TANGERANG, SERVIAMNEWS.com – Serviam Camp VII Regio DKI Jakarta-Banten dan Jawa Barat bertajuk “Dalam Kebersamaan Menyongsong Masa Depan” resmi dibuka di Kampus Ursulin Santa Ursula Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, Banten, Kamis, 31 Agustus 2023. Adapun tema “Dalam Kebersamaan Menyongsong Masa Depan” berarti Kampus Ursulin Regio DKI Jakarta – Banten dan Jawa Barat siap beradaptasi menjawab tantangan perkembangan zaman menyongsong masa depan yang cerah dalam semangat insieme. Serviam Camp merupakan kegiatan rutin pertemuan peserta didik tingkat Sekolah Dasar yang diselenggarakan oleh Sekolah-Sekolah Ursulin.
Dalam acara, yang diselenggarakan 31 Agustus – 2 September anak-anak akan berproses bersama. Mereka datang dari 8 sekolah Ursulin yang berada di Regio DKI Jakarta-Banten dan Jabar. Setiap sekolah mengirimkan 24 peserta masing-masing 12 orang putra dan 12 orang putri. Para peserta datang dari Kampus Ursulin Santa Maria Jakarta, Kampus Ursulin Santo Vincentius Jakara, Kampus Ursulin Santa Ursula Jakarta, Kampus Ursulin Santa Theresia Jakarta, Kampus Ursulin Santa Ursula BSD, Kampus Ursulin Santa Angela Bandung, Kampus Ursulin Santa Ursula Bandung, dan Kampus Ursulin Yuwati Bhakti Sukabumi.
Adapun tujuan dari Serviam Camp VII yaitu untuk memupuk rasa persahabatan dan persaudaraan antar peserta, baik antar delapan sekolah Ursulin, mampu dengan siswa dari sekolah lain. Meningkatkan kepedulian dan kepekaan untuk melayani sesama. Menanamkan kesadaran dan kecintaan terhadap bumi sebagai rumah tinggal. Menumbuhkan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan zaman.
Kegiatan Serviam Camp VII
Acara Serviam Camp VII akan diisi oleh kegiatan yang terbuka pada dunia modern. Pada kegiatan ini peserta diperkenalan tentang robotik dan diajak untuk membangun robot dipandu oleh tim dari Digikidz. Kegiatan mengenal teman dan simbol sekolah, peserta mendapat penjelasan mengenai logo Serviam Camp VII kemudian setiap peserta mempresentasikan simbol sekolahnya secara bergantian.
Kegiatan kecintaan pada lingkungan. Dalam kegiatan ini peserta diajak mengolah sampah daun menjadi kompos dan mengolah sampah kulit buah untuk dijadikan eco enzyme. Selain itu, peserta diajak menyemai tumbuhan hidroponik. Kegiatan pengengalan tokoh Santa Angela. Melalui kegiatan ini setiap peserta diharapkan mengenal lebih dalam pribadi Santa Angela dan meneladani sikapnya dalam hidup sehari-hari. Selain itu juga meningkatkan kreativitas dan kerja sama dalam tim serta meningkatkan rasa persaudaraan antar siswa Ursulin.
Kegiatan unjuk kreativitas, menampilkan kreasi dan kekhasan dari tiap-tiap sekolah peserta Serviam Camp. Dilaksanakan pada saat kegiatan upacara pembuka dan malam api unggun. Kegiatan mempersiapkan makan siang berkelompok. Dalam kegiatan ini, dituntut kerja sama dari masing-masing kelompok. Para peserta akan mempersiapkan sendiri makan siang mereka dengan memasak bersama kelompoknya. Setiap kelompok akan pergi ke pasar, berbelanja sayur dan lauk pauk mentah yang harus diolah untuk disajikan dan disantap bersama kelompok.
Kegiatan pengembangan dan pembangunan karakter melalui aneka games. Melalui kegiatan ini peserta ditantang untuk berani mengambil keputusan, mengalahkan rasa takut, dan mampu membuat perhitungan untuk mengatasi resiko. Peserta mengikuti kegiatan dalam pos-pos. Sebagai bagian penutup kegiatan Serviam Camp, dilaksanakan Perayaan Ekaristi. Dalam Perayaan Ekaristi semua anak diharapkan terlibat aktif dan melalui perayaan ini anak diajak bersyukur atas anugerah hidup yang dialaminya.
