedangkan, Critical thinking akhirnya bukan membuat kita menjadi sinis, tetapi berakhir pada kedamaian. Ada rasa yang menyenangkan di hati,” ungkap Ibu Jenny.

Selama pelatihan, para peserta dibagi ke dalam kelompok. Mereka mengerjakan beberapa tugas. Dalam sesi coaching, peserta melakukan praktek bersama 3 orang masing-masing berperan sebagai coach, coochie, dan observer untuk membicarakan satu kasus atau kejadian. Di akhir acara, beberapa suster dan peserta mengungkapkan refleksi singkat pribadinya. Acara lalu ditutup dengan pembagian sertifikat.

Aprianita Ganadi

Serviam

JAKARTA, SERVIAMNEWS.com-  Para Suster Ursulin, bapak, dan ibu guru Kepala /Wakil Satuan Pendidikan dari Kampus Regio DKI Jakarta dan Jawa Barat mengikuti School Leadership Essential Course (SLEC) Tahap IV di Wisma Samadi Klender, Jakarta Timur, Senin-Kamis, 23-26/9.  Pelatihan yang menggandeng International Test Center (ITC) ini merupakan rangkaian lanjutan dari kegiatan SLEC Tahap III yang telah dilaksanakan sebelumnya pada tahun awal tahun 2019.

Pelatihan membahas dua topik utama yaitu Critical Thingking dan Coaching. Materi Critical Thingking dibawakan oleh narasumber dari ITC yakni Mr. Damon Anderson. Sedangkan materi coaching dibawakan oleh Anggota Badan Akreditasi Nasional yaitu Ibu Itje Chodidjah. Selama pelatihan juga hadir pihak dari ITC yaitu Jenny Lee, Victor Chan, dan Tonny Arbianto.

Acara dibuka resmi oleh Ketua I Pusat Yayasan Pendidikan Ursulin (PYPU), Sr Ferdinanda Ngao, OSU. Dalam sambutannya, Sr. Ferdinanda mengucapkan bahwa SLEC sudah diadakan mulai dari tahap I-IV. Dan tahun ini merupakan tahun terakhir dari penyelenggaraan SLEC. “Banyak hal yang sudah kita dapat, kita patut bersyukur karena Bu Jenny dan Pak Victor sudah mencarikan kita narasumber yang hebat,” kata Sr Ferdinanda.

Adapun tujuan dari penyelenggaraan SLEC ini, lanjut Sr Ferdinanda, agar leadearship kita dapat semakin berkembang. Selama 3 hari, kepala sekolah dan calon kepala sekolah akan dibantu untuk meningkatkan profesionalitas sebagai pemimpin. “Ursulin mau pemimpin yang tidak hanya asal jalan saja, dalam proses kita harus gali critical thingking dan coaching,” tegas Sr Ferdinanda.

Kedua materi yaitu critical thinking dan coaching merupakan materi inti belajar abad 21. Kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam membuat kesimpulan dan mengambil keputusan. Sedangkan, coaching sangat penting dalam pengembangan potensi orang-orang yang akan kita pimpin. “Gaya kepemimpinan kita tidak hanya dari atas ke bawah tapi lebih kepada bermitra atau bersahabat. Coaching itu mentoring.  Jadi kedua materi ini bermuara pada pemberdayaan orang-orang dan ini tanggung jawab kita bersama,” ungkap Sr Ferdinanda.

Leader yang Profesional

Sementara itu, selama 3 hari Ibu Jenny akan memandu jalannya pelatihan. Menurut Ibu Jenny, sebagai sebuah lembaga pendidikan kita harus menjadi leader yang baik dan professional. Dan seorang leader harus memiliki visi. Tanpa visi, seorang pemimpim tidak akan bisa membawa orang yang berada dibawahnya.

Harapannya setelah mengikuti pelatihan ini sekolah-sekolah Ursulin dapat menjadi training center. Ke depan, akan banyak orang yang ingin belajar dari Sekolah Ursulin. Tahun 2020, diharapkan sudah membangun dan membentuk diri sebagai learning organisasi. “Kita akan belajar memahami mengenai critical thingking dan coaching. Dua tema ini bukan cuma ngetop sekarang saat pelajaran abad 21, tapi itu sudah ada sejak di Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru,” kata Ibu Jenny.

Selama pelatihan, para peserta akan dibagi ke dalam kelompok. Mereka akan mengerjakan beberapa tugas. Dalam sesi coaching, peserta akan melakukan praktek bersama 3 orang masing-masing berperan sebagai coach,coochie, dan observer untuk membicarakan satu kasus atau kejadian. Di akhir acara, beberapa suster dan peserta mengungkapkan refleksi singkat pribadinya. Acara lalu ditutup dengan pembagian sertifikat.

