SOLO, SERVIAMNEWS.com – Belajar sepanjang hayat adalah salah satu keutamaan dalam hidup di mana setiap individu dituntut untuk terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka sepanjang kehidupan. Proses ini mencakup berbagai cara, mulai dari pendidikan formal di sekolah dan universitas, hingga pengalaman kerja, pelatihan profesional, dan pembelajaran mandiri. Dengan terus belajar, seseorang dapat tetap relevan dalam dunia kerja yang selalu berubah, meningkatkan kemampuan diri, serta mencapai potensi pribadi dan profesional yang maksimal. Selain itu, belajar sepanjang hayat juga membantu menjaga kesehatan mental, meningkatkan kualitas hidup, dan membuka peluang baru dalam berbagai aspek kehidupan.
Berkaitan dengan konsep belajar sepanjang hayat ini, pada hari Senin – Rabu, 24- 26 Juni 2024 Kampus Ursulin Regina Pacis Surakarta dan Kampus Ursulin Maria Assumpta Klaten memaknainya dalam pelatihan bersama selama 3 hari. Bertempat di Auditorium Kampus Ursulin Regina Pacis, guru SMP Maria Assumpta Klaten sejumlah 13 orang, SMP Regina Pacis sejumlah 29 orang serta SMA Regina Pacis sejumlah 53 orang dengan antusias ikut dalam kegiatan belajar bersama.
Tema kegiatan belajar bersama kali ini adalah pelatihan transformasi pembelajaran dengan generative AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan yang merupakan teknologi yang dirancang untuk membuat sistem komputer yang mampu meniru kemampuan intelektual manusia. Narasumber yang mendampingi dalam pelatihan ini adalalah para dosen dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yaitu Bapak FX. Risang Baskara, Bapak Andreas Erwin Prasetya dan Ibu Eni Winarti.
Kegiatan dibuka secara singkat oleh Ketua Yayasan Winayabhakti Solo, Suster Veronica Sri Andayani, OSU yang menekankan pentingnya agar tahun ajaran baru 2024-2025 dipersiapkan dengan pembelajaran yang semakin maju khususnya bagi peserta didik yang juga telah maju dalam penggunaan IT. Suster Vero mengharapkan agar semua guru yang mengikuti pelatihan ini dapat belajar dalam menggunakan berbagai aplikasi yang ditawarkan dalam pelatihan agar proses pembelajaran dapat bermanfaat di kemudian hari.
Senada dengan Suster Vero, Ibu Enny Winarti selaku perwakilan dari Universitas Sanata Dharma, juga menekankan betapa alat-alat sekarang semakin canggih dan peran guru ditantang untuk lebih maju dalam penggunaan teknologi. Jaman dulu guru adalah sumber segalanya, sumber belajar tapi sekarang tidak lagi. Guru mesti siap “kejar-kejaran” dengan teknologi dan guru fungsinya sebagai fasilitator.
Pada hari pertama, Bapak FX Risang Baskara dari Prodi Sastra Inggris, Fakultas Sastra mengajak peserta untuk pertama-tama menyadari bahwa dunia sekarang ini adalah kompetisi “berlari” dengan teknologi. Maka, seorang guru juga dituntut untuk menggunakan perkembangan teknologi dalam proses pembelajaran di sekolah maupun di dalam kelas. Dalam pemaparan materinya, Pak Risang mengajak seluruh peserta untuk mengeksplorasi Generative AI Tools untuk membuat sumber belajar digital.
Inti dari pengajaran Pak Risang, membuat peserta dari para guru untuk sadar bahwa ada alat-alat canggih yang bisa dipakai dan juga sadar bahwa alat ini bisa dipakai guru maupun siswa. Maka, dalam akhir pelatihan, para guru menggunakan berbagai aplikasi untuk menghasilkan materi bahan ajar yang menarik dalam bentuk power point, lagu, video maupun gambar yang menggunakan teknologi AI.