Aprianita Ganadi
TANGERANG, SERVIAMNEWS.com– Sudah menjadi kegiatan rutin setiap tahun kita merayakan Hari Pangan Sedunia. Pada tahun 2019, Hari Pangan Sedunia mengangkat tema “Our Actions Are Our Future, A Zero Hunger World by 2030 is Possible”. Tema tersebut mengajak kita untuk terus berupaya dalam mengakhiri kelaparan serta bentuk-bentuk kekurangan gizi lainnya yang selalu melanda dunia. Tidak hanya berupaya dalam menangani kelaparan, kita juga diajak untuk terus merawat dan memelihara bumi serta memiliki pola makan yang sehat dan lebih memperhatikan makanan yang kita konsumsi.
Dalam rangka Hari Pangan Sedunia tahun 2019, OSIS SMP Santa Ursula BSD mengadakan program pengumpulan beras untuk meningkatkan kepedulian dan sikap berbagi terhadap sesama. Khususnya kepada mereka para pekerja jalanan yang selalu merawat dan menjaga lingkungan di sekitar kita. Selain itu, bentuk kepedulian tersebut juga dapat membantu meringankan sedikit beban mereka dalam memenuhi kebutuhan bahan pangan berupa beras.
Pengumpulan beras dilaksanakan selama tiga hari mulai Senin, 7 Oktober 2019- Rabu, 9 Oktober 2019 di hall SMP-SMA Santa Ursula BSD. Program ini juga ingin mengajak siswa-siswi untuk peduli terhadap lingkungan dengan tidak menggunakan plastik sebagai tempat membawa beras, melainkan memakai wadah yang dapat digunakan kembali.
Antusiasme para siswa untuk ikut berpartisipasi dalam program pengumpalan beras ini sangat terlihat dengan jumlah beras yang terkumpul. Pada hari terakhir pengumpulan beras, terkumpul sekitar 200kg beras. Tentu itu bukanlah angka yang kecil. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa program pengumpulan beras kali ini tergolong berhasil.
Setelah beras-beras tersebut terkumpul, kami mengemas dan membagi beras tersebut ke dalam kantung kertas atau kantung kain yang telah disediakan. Beras tersebut dibagi menjadi 4 kg/kantung, sehingga satu pekerja mendapatkan beras 4 kg. Namun, beras-beras yang sudah memiliki kemasan 5 kg, akan dibagikan langsung tanpa perlu dikemas kembali.
Dalam lingkungan Kampus Santa Ursula BSD, para pekerja yang terdekat dengan kita adalah para karyawan yang terus merawat sekolah kita. Untuk itu, sebagai tanda terima kasih dan bentuk penghargaan kami, maka kami juga menyumbangkan kepada mereka beras yang telah terkumpul. Kami juga turut merasakan kebahagiaan yang mereka rasakan ketika kami melihat senyum terkembang di wajah mereka
Mungkin tindakan yang kita lakukan hanyalah suatu hal yang kecil, yaitu ikut ambil bagian dalam menyumbang beras. Namun, dari hal-hal kecil itulah yang akan membuat suatu perubahan besar. Karena itu, lakukanlah kebaikan dari hal-hal kecil dahulu.
Claudia / IX-D
Kampus Santa Ursula BSD : https://www.sanurbsd-tng.sch.id/
Serviam
TANGERANG, SERVIAMNEWS.com– Banyak orang mengatakan bahwa proses pembelajaran akan semakin lengkap bila tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja. Peserta didik dan guru harus pula merasakan dan mengalami kegiatan belajar di luar kelas dengan harapan bahwa akan ada semakin banyak hal yang bisa ditemukan dipelajari. Ada banyak kegiatan yang bisa memfasilitasi hal ini, mulai dari kemah, outbound, dan lain sebagainya. Setiap sekolah memiliki gaya dan konsep masing-masing, tetapi tujuan mereka tetaplah sama: membentuk pribadi-pribadi berkarakter dalam diri setiap peserta didik. Salah satu kegiatan yang dipilih oleh SMA Santa Ursula BSD adalah live in.
Konsep kegiatan live in SMA Santa Ursula BSD sangat khas. Di dalam kegiatan ini, kami, peserta didik kelas 12, diajak untuk tinggal bersama dan mengalami perjumpaan dengan warga di dusun yang kami tinggali. Kami harus bisa meninggalkan kebiasaan kami di rumah dan menyesuaikan diri dengan kebiasaan masyarakat di Boro. Kami diajak untuk memberikan diri kami seutuhnya dan mengikuti seluruh kegiatan yang dilakukan oleh anggota keluarga di rumah. Dengan hati yang terbuka, kami dituntut untuk bisa mendekatkan diri dengan keluarga baru kami dan menemukan hal-hal berkesan dan berharga.