Aprianita Ganadi

Serviam

CILEMBER, SERVIAMNEWS.com– Serviam Camp VI Regio DKI Jakarta-Banten dan Jawa Barat resmi dibuka oleh Ketua I Pusat Yayasan Pendidikan Ursulin (PYPU) Sr. Ferdinanda Ngao, OSU, di Citra Alam Riverside, Cilember, Jawa Barat, Rabu, 18/9. Acara bertajuk “Let’s Hold Hand and Jump Together” ini juga dihadiri oleh Ketua II Regio DKI Jakarta-Banten, Sr Ingrid Widhiningsih, OSU, Ketua II Regio Jawa Barat, Sr. Maria Theresia Sani, OSU, Ketua II Regio Jawa Timur dan Jawa Tengah, Sr.Hilda Sri Purwaningsih,OSU dan Ketua II Regio Flores, Sr. Regina Supraptiwi, OSU.  Serviam Camp merupakan kegiatan rutin pertemuan siswa –siswi tingkat Sekolah Dasar yang diselenggarakan oleh Sekolah-Sekolah Ursulin.

Dalam acara yang diselenggarakan 18-20 September ini anak-anak akan berproses bersama. Mereka datang dari 8 sekolah Ursulin yang berada di Regio DKI Jakarta-Banten dan Jabar. Setiap sekolah mengirimkan 24 peserta masing-masing 12 orang putra dan 12 orang putri dengan 2 guru pendamping. Para peserta datang dari Kampus Santa Maria Jakarta, Kampus Santo Vincentius Jakara, Kampus Santa Ursula Jakarta, Kampus Santa Theresia Jakarta, Kampus Santa Ursula BSD, Kampus Santa Angela Bandung, Kampus Santa Ursula Bandung, dan Kampus Yuwati Bhakti Sukabumi.

Melompat Maju bersama

Tema Serviam Camp 2019 menggunakan gambar binatang katak karena sesuai filosofinya, katak selalu melompat bersama-sama. Begitu pula dengan anak-anak yang dengan riang mampu melompat maju ke depan bersama. Mereka diharapkan mampu berpikir positif untuk kemajuan diri sendiri dan dapat bekerjasama sesuai dengan semangat Serviam.

Menurut ketua panitia acara, Sr Theresia Ike Rachmadianawati, OSU, selama Serviam Camp ada 3 kegiatan utama. Kegiatan pertama, panitia sudah bekerjasama dengan Sekolah Madrasah di sekitar Citra Alam Riverside. Peserta Serviam Camp akan melalukan kegiatan bersama dengan 100 anak-anak dari Sekolah Madrasah. Anak-anak akan mengundang dan menjemput teman-temannya dari Sekolah Madrasah untuk masuk bersama ke Citra Alam Riverside. Mereka akan membuat mading dan gelang persahabatan.

“Tujuannya agar anak-anak dapat berteman dengan siapa saja meski dengan agama yang berbeda. Juga mengajarkan mereka untuk saling berbagi, memperluas perkenalan dari berbagai macam kalangan,” kata Sr. Ike.

Kegiatan kedua, anak-anak bersama ketua RT setempat akan melakukan aksi bakti sosial membagi sembako kepada warga sekitar.  Anak-anak dapat melihat dan mengenal lingkungan yang berbeda dari lingkungan tempat tinggal mereka. Kegiatan ketiga yaitu master chef junior, anak-anak memasak sendiri sayur sop untuk makan malam. Mereka diharapkan dapat mengenal prosesnya mulai dari menerima sayur, mencuci sayur, memotongnya, memasak, lalu makanan jadi, hingga sampai dimakan.

“Kami prihatian, karena sekarang anak-anak semua serba instan, apalagi sekarang semua bisa pesan secara online, jadi ada sebuah proses yang hilang. Dimana anak-anak sudah tidak biasa lagi menyusun menu, belanja ke supermarket, apalagi memasak,” cerita Sr Ike. Selain 3 kegiatan utama masih ada beberapa kegiatan lain seperti Angela Session, membuat refleksi bersama, Api Unggun, dan Misa.

Sarana Latihan Anak

Sementara itu, dalam sambutan pembukaan, Sr Ferdinanda mengatakan bahwa tema Serviam Camp VI 2019 sangat relevan dengan pidato Presiden Jokowi yang mengajak kita semua melompat bersama ke era baru.  Anak-anak Sekolah Ursulin sudah memiliki dan menunjukkan bakat serta potensi yang luar biasa. Untuk itu, tantangan kita semua di dunia pendidikan, untuk melompat menuju suatu hal yang baru.

Serviam Camp VI, lanjut Sr Ferdinanda, merupakan sarana latihan bagi anak-anak untuk menempa diri menjadi pribadi yang melayani, berintegritas, berani melawan arus, berbelas kasih, memiliki prestasi tinggi, dan memiliki semangat kerjasama yang kokoh. “Kita perlu sadar bahwa kita hidup untuk orang lain, semua potensi yang kita punya harus kita berikan untuk kebahagiaan orang lain. Banyak orang dilayani, kita harus sebaliknya yaitu melayani,” kata Sr Ferdinanda.

Tidak lupa, Sr Ferdinanda mengajak anak-anak untuk berani tidak mencontek, berani melawan korupsi, berani melawan hoax dan bullying. Anak-anak Sekolah Dasar Ursulin harus memiliki hati yang berbelas kasih tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongan. “Besar harapan kami, kalian makin tumbuh menjadi manusia Indonesia yang berkualitas pada masa datang, dan berikan yang kalian punya demi kemajuan bangsa dan negara,” ungkap Sr Ferdinanda.

Aprianita Ganadi