Pada hari kedua, sesi diisi sepenuhnya oleh Bapak Andreas Erwin Prasetya, dari Fakultas PGSD. Dalam pembelajaran hari kedua ini, peserta diperkenalkan dan sekaligus diajarkan cara penggunaan berbagai aplikasi interaktif seperti: neopad, canva, padlet, educaplay, edpuzzle, qreatif, thinglink, dll. Dalam pemaparannya Pak Andreas memperkenalkan salah satu aplikasi yang baik bila digunakan oleh para guru dalam pembelajaran, yaitu aplikasi neopad. Aplikasi neopad ini memiliki beberapa tujuan penting yang dapat bermanfaat dalam berbagai konteks, misalnya mampu meningkatkan produktivitas dalam proses pembelajran. Neopad menawarkan fitur-fitur yang membantu guru dalam mengelola tugas, catatan, dan informasi secara lebih efisien, sehingga meningkatkan produktivitas sehari-hari.
Pak Andreas menekankan bahwa pada intinya para guru boleh memilih berbagai penggunaan aplikasi, tidak hanya neopad, asal sesuai kebutuhan mata pelajaran yang diampu sehingga nantinya para guru juga dapat dibantu meningkatkan keterampilan digital, yang sangat penting dalam dunia pendidikan yang semakin ditantang dalam penggunaan teknologi.
Pada hari ketiga, peserta didampingi oleh Ibu Eni Winarti, M. Hum. Ph. D yang juga mewakili Kampus Sanata Dharma. Ibu Eni mengajak seluruh peserta mendalami materi tentang peningkatan Project Based Learning (PBL) melalui integrasi kecerdasan buatan. Dalam sesi ini, Ibu Eni mengajak peserta untuk pertama-tama menentukan sebuah tema pembelajaran lalu merancang sebuah alur proyek dalam pembelajaran dan kemudian mengintegrasikan tema pembelajaran ke dalam proyek tersebut.
Setelah peserta diberikan pengantar, kemudian dilanjutkan dalam diskusi di unit masing-masing dan pada akhir sesi setiap unit mempresentasikan hasil diskusi dan rancangan yang didapatkan secara bersama dalam proyek pembelajaran. Setiap unit baik SMP maupun SMA sangat menarik memaparkan presentasinya. Lalu tim narasumber memberikan feedback dari hasil presentasi itu. Ibu Eni menekankan bahwa apapun hasil proyek dari kelompok siswa baik itu dalam bentuk video maupun tulisan tidak masalah, yang penting para guru menemani para siswa untuk berproses dalam menemukan cara-cara belajar dan mencapai tujuan pembelajaran.
Sedangkan Pak Risang dan Pak Andre memberikan masukan agar dalam proses pembelajaran, para siswa memahami persoalan-persoalan di sekitar mereka dan mampu mencari solusi atas persoalan atau masalah tersebut. Bukan guru yang menentukan persoalan atau masalah itu tapi siswa sendiri yang menemukan masalah di sekitar mereka dan memecahkan sendiri masalah mereka. Inilah proses pembelajaran kontekstual dari dalam diri siswa itu sendiri, sehingga setiap guru mesti menyadari bahwa saat ini yang menjadi pusat pembelajaran adalah siswa bukan lagi guru.
Demikian pula, yang punya projek, produk, solusi adalah siswa sendiri bukan guru. Guru hanya mendampingi dan menjadi agar proses pembelajaran terus terjadi. Selain itu, Pak Risang juga menekankan bahwa dalam proses pembelajaran, para siswa harus mengedepankan pola kolaborasi, artinya tidak terjadi individual projek. Di mana masing-masing mengerjakan tugasnya sendiri-sendiri tapi tidak ada makna kolaborasinya. Intinya, setiap guru perlu mengoptimalkan bakat yang ada pada anak, demikian ditegaskan oleh Pak Risang.
Pada akhir pelatihan, Suster Vero kembali memberikan peneguhan kepada seluruh peserta agar terus semangat dalam proses belajar bersama ini. Waktu 3 hari pembelajaran ternyata para guru terus semangat dengan wajah sukacita, yang menandakan para guru ingin selalu menjadi lebih baik dan terus berproses dengan tekun dan penuh semangat, demikian kata Suster Vero menutup seluruh rangkaian pelatihan transformasi pembelajaran dengan generative AI.
Elias Anwar (Guru Pendidikan Agama Katolik SMA Regina Pacis Surakarta)
Kampus Ursulin Regina Pacis Solo: smp-reginapacis-slo.sch.id/ dan smareginapacis-solo.sch.id/
Kampus Ursulin Maria Assumpta Klaten : mariaassumpta.sch.id/