Pada tahun ini, kegiatan live in kami laksanakan di daerah Boro, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan dimulai dengan keberangkatan kami pada tanggal 24 Agustus dan selesai waktu kepulangan kami pada tanggal 29 Agustus 2019. Kegiatan live in kami kemudian ditutup dengan refleksi dan merencanakan tindak lanjut sebagai ungkapan syukur dan terima kasih karena kami telah diterima oleh warga desa setempat dengan sangat luar biasa.
Ada 4 dusun yang dijadikan tempat tinggal kami, yaitu Nyemani, Madigondo, Balong, dan Tetes. Di sana, masing-masing dari kami tinggal berpasangan dengan teman dari sekolah dan juga keluarga pemilik rumah. Rata-rata, penghuni desa-desa itu sudah berusia lanjut, tetapi ada pula yang masih memiliki anak yang tinggal di rumah itu. Hampir semua orang di daerah itu berprofesi utama sebagai petani. Ada juga yang bekerja sebagai guru, pedagang atau pemilik warung, peternak, dan lainnya. Di rumah saya, Pak Bandi, Ibu Marjinem, dan Pak Mardi bekerja sebagai petani. Mereka memiliki kebun dengan berbagai tanaman, yaitu cengkeh, kapulaga, salak, kelapa, pisang, vanili, dan kemukus. Mereka juga memiliki beberapa hewan ternak seperti ayam dan kambing. Hidup keluarga ini sangat bergantung pada hasil penjualan panenan tanaman-tanaman tersebut, sama seperti banyak keluarga lainnya di daerah Boro.
Setiap hari, kami melakukan aktivitas yang dilakukan oleh anggota keluarga di rumah kami. Saya bersama teman serumah ikut Ibu ke hutan dan memanggul pulang kayu serta blarak dengan kain yang dipinjamkan Ibu. Kami turut menemani Bapak dan Ibu menjemur cengkeh di pagi hari dan mengumpulkannya kembali ketika hari sudah sore. Tak lupa, kami pun sering berkeliling ke lingkungan sekitar dan bertemu dengan warga lainnya. Di rumah dengan tungku sederhana, seperangkat alat masak, dan berbagai macam bahan makanan, kami membantu Ibu menyajikan hidangan yang akan disantap hari itu. Di samping itu, setiap hari kami juga melakukan kegiatan refleksi bersama teman-teman dari sekolah yang tinggal di desa yang sama. Kami diajak untuk menceritakan pengalaman dan pelajaran berharga yang kami dapatkan dari pengalaman tersebut.
Di dalam proses kegiatan ini, kami bisa menangkap dan merasakan banyak hal terkait dengan kekhawatiran masyarakat di sekitar kami. Ada yang agak lelah menanti musim hujan yang tak kunjung datang. Ujung-ujungnya, tanaman yang telah dirawat tidak bisa memberikan hasil panen yang baik. Ada pula yang pernah menjadi korban pencurian cengkeh yang telah dijemur. Lain lagi, ada keluarga yang selalu mengharapkan pulangnya putra-putri yang tengah merantau supaya rasa kesepian itu cepat menghilang.
Namun, di balik itu semua, hadir pula tawa dan kebahagiaan sebagai penyeimbang. Ada ucapan syukur yang dipanjatkan ketika hujan turun. Ada tawa yang dibagikan dalam setiap perjumpaan di berbagai sudut dusun. Ada bincang hangat yang turut hadir bersama datangnya sanak saudara-dan anggota keluarga baru-seperti saya dan teman-teman. Bersama mereka, saya bisa melihat bahwa kehadiran masyarakat yang selalu memberikan dukungan dan penguatan memiliki peran yang sangat penting bagi setiap pribadi di sini. Itulah yang membuat mereka selalu bertahan meski tengah menghadapi masalah.
“Saya bisa menemukan nilai daya juang dari kegiatan ini. Meski warga di sana memiliki kekurangan dari segi ekonomi dan akses terhadap hal-hal tertentu, mereka tetap menjalani aktivitasnya dengan semangat dan tak pernah sedikit pun mengeluh. Selain itu, saya merasakan kebersamaan antarwarga desa yang tak pernah dirasakan di kota. Hal ini tercermin dari keakraban warga yang terlihat dalam setiap kesempatan yang ada,” papar Bonaventura Pawitra (XII-MIPA2) terkait pengalaman yang diperoleh dari kegiatan live in. Selain Witra, Jessica Devy (XII-IPS2) memaparkan bahwa perjumpaan dengan keluarga Bapak Sukarman merupakan pengalaman penting baginya. Pelajaran tentang ketulusan, selalu bersyukur, dan kesederhanaan ia dapatkan di tengah-tengah keluarga itu. Ia merasa seperti terisolasi karena jauh dari hiruk pikuk kota, tidak ada gawai, jauh dari keluarga asli, dan tidak boleh mengunjungi teman. Namun, ia tak menyangka bahwa ternyata semua itu sangat membantunya dalam mengolah hidup dengan lebih baik. Selain kedua teman saya ini, tentu seluruh peserta live in memiliki cerita masing-masing dan dari cerita itu kami belajar berbagai macam hal yang tentu sangat membekas dan berguna bagi kami ke depannya.
