31
Mar

JAKARTA, SERVIAMNEWS.com– Dewasa ini, kita sering mendengar kata “Critical and Creative Thinking”dalam insititusi pendidikan. Creative Thinking merupakan proses cara berpikir kreatif yang menghasilkan kreativitas. Nantinya, kreativitas tersebut tidak selalu menghasilkan produk atau karya, tetapi juga meliputi aspek kehidupan lain misalnya sebuah ide. Sedangkan Critical Thinking adalah sebuah kemampuan untuk berpikir jernih tentang apa yang harus dilakukan atau apa yang diyakini sebagai kebenaran.

Dalam dunia pendidikan, menanggapi perubahan kurikulum di Indonesia dan kebutuhan lulusan pendidikan di abad 21, era Revolusi Industri 5.0, maka makin besar pula kebutuhan untuk membekali peserta didik dengan keterampilan mendasar yang disertai dengan pembangunan karakter yang kuat. Apa saja keterampilan dasar itu? Keterampilan yang mendasar tersebut adalah membangun keterampilan berpikir yang memiliki karakter Serviam.

Untuk itu, para pendidik pada semua jenjang yang bernaung di bawah Sekolah Suster-Suster Ursulin seluruh Indonesia perlu dibekali dengan keterampilan berpikir khususnya pada aspek Critical and Creative Thinking. Sehingga nantinya, para peserta didik mampu mengelola proses kurikulum dan proses pembelajaran yang jauh lebih menarik dan menantang guna membangun keterampilan berpikir peserta didik dan berbasis pada karakter Serviam.

Online Course

Pusat Yayasan Pendidikan Ursulin (PYPU) kemudian memikirkan dan merencanakan kegiatan Online Course untuk melatih keterampilan Critical and Creative Thinking pendidik Ursulin di seluruh Kampus Pendidikan Ursulin Indonesia. PYPU lalu menggandeng International Test Center (ITC) yang memiliki narasumber kompetensi serta ahli di bidangnya masing-masing untuk menyelenggarakan Online Course Critical and Creative Thinking.

Para pemberi materi dari ITC yaitu Mr Damon Anderson, Ibu Hafilia, Ibu Jenny Lee, dan Bapak Victor Chan. Pelatihan dibagi dalam 2 batch, setiap hari Sabtu selama 2 bulan /8 minggu dengan waktu 20 jam. Batch 1 dilakukan pada 9 Januari-27 Februari 2021 dan batch 2 pada 6 Maret- 17 April 2021.  

Pada batch 1 jumlah peserta yaitu 166 orang terdiri dari Kampus Santa Theresia Jakarta, Santa Angela Atambua, Santo Vincentius Jakarta, Santa Angela Bandung, Santa Ursula Bandung, Yuwati Bhakti Sukabumi, Santa Maria Surabaya, Santa Maria Nangapinoh, Santa Angela Labuan Bajo, Santa Ursula Ende, dan Theodorus Kotamobagu. Sedangkan pada batch 2 jumlah peserta yaitu 185 orang terdiri dari Kampus Santa Maria Jakarta, Santa Ursula Jakarta, Santa Ursula Bandung, Yuwati Bhakti Sukabumi, Regina Pacis Solo, Maria Assumpta Klaten, Cor Jesu Malang, dan Santo Bernardus Madiun.

Adapun Tutorial dilakukan pada hari Sabtu pertama dan Sabtu ketiga dengan durasi 2 jam. Sedangkan Classroom activities pada hari Sabtu kedua dan Sabtu keempat durasi 3 jam dengan tempat pelaksanaan di Kampus masing-masing menggunakan media online Moodle.

Testimoni

Sementara itu, Bu Lidia Rahayu dari Kampus Santo Vincentius, Jakarta menuturkan senang dapat menikmati setiap sesi pelatihan ITC. Materi disampaikan dengan pelan, jelas, dan terfokus sehingga menjadi lebih mendalam. Hanya sedikit terganggu jika ada kendala teknis. “Bertemu dengan banyak teman seperjuangan dari seluruh Indonesia. Mengenal dan dapat sharing satu sama lain. Bisa saling menguatkan dan pinjamkan kekuatan. Tidak ada perbedaan usia atau perbedaan lainnya. Semua sama rasa,” kata Ibu Lidia.

Selama 8 Minggu mengikuti pelatihan ITC, Ibu Lidia mendapat banyak ilmu dan pengalaman, terutama mengenai mindfulness. Sederhana namun cukup mendalam dan dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.  “Pembicara atau narasumber menyampaikan secara perlahan dan pasti sehingga mudah dipahami. Tugas tidak menyulitkan malah menambah wawasan dan pengetahuan. Keterampilan berpikir juga terasah,” ungkap Ibu Lidia.

Hal senada juga diungkapkan oleh Sr. Teresita Bela, OSU dari Kampus Santa Angela Atambua bahwa bersyukur karena boleh diberi kesempatan untuk ikut ambil bagian dalam pelatihan ITC. Sangat senang karena dapat belajar banyak hal dari para narasumber, sesama suster dan para guru Ursulin se-Indonesia.

Meski sebelumnya, lanjut Sr. Sita, sudah pernah belajar mengenai Critical Thinking, namun ilmu yang didapat sekarang merupakan suatu hal yang baru, menambah wawasan sebagai seorang leader dan pendidik. “Saya juga belajar melek IT. Terima kasih untuk semua orang yang terlibat didalamnya PYPU dan tim ITC. Di akhir kata saya mengutip kata-kata St Angela, Jangan sampai tugas ini menjadi suatu beban, tetapi sebaliknya berterimakasihlah kepada Allah dengan sepenuh hati,” imbuh Sr. Sita.

Tidak itu saja, Sr. Karolina Suryati Cendrakasih, OSU dari Kampus Santa Angela Labuan Bajo juga bersyukur dapat mengikuti pelatihan secara online, meski begitu proses belajar dapat terjadi secara efektif dan berjalan lancar. Selamat kepada PYPU yang dengan aktif dan kreatif mengadakan kegiatan ditengah masa pandemi, sehingga para guru dan suster semakin diperkaya dengan nilai-nilai positif yang dapat mengembangkan kepribadian sebagai pendidik yang berada di lapangan.

“Dengan mengikuti kursus ITC, saya diasah untuk semakin kritis dan kreatif dalam menjalankan hidup dan tugas/perutusan saya. Selain itu, saya juga semakin merasakan pentingnya berkomunikasi dan berkolaborasi dalam kerja tim,” cerita Sr Yati.

Aprianita Ganadi