Tanah Boro telah dan akan terus melahirkan sosok-sosok hebat yang daripadanya kami belajar banyak hal. Saya sendiri semakin memahami arti kerja keras yang wujudnya akan selalu berbeda bagi setiap orang dan bahwa semuanya harus diapresiasi sebagai penghormatan atas hidup manusia. Rasa syukur atas segala yang dimiliki semakin saya pahami sebagai syarat mutlak untuk hidup bahagia, sesederhana apa pun hidup itu sendiri. Di atas semua itu, hal terbesar (namun sederhana) yang saya dapatkan adalah menemukan kembali makna keluarga. Keluarga adalah rumah bagi setiap orang yang datang padanya, yang mampu menghadirkan kehangatan dan menjadi tempat berlindung. Keluarga bukan (hanya) tentang ikatan darah, melainkan tentang relasi dan bersatunya jiwa yang menghuni raga orang-orang di dalamnya.
Pada akhirnya, perjalanan ini adalah tentang nilai-nilai baik, butir-butir penting atas semua peristiwa yang terjadi dan kami alami, dan kami semua telah menemukannya. Matur nuwun sanget, Boro!
Sabina Prajnamalini Pusposari Sumarno
XII-IPB/10
Kampus Santa Ursula BSD : https://www.sanurbsd-tng.sch.id/
Serviam
TANGERANG, SERVIAMNEWS.com– Kampus Santa Ursula BSD pada tahun 2020 akan memasuki usia ke-30 tahun. Oleh karena itu, untuk merayakan 30 tahun berdirinya sekolah, OSIS SMA Santa Ursula BSD menyelenggarakan kegiatan Implementasi Wajah Olahraga (ISWARA). Kegiatan pertandingan olahraga ini sejalan dengan visi dan misi OSIS tahun ini, yang mengutamakan keterbukaan, terutama dalam membangun relasi dengan sekolah-sekolah di Jabodetabek. Harapannya, kegiatan ini dapat menjadi awal dari relasi-relasi baik, bukan hanya antara tuan rumah dan peserta, namun juga antar peserta sendiri.
Acara diselenggarakan di kampus Santa Ursula BSD mulai hari Senin- Jumat, 12-16/8. Terdapat 3 cabang perlombaan, yaitu futsal, basket, dan voli, yang kemudian dibagi lagi dalam kategori putra dan putri. Bila ditotal, ada 30 sekolah yang berpartisipasi dalam ISWARA 2019, dari yang dekat seperti SMAN 7 Tangerang Selatan, hingga yang jauh seperti Kolose Kanisius. Antusiasme dan semangat, terutama yang ditunjukkan oleh siswa-siswi Santa Ursula BSD, menjadi tanda kebahagiaan karena akhirnya Santa Ursula BSD menjadi tuan rumah dalam sebuah ajang olahraga dalam waktu yang begitu lama.
Sejak acara pembukaan, keberagaman dan euforia sudah sangat terasa di kalangan peserta maupun spektator. Terutama dengan kehadiran Barisan Ursa (BURSA), yang mengangkat bukan hanya tangan dan suara, namun juga semangat untuk bersenang-senang dan bertanding secara sportif di lapangan. Sedangkan, SMA Santa Ursula BSD, sebagai tuan rumah, mengirimkan 1 tim untuk setiap cabang perlombaan, kecuali futsal putra yang mengirim 2 tim. Setiap tuan rumah bertanding, kecintaan terhadap almamater di kalangan siswa-siswi yang menjadi penonton sangat terlihat, dengan diteriakkannya yel-yel penyemangat. Salah satu kebiasaan yang menonjol adalah menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum pertandingan dimulai. Pada saat itu, semua perbedaan dan persaingan sejenak dilupakan untuk bersama-sama mengakui diri sebagai bangsa Indonesia.
Semua pertandingan yang berawal dengan sistem grup diakhiri dengan pertandingan final yang sangat sengit, terutama di cabang basket dan voli putra. Akhirnya, SMAN 11 Tangerang Selatan merebut juara pada ajang futsal putra, dan SMAN 7 Tangerang Selatan pada ajang futsal putri. Dalam ajang voli, SMAN 8 dan SMAN 1 dari Tangerang Selatan berhasil menjadi juara putra dan putri. Sementara itu dalam cabang basket, Kolose Kanisius Jakarta merebut gelar juara basket putra, dan Tarakanita Citra raya dengan gelar juara basket putri.
Lima hari di lapangan akhirnya ditutup dengan acara pembagian hadiah dan penampilan modern dance dari 2 sekolah, yaitu SMA Ora et Labora dan SMA tuan rumah, Santa Ursula BSD. Berakhirnya kegiatan ISWARA 2019 bukan berarti relasi dan hubungan baik yang sudah dibangun dapat juga berakhir dan dilupakan begitu saja. Justru, berakhirnya ISWARA 2019 menjadi awal dari berbagai persaingan sehat lainnya antar sekolah dalam bidang olahraga, terutama untuk para peserta lomba yang dikirim tuan rumah sendiri.
Panitia yang telah bekerja keras, para peserta yang gigih dan sportif, para supporter yang bersemangat, serta berbagai pertandingan akan menjadi memori yang sangat berkesan, sebagai awal perayaan 30 tahun berdirinya Santa Ursula BSD. Semoga kedepannya, relasi yang sudah dibangun dapat semakin dikembangkan, terutama dalam kegiatan-kegiatan eksternal yang mengundang sekolah-sekolah tetangga. Sampai jumpa tahun depan!!
Luisa Carmel
Kampus Santa Ursula BSD : https://www.sanurbsd-tng.sch.id/
Serviam
TANGERANG, SERVIAMNEWS.com– Pelatihan fisik dan mental merupakan bagian dari proses pengembangan karakter di SMA Santa Ursula BSD, sesuai dengan visi dan misi sekolah “Cerdas, Utuh dan Melayani”. Maka, sekolah bekerjasama dengan pihak luar yang kompeten dalam bidangnya (RINDAM JAYA), untuk mengembangkan fisik dan mental peserta didik yang telah mereka miliki. Setiap tahun SMA Santa Ursula BSD selalu mengirimkan peserta didiknya di kelas X untuk berlatih ke Dodiklatpur RINDAM JAYA, Gunung Bunder, Jawa Barat.
Pada tahun ini, tepatnya 29-31 Agustus 2019, pelatihan fisik dan mental di SMA Santa Ursula BSD dilakukan. Pelatihan fisik dan mental memiliki tujuan yang jelas, terukur dan dapat dipertanggungjawabkan. Pelatihan ini dirancang sebaik dan seaman mungkin bagi peserta didik. Pelatihan ini memang bekerjasama dengan pihak militer, namun bukan berarti ingin melakukan militerisasi kepada peserta didik. Bukan berarti pula menyerahkan sepenuhnya proses kedisplinan, fisik dan mental kepada pihak luar. Pelatihan ini bertujuan untuk mengembangkan value yang sudah sekolah miliki.
Sebuah usaha untuk menjadi lebih sehat dan disiplin akan sangat mendukung peserta didik dalam proses belajar, khususnya di SMA Santa Ursula BSD dengan berbagai macam kegiatan dan tuntutannya. Tolak ukur kesehatan bukan hanya secara fisik tetapi juga mentalitas, karena dengan kekuatan jiwa yang baik peserta didik mampu mengatasi sebuah hambatan fisik yang ada. Pelatihan ini menekankan optimalisasi, artinya peserta didik bukan dituntut melakukan secara maksimal.
Optimal berarti mampu mengukur batas kemampuannya, sehingga tidak memaksakan diri. Optimalisasi erat dengan value ketekunan dan sikap untuk pantang menyerah dalam menghadapi setiap tantangan. Optimalisasi mengajak peserta didik berani keluar dari zona nyaman, rasa takut dan batasan-batasan pemikirannya. Optimalisasi juga menuntut adanya kerjasama tim dan rasa kepedulian kepada sesama. Konsep yang dipegang adalah “jika satu orang melakukan kesalahan, kesalahan itu pasti disebabkan karena ketidakpedulian seluruh anggota kelompok.” Maka sanksinya yang diterapkan tidak hanya bagi satu orang saja tapi bagi seluruh anggota kelompok.
Optimalisasi juga menekankan kemampuan menangkap instruksi dan menjalankannya dengan tepat dan cepat seperti dalam pelatihan baris-berbaris. Kesadaran untuk menjadi pribadi disiplin yang didasarkan pada kepentingan bersama merupakan kuncinya. Menjadi disiplin bukan karena takut dihukum, tetapi karena sadar bahwa tindakan yang dilakukan akan berdampak juga kepada orang lain. Optimalisasi mengembangkan kemandirian sehingga peserta didik dapat mengatur hidupnya sendiri tidak melulu tergantung kepada orang lain.
Maka, dalam mencapai optimalisasi tersebut, materi-materi yang diberikan kepada peserta didik meliputi wawasan kebangsaan, latihan upacara bendera, pelatihan fisik (push up, seat up, lari, dll), kedisplinan, persiapan baris-berbaris, CMI (Cara Menyampaikan Instruksi), survival, caraka malam, mountaineering, roleplay dan tracking menuju ke Curug Kondang, Gn. Bunder, Jawa Barat. Khusus pada waktu tahun ini materi mountaineering tidak dapat diberikan karena sarana sedang digunakan untuk latihan tempur TNI bagi para perwira dan adanya pelantikan perwira TNI.
Lorensius Eka Setiawan
Kampus Santa Ursula BSD : https://www.sanurbsd-tng.sch.id/
Serviam
TANGERANG, SERVIAMNEWS.com– Kehadiran media sosial disamping media cetak dan media elektronik seperti televisi dan radio membawa tantangan baru bagi generasi zaman ini. Platform yang lebih luas, terbuka, dan bebas memudahkan semua pihak untuk berbagi informasi, perasaan, pengalaman, serta pemikiran. Disatu sisi kecanggihan tersebut mendorong generasi muda ke arah yang lebih maju, tapi disisi lain juga membuka kesempatan besar untuk berbagai kejahatan dan hal-hal negatif terjadi.
Berangkat dari keprihatinan tersebut, SMA Santa Ursula, Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, Banten mengadakan kegiatan Diskusi Kebangsaan Hari HAM 2018. Kegiatan diadakan pada Rabu, 12 Desember 2018 dengan mengangkat topik HAM dan kebhinekaan di era digital. Dalam diskusi kali ini, SMA Santa Ursula BSD mengundang Ibu Retno Listyarti yang sekarang menjabat sebagai Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia dan Bapak Fransiskus Surdiasis yang saat ini bekerja sebagai manager litbang The Jakarta Post serta dosen di Akademi Televisi Indonesia (ATVI).
Diskusi ini, melibatkan siswa/i kelas XI dan XII, teman-teman dari sekolah lain dan bapak/ibu guru. Teman-teman dari sekolah lain yang ikut bergabung dalam diskusi ini adalah dari sekolah SMA Tarakanita Gading Serpong, SMA Tarakanita Citra Raya, SMA Ora et Labora, dan SMA Theresia Jakarta. Ibu Retno membahas HAM anak dan HAM di bidang pendidikan. Ia membahas tentang pengertian HAM, kasus pelanggarannya, toleransi, radikalisme, dan peran sekolah menghadapi realita di masyarakat. Sedangkan Bapak Fransiskus membahas HAM di era digital dan bagaimana anak-anak zaman sekarang dapat menggunakan media sosial dengan cerdas.
Setelah diskusi selesai, acara dilanjutkan dengan Bincang Kawula Muda yang diikuti siswa/i kelas XII, prakaderisasi dan OSIS kelas XI serta teman-teman dari sekolah lain. Kegiatan yang dilakukan adalah Photo Challenge di media sosial Instagram. Hal ini bertujuan untuk mengampanyekan HAM di media sosial sekaligus mempererat relasi dengan teman-teman dari luar SMA Santa Ursula BSD.
Hasil dari kegiatan ini adalah 50 posts dengan hashtag #hakasasiduadunia yang berarti berlakunya HAM di dunia maya maupun nyata dan #generasimudacerdas yang diharapkan dapat mengkritisi konten yang ada di media agar kebhinekaan dan HAM dapat lebih terjamin baik di kehidupan nyata maupun di media. Melalui dialog kebangsaan ini, diharapkan siswa/i memperoleh ilmu dan kesadaran tentang HAM khususnya di media sosial, serta dapat menggunakan media sosial dengan cerdas.
Andrea Polisar XII IPA 2 / 3 dan Elisabet Sudira XII IPA 2 / 9
Santa Ursula BSD http://www.sanurbsd-tng.sch.id/
Santa Ursula BSD Choir & Symphony Orchestra menggelar konser Natal bertajuk “A Gift For The King”. Konser Natal yang berlangsung meriah ini diadakan di Auditorium Kampus Santa Ursula BSD pada 18-19 Desember 2018.
TANGERANG, SERVIAMNEWS.com – Pada Senin, 22 Oktober 2018, peserta didik SMP St. Ursula Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, Banten kelas IX A, IX B, dan IX C pergi ke Panti Werdha dengan tujuan bakti sosial. Acara diadakan di empat Panti Werdha yang berbeda yaitu Panti Werdha Melania, Kasih Ayah Bunda, Kemah Beth Shalom Yayasan Bina Bhakti, dan Marfati.
Pelaksanaan Bakti Sosial terbagi dalam dua gelombang, dengan hari yang berbeda dan tempat yang berbeda, yaitu Senin, 22 Oktober 2018 untuk peserta didik kelas IX A hingga IX C dan Kamis, 25 Oktober 2018 untuk peserta didik kelas IX D dan IX E. Peserta didik yang berangkat pada gelombang pertama pun dibagi lagi menjadi beberapa kelompok untuk mengunjungi beberapa panti werdha, untuk meminimalisir penghuni panti bingung.
Panti Werdha Marfati terletak di Tangerang Kota. Jarak dari sekolah ke panti tersebut cukup jauh. Perjalanan menuju Panti Werdha Marfati memakan waktu selama satu jam. Untuk mempersiapkan acara, kelompok berkumpul terlebih dahulu untuk membahas kegiatan apa yang akan kami lakukan di sana dan apa yang akan kami bawa sebagai tanda kasih untuk Oma dan Opa yang ada di panti werdha.
Sesampainya di sana, kami langsung berinteraksi dengan Opa dan Oma yang ada. Panti Werdha Marfati terbagi menjadi tiga bagian. Bagian depan bernama Graha Lansia Marfati 2 yang dihuni oleh 20 hingga 30 Oma dan Opa. Acara berlangsung sangat santai karena kami di sini bertujuan untuk melayani. Kami bernyanyi bersama Opa dan Oma, mereka terlihat bahagia. Kami juga memberikan snack yang telah kami bawa. Sebagian besar dari mereka sudah memakai kursi roda.
Bagian bangunan yang kedua bernama Graha Lansia Fatima yang dihuni oleh suster- suster Katolik. Yang terakhir adalah Graha Lansia Marfati 1 yang terletak di bagian belakang. Bangunan yang terakhir ini cukup besar, dan menampung 40 hingga 60 Oma dan Opa. Di sini kami berbincang dengan salah satu Oma yang pernah hidup di zaman penjajahan Belanda. Beliau mengatakan, bahwa sekolah pada zaman penjajahan tidaklah mudah, dan saya bersyukur bisa bersekolah dengan aman dan nyaman saat ini. Acara selesai pukul 12.00 WIB kebetulan Opa dan Oma berdoa Rosario bersama pada saat itu. Kami pun berpamitan lalu pulang.
Bonaventura Bagas/ IX C
TANGERANG, SERVIAMNEWS.com– Hari Pangan Sedunia (HPS) sudah menjadi salah satu tradisi khusunya bagi para peserta didik di kampus SMP St. Ursula Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Banten. Dalam memperingati HPS 2018, OSIS SMP St. Ursula BSD membuat empat kegiatan yang telah dilaksanakan sejak 9 Oktober – 16 Oktober 2018. Rangkaian kegiatan dimulai dari pengumpulan beras, kolekte, mabar (makan bersama), dan “No Gadget Day”.
Kolekte dilakukan selama dua hari yakni 9 Oktober dan 16 Oktober. Kolekte dikumpulkan dari tiap kelas dan dihitung oleh Tata Usaha. Total dari uang tersebut disumbangkan kepada orang-orang yang kurang mampu.
Sementara itu, pengumpulan beras dilakukan selama 3 hari pada 11 Oktober – 13 Oktober. Pengumpulan beras dilakukan di Hall SMP/SMA St. Ursula BSD. Beras yang dikumpulkan juga bermacam-macam. Tidak hanya beras putih, tetapi ada juga beras merah yang disumbangkan oleh para peserta didik. Terlebih lagi untuk mengurangi sampah plastik, setiap peserta didik membawa beras yang akan disumbangkan dalam kotak makan atau botol minum. Beras yang dikumpulkan nantinya akan diberikan ke orang-orang membutuhkan yang ada disekitar BSD.
Selanjutnya kegiatan mabar atau singkatan dari makan bersama ini juga tak kalah ikut meramaikan HPS. Setiap peserta didik diminta untuk membawa bekal jajanan tradisional masing-masing yang akan dimakan bersama-sama. Kegiatan mabar ini dilaksanakan pada Selasa, 16 Oktober 2018. Setiap kelas melaksanakan kegiatan mabar di depan selasar kelas masing-masing dan membentuk sebuah lingkaran yang memanjang.
Setelah itu, beberapa pengurus OSIS SMP akan menaruh helaian daun pisang memanjang di tengah pada setiap kelas. Kemudian, peserta didik dapat meletakkan jajanan tradisional yang mereka bawa diatas daun pisang dan memakannya secara bersama-sama. Beberapa peserta didik mengatakan bahwa kegiatan mabar ini telah menjadi salah satu momen seru bagi masing-masing kelas.
Pada hari yang sama dilaksanakan gerakan “No Gadget Day” yang berlaku bagi seluruh peserta didik. Khusus dihari itu, peserta didik tidak diperkenankan untuk membawa gawai berupa telepon genggam (handphone) ke sekolah. Hal itu dikarenakan, sudah banyak yang memberikan komentar tentang kurang adanya interaksi peserta didik yang membawa gawai ke sekolah dengan orang lain.
Tidak hanya itu, kecenderungan anak milenial sangat sering berkomunikasi dengan teman ataupun orang lain melalui gawai. Anak-anak zaman milenial itu lebih cenderung berfokus pada gawainya, sehingga kegiatan ini dilaksanakan untuk mengurangi hal tersebut. Khusus bagi peserta didik yang pulang sekolah menggunakan kendaraan daring, sekolah sudah memberi tahu kepada masing-masing orangtua peserta didik dan memberikan sarana khusus.
Kegiatan HPS kali ini berhasil diisi dengan keindahan yang kita semua berikan. Untuk itu, semangat dan antusias ini perlu dipertahankan untuk kegiatan-kegiatan yang akan diselenggarakan selanjutnya.
Ancilla Vida/VIIIB dan Ancilla Elsa/VIIIC
Sekolah Santa Ursula BSD selalu berupaya untuk mengembangkan setiap peserta didik menjadi manusia yang utuh, cerdas, dan memiliki semangat melayani. Proses belajar nilai-nilai hidup, kearifan lokal, budaya setempat tentu tidak akan bisa dipelajari secara mendalam di bangku sekolah. Ketika peserta didik sudah berada di kelas XII maka mereka wajib mengikuti kegiatan live in.
Live in adalah tinggal dan hidup bersama. Bersama siapakah? Tentu bukan bersama keluarga di rumah tetapi bersama sebuah keluarga baru. Melalui belajar “tinggal bersama” dengan teman dan keluarga baru, peserta live in akan belajar banyak hal baru pula. Mereka harus belajar saling mendukung, saling menguatkan dengan teman pasangan tinggalnya.
Selanjutnya, mereka akan belajar “hidup” bersama keluarga baru mereka. Banyak hal pasti berbeda dengan kehidupan keseharian mereka. Rumah dan lingkungannya pasti merupakan hal yang sungguh-sungguh baru karena mereka tinggal di desa. Selama 5 hari 4 malam mereka akan berelasi dan menjadi bagian dari seluruh kehidupan keluarga baru mereka.
Lelah, canggung, bingung, tidak bisa berkomunikasi (kebanyakan penduduk desa berbahasa Jawa), tidak tahu apa yang harus dilakukan, rindu keluarga di rumah, rindu tempat yang bersih adalah keluhan awal yang muncul dari peserta didik. Namun, sapaan yang ramah dan tulus, serta kasih keluarga dari masyarakat desa ternyata mampu menyentuh mereka secara pribadi sehingga akhirnya mereka berani membuka diri dengan terlibat dalam seluruh dinamika kehidupan keluarga.
Desa Samigaluh, Tetes, Balong, dan Gorolangu di Paroki Boro menjadi desa lokasi live in Santa Ursula BSD untuk tahun 2018. Semua desa tersebut terletak di daerah perbukitan yang kering dan tandus. Perjalanan naik turun, rumah-rumah dengan lokasi berjauhan, sawah dan ladang yang jauh dan kering, kesulitan air bersih karena musim kemarau, menjadi tantangan yang sangat menarik.
Di sinilah, peserta live in belajar peduli dan berempati dengan masyarakat sekitar. Mereka belajar bertahan untuk tidak mandi dan mencuci rambut setiap hari karena tidak ada air padahal badan begitu berkeringat. Mereka belajar keras untuk keluar dari zona nyaman mereka. Maka, live in di Santa Ursula BSD bukan lagi sekedar berpindah tempat, belajar bertani, belajar beternak, belajar memasak, atau bahkan berwisata tetapi waktu untuk belajar tentang hidup dan kehidupan secara nyata. L.M. Sri Sudartanti Purworini